"Ikuti saja perintahku."
Kembali Bastian merengkuh tubuh lembut itu dan melumat bibir ranum yang kini dia tahu menjanjikan kenikmatan.Kembali hasratnya naik dengan kecepatan yang menakjubkan.Kali ini Bastian mencium dengan segala keahlian yang dimilikinya hingga mereka berdua lupa daratan.Bastian baru melepaskan pagutannya saat rintihan lirih terdengar samar di telinganya."Sorry," gumam Bastian.Mereka berdua saling memandang lalu Bastian melihat wanita itu akan beranjak meninggalkannya, reflek Bastian menahan tubuhnya."Jangan terburu-buru, siapa tahu mereka masih di sekitar sini."Wanita itu hanya mengangguk, lalu menundukkan kepalanya.Bastian melihat wanita itu sama sekali tidak tertarik untuk berbicara dengannya. AMAZING!!Sepanjang umur dewasanya lawan jenis berlomba-lomba menarik perhatiannya.Baru malam ini dia bertemu wanita yang ingin segera meninggalkannya.Wanita berbibir ranum yang telah menyihirnya."Tunggu di sini aku akan memeriksa mereka."Wanita itu kembali mengangguk.Bastian meninggalkan wanita itu, dia sengaja sedikit menjauh untuk meredakan hasrat yang menggebu yang membuatnya takjub!Bidadari PENYIHIR.Baru kali ini Bastian ingin bercinta di lima menit pertemuan pertama, luar biasa!Setelah merasa bisa mengendalikan dirinya, Bastian langsung kembali ke ruang perlengkapan."Ikuti aku sebelum mereka kembali ke sini.""Kita akan ke mana?""Kita naik lift, ikuti saja aku.""No! Mereka pasti mengirim anak buah untuk berjaga di setiap lantai.""Kita naik private lift!"Begitu sampai di Penthouse-nya Bastian langsung menuju meja bar dan mengambil minuman buat si wanita."Minumlah, itu bisa meredakan keteganganmu dan membuatmu lebih rileks.""Aku tidak biasa minum, hasilnya akan lebih merepotkanmu."Bastian mengangguk samar, lalu memberikan kemejanya."Ganti bajumu, minimal kemejaku akan seperti gaun di tubuhmu.""A-aku akan ganti baju dulu," wanita itu gugup menjawab lalu pergi meninggalkan Bastian.Bastian menandaskan minumannya dalam satu tegukan, ternyata bukan hanya wanita itu yang gugup, dia pun gugup.Tak lama Bastian mendengar ada gerakan samar di belakangnya, jadi dia berbalik dan tarraaaa......'shitttt, aku sedang berusaha meredakan gairahku akan tetapi aku malah menyuruhnya memakai kemejaku, dan lihatlah hasilnya! Efeknya melihat tubuh seksi yang dibalut kemejaku seakan kami baru saja bercinta habis-habisan, sepertinya masih lebih baik biarkan dia dalam pakaiannya yang terkoyak, tapi kilasan dada ranum itu pun tadi berhasil menaikkan tekanan darahku dengan cepat kan,' suara hatinya berdebat dengan sisi dirinya yang gelap.Bastian berusaha melegakan tenggorokannya yang mendadak serak."Duduklah, aku akan membuat kopi untuk kita, btw kamu pasti belum makan?"Wanita itu menggeleng."Oke aku akan memesan sesuatu_""Tidak usah, aku bisa memasak buat kita berdua, aku cek isi kulkasmu dulu."Bastian melihat si wanita mengeluarkan berbagai bahan dari lemari es."Kalau begitu aku mandi sebentar."Bastian pun pergi dari dapur.Lima belas menit kemudian Bastian keluar dari kamar dengan rambut basah dan langsung disergap harum masakan lezat.Melihat hidangan di meja makan sudah tersedia Bastian langsung mencicipi dan memang rasanya sangat nikmat sama seperti tampilannya."Lezat," gumam Bastian.Wanita itu tersenyum, senyum pertamanya.Bastian terpana....Bastian merasa ada yang menohok perutnya dengan keras, tangannya yang masih memegang sendok terdiam di udara, seakan ada sihir yang menyelubungi dirinya.Senyum itu begitu lembut memukau.'ini pasti sihir! Tidak pernah ada wanita yang pesonanya sampai melumpuhkan otakku.'Kembali Bastian menganalisa dalam hati."Thank you, aku masak sebisanya dengan apa yang ada," wanita itu berusaha merendah dengan tersipu.Wanita yang tidak terlatih menerima pujian.'Hmm...sangat menarik,' batin Bastian.Mereka makan dengan lahap, Bastian menghabiskan semua makanan."Boleh aku meminjam teleponmu?""Pakailah, aku yang akan membersihkan semua.""Tidak usah, kau sudah banyak menolongku, jadi biarkan aku yang membereskan semuanya.""Jangan membantah, kau sudah memasak, duduklah, pakai telepon itu.""Kau punya masker? Aku merasa akan flu."Bastian mengambil masker dan memberikannya kepada wanita itu lalu ke dapur dengan suasana hati sungguh riang...Tak berapa lama Wanita itu mengikuti Bastian ke dapur."Aku ingin minta tolong sekali lagi."Bastian mengangguk dan berharap semoga apa yang wanita ini ucapkan tidak membuatnya jadi sama dengan wanita kebanyakan yang Bastian kenal, karena sampai sejauh ini dia berhasil memikat Bastian karena dia BEDA."Ponsel dan dompetku hilang, aku hanya bisa mengingat nomor sahabatku, dan ponselnya mati, jadi bolehkah aku tidur di sofa hingga besok pagi pagi sekali baru aku akan pergi?"Mendengar permintaan yang dilontarkan dengan ragu-ragu itu seketika Bastian merasa ada yang menari-nari di perutnya.Sebenarnya dia bisa menyuruh sopirnya mengantarkan si wanita kemanapun dia ingin pergi, tapi masalahnya Bastian tidak ingin wanita itu pergi."Tinggallah," Jawab Bastian sambil menjaga ekspresinya tetap datar walau sebenarnya dia ingin tersenyum lebar."Thank you."Kembali Bastian ternganga melihat senyum lembut itu.Sepeninggal wanita itu, Bastian segera membereskan piring-piring kotor sambil mengejek diri sendiri yang bereaksi seperti remaja belasan tahun yang baru terpikat pada lawan jenis.Samar, Bastian mendengar percakapan...atau pertengkaran? Segera Bastian kembali ke ruang duduk dan Bastian terkejut mendapati Miranda, istri yang sebentar lagi akan menjadi mantan, sedang mendamprat si wanita yang berdiri kebingungan."Ternyata kamu penyebab dia berpaling dariku..JALANG!""Stop!" Teriak Bastian.PLAKK!Terlambat, teriakan Bastian tidak bisa menghentikan tamparan yang mendarat dengan keras di pipi si wanita."Kamu pakai masker biar aku tidak bisa mengenalimu? Hah?"Miranda kembali akan menampar wajah si wanita ketika Bastian tiba dan berdiri di tengah mereka berdua."Kau tidak apa-apa?" tanya Bastian yang khawatir melihat wajah si wanita sepucat kapas.Miranda nampak makin murka mengetahui miliarder tampan yang masih berstatus suaminya itu malah perhatian dan membela wanita lain."Sudah berapa lama kalian berselingkuh di belakangku? Pantas kalian sudah tinggal bersama, wanita tak punya malu," teriak Miranda."Tutup mulutmu Miranda, kau dan belasan pria mudamu yang membuatku jijik, tidak usah cari kambing hitam!" Bentakan Bastian seketika membuat Miranda bungkam.Bastian langsung menarik Miranda masuk ke ruang kerjanya.Dalam hati Bastian mengutuk dirinya yang lupa mengganti kunci hingga Miranda bisa masuk seenaknya. Bastian mencela Miranda yang langsung bermain drama, meminta maaf, menangis dan memohon Bastian agar membatalkan perceraian mereka."Aku akan memaafkan apa yang aku lihat malam ini," celetuknya di antara tangis pura-pura."Memangnya apa yang kau lihat?" Makin muak Bastian melihat sikap Miranda.Dia heran kenapa dia dulu sampai memutuskan memperistri Miranda, kenapa dia tidak bisa melihat semua kepalsuan Miranda."Dia tinggal bersamamu, dia memakai kemejamu, kau menyangkalnya?""No! Aku senang dia ada di sini, aku senang dia memasak di dapurku, aku senang dia memakai kemejaku, aku senang dia akan menginap bersamaku, aku MEMANG SENANG dan itu tidak ada hubungannya denganmu, hubungan kita sudah berakhir saat kamu tidak menghormati janji pernikahan kita, jadi jangan buat tuntutan yang tidak masuk akal agar perceraian kita segera beres, sekarang keluar dari rumahku!"Bastian keluar dari ruang kerjanya lebih dahulu dari Miranda, dia akan melindungi wanita itu dari dampratan susulan yang mungkin akan Miranda lancarkan.Sampai di ruang duduk Bastian terpaku.Apa yang dilihatnya membuatnya gusar!Kosong.....Wanita bidadarinya telah lenyap!Bastian melihat ke kanan dan ke kiri, tidak nampak bayangan si wanita. Jika bukan karena ciuman membara yang dirasakannya dan berbagai jejak kehadirannya bisa-bisa Bastian mengira wanita itu tidak nyata. Terdengar langkah kaki yang membuyarkan lamunan Bastian."Beb? Chico baik-baik saja kan?" Pertanyaan Miranda terlontar dengan takut-takut.Bastian lupa tujuannya tadi ke ruang perlengkapan itu untuk mencari Chico, kucing jenis Ashera, yang dititipkan Miranda padanya. "Chicomu paling suka menghilang, kemaren mereka menemukannya di ruang perlengkapan dua lantai di bawah Penthouse-ku." "Kok bisa?""Tanya Chicomu!" jengkel, Bastian menjawab seenaknya, pikirannya sedang didominasi oleh wajah jelita seorang wanita.Jadi, Bastian menelepon salah seorang pengawalnya dan menyuruh mereka mencari Chico."Bebbb....Chico itu keturunan jenis Ashera, harganya satu miliar, kalau dia beranak bisa jadi berapa coba?" Miranda mulai merajuk, Bastian makin
"Bidadarimu belum datang?" tanya Samuel. Bastian menggeleng. "Btw, kau bertemu dia dimana sebelumnya?" "Dua lantai dibawahku!" "Jangan bilang dia wanita yang berkeliaran memakai kemejamu?""Darimana kau tahu?" "Aku sedang bersama Aydan saat kau meneleponnya." Bastian mengumpat pelan. "Apa kalian sudahhh...?" Pertanyaan Samuel menggantung di udara."Kepo." "Ayolah, ini bukan sekedar kepo, kalau kau sudahhh....ya aku mundur, kalau kalian tidak ada hubungan apa-apa aku akan mengejarnya." "Buang rencanamu," sergah Bastian."Laksanakan perintah, Bos."Sambil bersiul Samuel memberi hormat lalu meninggalkan ruangan sahabat sekaligus atasannya. **Bastian sedang berada di kantornya yang mewah dan dengan bosan dia melempar bola ke keranjang yang memang dipasangnya untuk sekedar relaksasi saat rehat dari pekerjaan yang bertumpuk tidak ada habisnya.Hari ini sudah 3 hari berlalu sejak pertemuannya dengan wanita penyihir.Harus diakuinya wanita itu memang memikat bukan hanya karena kec
Hari berganti hari, dalam kebosanan Bastian masih belum mendapatkan kebebasannya. Miranda, istrinya, masih bertahan dengan segala macam cara untuk mengulur waktu agar proses perceraiannya berjalan lambat.Hari ini karena harus mengambil dokumen Bastian pergi ke rumah lama, Miranda langsung merengek minta agar Bastian mengantarnya dulu sebelum dia berangkat ke kantor dengan alasan mobilnya di bengkel. Dalam hati Bastian bertanya-tanya kok masih gak sadar diri pakai minta diantar dan jelas dia tidak setuju, sudah dalam proses perceraian ngapain juga harus bersama, Bastian bilang pakai saja sopirnya, Bastian akan berangkat bawa mobil sendiri. Saat akan berangkat Bastian menghampiri sopir pribadinya."Don, nanti habis antar nyonya tidak usah ke kantor, saya bawa mobil sendiri ya.""Baik, Tuan." Doni menjawab kemudian kembali melanjutkan mengelap mobil tuannya."Memangnya kamu mau disuruh ngantar kemana?" tanya Bastian. "Ke Bank Asia, Tuan." kembali Doni menjawab."Oh, ya sudah
Almira merasa gemetar, dia tidak menyangka mereka bertemu lagi setelah dua kali pertemuan yang terdahulu.Pertemuan pertama mereka begitu berwarna, Bastian jadi satria berkuda putih yang menyelamatkannya dari percobaan perkosaan yang dilakukan Jack, Bastian membawanya ke Penthouse-nya, memberinya perlindungan dan rasa aman ketika tiba-tiba istrinya datang, dan akhirnya kembali Almira terlempar ke jalanan hanya dengan memakai kemeja Sang Miliarder.Pertemuan ke dua, Almira dibuat tercengang betapa dia begitu peka akan kondisi Almira yang sedang sedih karena Binta sedang sakit, bahkan dia sampai menyarankan Almira untuk menunda pertemuan mereka hanya supaya Almira bisa segera pulang.Dan tadi, pertemuan ke tiga, Almira begitu senang karena Mr Bastian Navarell tidak sekedar menanyakan kondisi Binta tapi juga ingat nama anaknya.Akan tetapi kegembiraannya hanya bertahan hitungan detik yang segera lenyap begitu seorang wanita sexy memeluk Mr Bastian Navarell dan menanggilnya "beb" se
Setelah berganti baju memakai gaun yang ringan karena sore ini cukup panas, Almira keluar dan mendapati dua bidadari kecilnya sedang duduk manis di sofa."Pinter banget anak Mommy duduk manis begini.” Melihat kedua anaknya tak sabar untuk berangkat, Almira pun segera meraih keduanya dalam gendongan. “Ayo Pak Suryo kita berangkat.”Kemudian mereka bertiga naik ke mobil yang dikemudikan oleh Pak Suryo menuju ke Plaza Senayan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Almira.Mereka tidak sadar ada sepasang mobil yang mengikuti mereka dalam jarak yang cukup... hingga tidak akan menarik perhatian.Sesampai di Plaza Senayan mereka bertiga turun, sementara Pak Suryo akan menunggu sampai sang Nyonya muda mengirim pesan padanya untuk dijemput di lobi.Bintari dan Saraswati begitu senang hingga mereka berjalan sambil melompat-lompat kegirangan.Ternyata, begitu sederhana membahagiakan mereka, dan terlihat sekali kalau mereka jarang bermain di luar rumah. Seketika Almira merasa sangat bersalah.
"Tetap sebaiknya jangan Mr Navarell, sekali lagi terima kasih dan hati-hati di jalan." Almira membalikkan badan dan berjalan menjauhi Bastian.Bastian menatap punggung Almira dan berjanji dalam hati, dia harus bisa mendekati Almira sebelum tahun ini berakhir.**Pagi yang cerah.Nampak Samuel berjalan masuk ke ruangan atasan sekaligus sahabatnya.Begitu duduk di kursi dan melihat raut wajah Bosnya, seketika dia tahu ada yang salah."Bagaimana proses perceraianku?" tanya Bastian kepada Samuel."Masih belum final, karena istrimu masih bolak-balik mengganti tuntutannya, Bast!""Aku tidak mau tahu, Sam! Aku mau bulan ini beres!""Oke, aku urus segera!" Samuel berjanji tapi tidak beranjak dari kursinya, hanya dengan mengamati wajah tampan sahabatnya dia tahu masih ada masalah yang belum beres, jadi dia menunggu."Kenapa masih disini? Sana cepat urus perceraianku, Sam!""Wow! Wait..wait..wait..galak amat pagi ini, Bos?" kata Samuel dengan mimik keheranan.."Apa informasi yang diberikan info
Malam ini, tidak beda dengan malam-malam sebelumnya, Bastian enggan untuk pergi ke rumah lama, akan tetapi ada beberapa barang yang harus diambilnya jadi dia pun dengan terpaksa pergi ke rumah lama, dia berharap Miranda tidak ada di rumah. Semoga...Sebenarnya daripada tinggal di apartemen, dia sudah memutuskan membeli rumah lain, tetapi tim legalnya menyarankan jangan membeli apapun sampai proses perceraiannya beres, akhirnya dia kembali ke kompleks apartemennya.Bastian melenggang masuk sambil melepas dasinya.Alam sedang tidak bersahabat dengannya, orang yang sangat ingin ditemuinya selalu menghindarinya dengan berbagai alasan, sebaliknya orang yang ingin dihindarinya selalu muncul."Beb..eh..Bast, makan sama-sama ya, aku tunggu," Miranda menyodorkan diri dengan sangat kentara, dia sangat senang melihat suaminya datang.Bastian berhenti di anak tangga teratas dan melihat Miranda yang menunggu jawabannya."Aku sudah makan!" jawab Bastian padahal yang
Keheningan itu dipecahkan oleh helaan nafas Almira.Bastian menatap raut wajah jelita di hadapannya yang hari ini memakai setelan jas abu-abu tua dikombinasikan blues warna peach yang bagi Bastian sangat cocok dengan kelembutan hatinya."Mari silahkan duduk," ujar Almira sambil menunjuk kursi dihadapannya, dia rikuh harus bagaimana menanggapi pernyataan miliarder tampan di hadapannya.Bastian pun duduk dengan tenang tanpa melepaskan pandangan matanya."Mau minum apa Mr Navarell? Kopi? Teh?" Tanya Almira dengan tangan di atas telepon siap memanggil sekretarisnya."Yang bikin siapa? Kalau sekretaris gak usah, di kantor juga bisa!" jawab Bastian agak ketus mendengar panggilan Almira yang kembali menyebutnya Mr Navarell."Lagi merajuk?" Almira berkata sambil menatap wajah tampan yang mulai menghiasi mimpinya, walau ia sudah berusaha menepisnya mimpi itu tetap datang dengan pemeran utama yang sama."No! Merayu tepatnya!" Dan Bastian pun disuguhkan pemandangan
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala