"Bidadarimu belum datang?" tanya Samuel.
Bastian menggeleng."Btw, kau bertemu dia dimana sebelumnya?""Dua lantai dibawahku!""Jangan bilang dia wanita yang berkeliaran memakai kemejamu?""Darimana kau tahu?""Aku sedang bersama Aydan saat kau meneleponnya."Bastian mengumpat pelan."Apa kalian sudahhh...?"Pertanyaan Samuel menggantung di udara."Kepo.""Ayolah, ini bukan sekedar kepo, kalau kau sudahhh....ya aku mundur, kalau kalian tidak ada hubungan apa-apa aku akan mengejarnya.""Buang rencanamu," sergah Bastian."Laksanakan perintah, Bos."Sambil bersiul Samuel memberi hormat lalu meninggalkan ruangan sahabat sekaligus atasannya.**Bastian sedang berada di kantornya yang mewah dan dengan bosan dia melempar bola ke keranjang yang memang dipasangnya untuk sekedar relaksasi saat rehat dari pekerjaan yang bertumpuk tidak ada habisnya.Hari ini sudah 3 hari berlalu sejak pertemuannya dengan wanita penyihir.Harus diakuinya wanita itu memang memikat bukan hanya karena kecantikannya akan tetapi juga karena karakternya, yang memenuhi otaknya adalah wanita itu tidak tertarik sedikitpun padanya, juga yang paling menyegarkan tidak bergenit-genit seperti para wanita lain disekitarnya.Dalam hati Bastian berharap agar hari ini wanita itu datang, dia merasa gairah yang tidak biasa terbit di hatinya, seperti dia akan maju bertanding dengan lawan yang sebanding, dia ingin waktu cepat berlalu.Akan tetapi hingga siang pun tidak ada tanda-tanda wanita itu akan datang.Ketika waktu telah menunjukkan pukul 14.00 WIB, intercom di mejanya berdering dan terdengar suara sekretarisnya bahwa ada seorang wanita yang ingin bertemu dengannya."Suruh masuk!""Baik, Mr Navarell."Pintu terbuka perlahan.Deggg...Bastian yakin jantungnya berdetak hingga mendorong rusuknya saat mata indah yang menghantui mimpinya balas menatapnya, tapi kali ini ada yang berbeda, tidak ada sorot cemas, panik dan ketakutan hanya ada sorot... kesedihan(?)"Selamat siang Mr Navarell, saya harap kita bisa segera menyelesaikan pembicaraan kita," kata wanita penyihir itu dengan suara lirih."Kita bahkan belum mulai, kenalkan Bastian Navarell." jawab Bastian sambil mengulurkan tangannya."Almira Mayangsari."Almira yang terlihat lebih dahulu menarik tangannya."Sebenarnya apa yang kau inginkan? Aku menawarkan ganti rugi, orangmu bilang tidak usah, aku memaksanya tapi dia tetap tidak mau, lalu tiba-tiba kau datang dan menahan id cardku_"Belum selesai Almira berbicara tiba-tiba ponselnya berdering, dan seketika Almira terlihat resah."Maaf, saya angkat telepon sebentar." Tanpa menunggu balasan dari Bastian, Almira berjalan menjauhi meja Bastian dan mendekati jendela, sambil memandang lalu lintas di bawah dia menjawab ponselnya."Hallo Sayang, sudah tidak apa-apa? Mommy masih di kantor, nanti Mommy cepat pulang ya.""....""Iya, Nanti Mommy pesan dulu di toko, biar mereka kirim daddy buat Binta, tapi Binta harus makan yang banyak biar cepat sehat, dag anak Mommy, love you." Almira mengakhiri pembicaraannya.Bastian bisa mendengar percakapan Almira walaupun diucapkan dengan pelan. Awalnya Bastian merasa menyesal karena ternyata Almira telah memiliki seorang anak tapi kemudian dia merasa senang karena ternyata tidak ada "Daddy" di rumah mereka.Ada apa dengan dirinya? Bastian sendiri heran, dia sedang ingin terbebas dari sebuah perkawinan yang tidak bahagia terus kenapa dia tertarik mendengar pembicaraan Almira barusan?Sekarang dia tahu apa yang membuat Almira hari ini berbeda dengan saat mereka pertama kali bertemu."Anakmu sakit?" Tanya Bastian pelan.Dia melihat Almira kaget.'Mungkin dia tidak mengira aku akan menanyakan hal ini,' batin Bastian.Almira mengangguk, seakan sedang menahan emosinya. Bastian sangat tertarik dengan penampakan emosi yang silih berganti di wajah Almira, sesaat seakan ingin menangis, sesaat kemudian terlihat sangat cemas, berikutnya seakan kosong tidak tahu harus berbuat apa ."Kenapa tidak pulang saja?" saran Bastian."Kita punya janji," jawab Almira."Pulanglah, kita agendakan ulang pertemuan kita. Ini id Cardmu."Dengan ragu-ragu Almira berdiri dan mengambil id card-nya kemudian memandang wajah Bastian, masih terlihat aura terkejut di wajahnya melihat Bastian bisa memahami kesulitannya saat ini."Thank you, permisi." Kemudian Almira berjalan menuju pintu, saat dia sudah memegang knop pintu terdengar suara Bastian."Jangan lupa mampir toko, cari pesanan anakmu," lanjut Bastian sambil merasakan ada yang berdesir di hatinya.Wajah Almira merona dan semakin merah saat dia tahu apa yang dimaksud oleh Bastian, pasti dia tahu Bastian bisa menangkap potongan pembicaraannya dengan Binta dan bahwa Binta menginginkan dia mencari "Daddy" di toko.**Bastian menatap pintu yang tertutup di belakang Almira, dia masih menahan senyum membayangkan anak Almira yang pasti masih kecil menginginkan seorang "Daddy".Seharusnya dengan wajah Almira yang cantik dan tubuh molek, otak yang pintar pasti banyak yang antri untuk menjadi seorang "Daddy" bagi anaknya, mungkin Almira yang terlalu selektif memilih karena pernah gagal sehingga sangat berhati-hati dalam memilih pasangan karena tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.Bastian tidak tahu apa yang merasukinya, tapi dia segera memanggil Samuel ke ruangannya."Penyihir yang secantik bidadari itu benar-benar tidak jadi datang?" Tanya Samuel saat baru mencapai pintu."Datang dan sudah pulang.""Wow cepat sekali, jangan bilang kalian melanjutkan pertikaian tak kasat mata tentang tabrakan beruntun itu!" Tuduh Samuel.Bastian hanya diam saja dan kembali mengambil bola dan siap melempar ke keranjang, itu tanda kebosanan kembali menghampirinya."Oke pembicaraan tentang tabrakan kita tutup dulu, sekarang ngapain panggil aku ke sini?" Samuel sudah paham karakter teman baiknya ini kalau diam berarti pembicaraan stop, alihkan."Aku ingin kamu mencari tahu tentang wanita itu, namanya Almira Mayangsari, rumahnya, anaknya, tinggal dengan siapa saja, selengkap-lengkapnya jangan ada yang terlewat!" perintah Bastian."Aku tidak setuju, Bast!" kata Samuel dengan suara agak keras."Maksudmu?" Bastian menatap mata Samuel dengan heran."Dari awal kan kamu bilang kalau nggak usah ramai, kita bisa bicarakan baik-baik, kalau memang tadi tidak ada solusi yang didapatkan, besok aku akan telepon asuransi mencari tahu harus bagaimana-bagaimana , jangan ambil cara yang gegabah Bast, nggak biasanya kamu begini."Samuel menarik nafas, setelah panjang lebar mengemukakan pendapatnya, kemudian dia memandang wajah tampan sahabatnya dan melihat senyum miring di bibirnya."Berapa puluh tahun kita berteman? Kamu pikir aku akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginanku? Bahkan menyakiti wanita? Jangankan hanya untuk memperbaiki mobilku, untuk menggantinya dengan yang baru saja aku lebih dari mampu Sam.""Kalau begitu kenapa dia datang dan langsung pulang? Dan kenapa kamu menyuruh aku untuk menyelidikinya?" tanya Samuel sambil menatap sahabatnya.Setelah raut keheranan kemudian nampak pemahaman yang baru di wajah Samuel."Oh my God , kamu tertarik pada bidadari jelita itu kan? Memang dari awal aku bisa merasakan ada yang aneh dengan perilakumu sejak kau bertemu dengannya, Bast.""Sudah sana selidiki dan pakai agent yang bisa dipercaya, aku ingin data yang akurat dan secepatnya!""Bast, perceraianmu belum final, kamu tidak bisa memulai hubungan baru, itu akan membuat kita harus banyak mengalah dalam tawar menawar nanti.""Samuel, hanya karena Miranda pilihanku __walaupun itu pilihan yang tergesa-gesa dan salah__bukan berarti dia bisa meminta seenaknya, dia akan dapatkan haknya tidak lebih tidak kurang!""Dan jangan biarkan dia mengulur-ulur waktu lagi, aku sudah bosan, bereskan segera!" tambah Bastian dengan wajah geram mengingat istrinya, Miranda yang lumayan cantik karena berbagai operasi plastik dan ternyata sangat liar, sayangnya semua diketahuinya saat mereka sudah terikat dalam sebuah perkawinan yang sah secara negara tapi tidak sah secara agama, mereka tidak pernah melakukan pemberkatan nikah.Untungnya, istrinya tidak ingin mengandung saat itu, masih menyayangkan body-nya yang sudah menghabiskan miliaran uang Bastian, dengan alasan masih ingin berdua tanpa diribetkan urusan anak.Sejak Bastian tahu ada orang lain selain dirinya, dia pun tidak lagi menyentuh istrinya, dia tidur di kamar lain, dia tidak ingin pergi ke tempat yang sudah banyak dikunjungi pria.Syukurlah dia sudah tahu sejak sebelum mereka memiliki anak, dia tidak bisa membayangkan istrinya cemas saat anak mereka sakit, paling dia akan menyerahkan pada suster atau asisten rumah tangga dan mengecek sesekali saja.Kemudian dia ingat wajah Almira yang sangat sedih bahkan nyaris putus asa hanya karena anaknya sakit, terdengar begitu resah saat menjawab panggilan telpon anaknya, dan kembali Bastian mengelus dadanya merasakan sesuatu berdesir di sana.Samuel yang melihat wajah sahabatnya, diam-diam berjanji akan mengurus perceraian Bastian secepatnya dan menyuruh orang untuk mencari tahu tentang Almira Mayangsari, dia belum pernah melihat sahabatnya menerawang seperti saat ini, bahkan tidak juga saat dia di awal perkawinannya dengan Miranda.Hari berganti hari, dalam kebosanan Bastian masih belum mendapatkan kebebasannya. Miranda, istrinya, masih bertahan dengan segala macam cara untuk mengulur waktu agar proses perceraiannya berjalan lambat.Hari ini karena harus mengambil dokumen Bastian pergi ke rumah lama, Miranda langsung merengek minta agar Bastian mengantarnya dulu sebelum dia berangkat ke kantor dengan alasan mobilnya di bengkel. Dalam hati Bastian bertanya-tanya kok masih gak sadar diri pakai minta diantar dan jelas dia tidak setuju, sudah dalam proses perceraian ngapain juga harus bersama, Bastian bilang pakai saja sopirnya, Bastian akan berangkat bawa mobil sendiri. Saat akan berangkat Bastian menghampiri sopir pribadinya."Don, nanti habis antar nyonya tidak usah ke kantor, saya bawa mobil sendiri ya.""Baik, Tuan." Doni menjawab kemudian kembali melanjutkan mengelap mobil tuannya."Memangnya kamu mau disuruh ngantar kemana?" tanya Bastian. "Ke Bank Asia, Tuan." kembali Doni menjawab."Oh, ya sudah
Almira merasa gemetar, dia tidak menyangka mereka bertemu lagi setelah dua kali pertemuan yang terdahulu.Pertemuan pertama mereka begitu berwarna, Bastian jadi satria berkuda putih yang menyelamatkannya dari percobaan perkosaan yang dilakukan Jack, Bastian membawanya ke Penthouse-nya, memberinya perlindungan dan rasa aman ketika tiba-tiba istrinya datang, dan akhirnya kembali Almira terlempar ke jalanan hanya dengan memakai kemeja Sang Miliarder.Pertemuan ke dua, Almira dibuat tercengang betapa dia begitu peka akan kondisi Almira yang sedang sedih karena Binta sedang sakit, bahkan dia sampai menyarankan Almira untuk menunda pertemuan mereka hanya supaya Almira bisa segera pulang.Dan tadi, pertemuan ke tiga, Almira begitu senang karena Mr Bastian Navarell tidak sekedar menanyakan kondisi Binta tapi juga ingat nama anaknya.Akan tetapi kegembiraannya hanya bertahan hitungan detik yang segera lenyap begitu seorang wanita sexy memeluk Mr Bastian Navarell dan menanggilnya "beb" se
Setelah berganti baju memakai gaun yang ringan karena sore ini cukup panas, Almira keluar dan mendapati dua bidadari kecilnya sedang duduk manis di sofa."Pinter banget anak Mommy duduk manis begini.” Melihat kedua anaknya tak sabar untuk berangkat, Almira pun segera meraih keduanya dalam gendongan. “Ayo Pak Suryo kita berangkat.”Kemudian mereka bertiga naik ke mobil yang dikemudikan oleh Pak Suryo menuju ke Plaza Senayan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Almira.Mereka tidak sadar ada sepasang mobil yang mengikuti mereka dalam jarak yang cukup... hingga tidak akan menarik perhatian.Sesampai di Plaza Senayan mereka bertiga turun, sementara Pak Suryo akan menunggu sampai sang Nyonya muda mengirim pesan padanya untuk dijemput di lobi.Bintari dan Saraswati begitu senang hingga mereka berjalan sambil melompat-lompat kegirangan.Ternyata, begitu sederhana membahagiakan mereka, dan terlihat sekali kalau mereka jarang bermain di luar rumah. Seketika Almira merasa sangat bersalah.
"Tetap sebaiknya jangan Mr Navarell, sekali lagi terima kasih dan hati-hati di jalan." Almira membalikkan badan dan berjalan menjauhi Bastian.Bastian menatap punggung Almira dan berjanji dalam hati, dia harus bisa mendekati Almira sebelum tahun ini berakhir.**Pagi yang cerah.Nampak Samuel berjalan masuk ke ruangan atasan sekaligus sahabatnya.Begitu duduk di kursi dan melihat raut wajah Bosnya, seketika dia tahu ada yang salah."Bagaimana proses perceraianku?" tanya Bastian kepada Samuel."Masih belum final, karena istrimu masih bolak-balik mengganti tuntutannya, Bast!""Aku tidak mau tahu, Sam! Aku mau bulan ini beres!""Oke, aku urus segera!" Samuel berjanji tapi tidak beranjak dari kursinya, hanya dengan mengamati wajah tampan sahabatnya dia tahu masih ada masalah yang belum beres, jadi dia menunggu."Kenapa masih disini? Sana cepat urus perceraianku, Sam!""Wow! Wait..wait..wait..galak amat pagi ini, Bos?" kata Samuel dengan mimik keheranan.."Apa informasi yang diberikan info
Malam ini, tidak beda dengan malam-malam sebelumnya, Bastian enggan untuk pergi ke rumah lama, akan tetapi ada beberapa barang yang harus diambilnya jadi dia pun dengan terpaksa pergi ke rumah lama, dia berharap Miranda tidak ada di rumah. Semoga...Sebenarnya daripada tinggal di apartemen, dia sudah memutuskan membeli rumah lain, tetapi tim legalnya menyarankan jangan membeli apapun sampai proses perceraiannya beres, akhirnya dia kembali ke kompleks apartemennya.Bastian melenggang masuk sambil melepas dasinya.Alam sedang tidak bersahabat dengannya, orang yang sangat ingin ditemuinya selalu menghindarinya dengan berbagai alasan, sebaliknya orang yang ingin dihindarinya selalu muncul."Beb..eh..Bast, makan sama-sama ya, aku tunggu," Miranda menyodorkan diri dengan sangat kentara, dia sangat senang melihat suaminya datang.Bastian berhenti di anak tangga teratas dan melihat Miranda yang menunggu jawabannya."Aku sudah makan!" jawab Bastian padahal yang
Keheningan itu dipecahkan oleh helaan nafas Almira.Bastian menatap raut wajah jelita di hadapannya yang hari ini memakai setelan jas abu-abu tua dikombinasikan blues warna peach yang bagi Bastian sangat cocok dengan kelembutan hatinya."Mari silahkan duduk," ujar Almira sambil menunjuk kursi dihadapannya, dia rikuh harus bagaimana menanggapi pernyataan miliarder tampan di hadapannya.Bastian pun duduk dengan tenang tanpa melepaskan pandangan matanya."Mau minum apa Mr Navarell? Kopi? Teh?" Tanya Almira dengan tangan di atas telepon siap memanggil sekretarisnya."Yang bikin siapa? Kalau sekretaris gak usah, di kantor juga bisa!" jawab Bastian agak ketus mendengar panggilan Almira yang kembali menyebutnya Mr Navarell."Lagi merajuk?" Almira berkata sambil menatap wajah tampan yang mulai menghiasi mimpinya, walau ia sudah berusaha menepisnya mimpi itu tetap datang dengan pemeran utama yang sama."No! Merayu tepatnya!" Dan Bastian pun disuguhkan pemandangan
Setelah menghabiskan waktu hampir 1,5 jam, Bastian pun kembali ke kantor, dalam perjalanan dia harus menahan diri agar tidak senyum-senyum sendiri, dia heran untuk yang pertama kalinya dia bisa bertahan 1,5 jam di pertokoan.Biasanya boro-boro belanja sendiri, nunggu orang belanja aja dia sangat malas.Kemudian Bastian meninggalkan barang-barang yang dibelinya di mobil, masuk ke ruangannya dan melihat jam, menghitung mundur sisa waktu hingga dia berjumpa dengan Almira.Tiba-tiba pintu terbuka dan Samuel menerjang masuk kemudian duduk di kursi di hadapan Bastian."Pernah dengar yang namanya ketuk pintu dahulu?" Tanya Bastian sambil menatap sahabatnya."Sorry." Samuel berkata sambil mengangkat wajahnya memandang Big Bos yang beberapa minggu ini luar biasa tidak sabaran, pasti saat ini wajahnya di tekuk.Tapi seketika Samuel terdiam, karena ternyata yang terpampang di hadapannya adalah wajah yang sedang berusaha menahan senyum, dan nyaris gagal menyembunyikan
Bastian tidak sabar menunggu waktu berjalan, hingga akhirnya jam 5 sore pun tiba. Bastian berjalan keluar kantor sambil menelpon Almira."Hallo.""Ra, sudah di rumah?""Sudah, barusan.""Ok, aku meluncur.""Iya, hati-hati di jalan.""See you, bye."Kemudian Bastian meluncur, selama dalam perjalanan Bastian merasa sangat senang, seakan adrenalinnya sedang melompat-lompat.Setengah jam kemudian sampailah Bastian di depan rumah Almira, terlihat seorang pria, tanpa bertanya membukakan pintu pagar.'mungkin Almira sudah memberitahu kedatanganku, tapi harusnya jangan langsung dibuka tanpa memastikan, bukan?' batin Bastian.Melalui kaca mobil Bastian dapat melihat Binta dan Saras yang mengintip penuh rasa ingin tahu dengan mimik sangat lucu.Kemudian Bastian turun dari mobil, seketika Binta membuka pintu dan berlari mendapatkan Bastian."Daddy Binta datang....Daddy Binta datang....ye ye ye, ndong.. ndong." Binta merentangkan tan
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala