Kosong.....
Wanita bidadarinya telah lenyap!Bastian melihat ke kanan dan ke kiri, tidak nampak bayangan si wanita.Jika bukan karena ciuman membara yang dirasakannya dan berbagai jejak kehadirannya bisa-bisa Bastian mengira wanita itu tidak nyata.Terdengar langkah kaki yang membuyarkan lamunan Bastian."Beb? Chico baik-baik saja kan?" Pertanyaan Miranda terlontar dengan takut-takut.Bastian lupa tujuannya tadi ke ruang perlengkapan itu untuk mencari Chico, kucing jenis Ashera, yang dititipkan Miranda padanya."Chicomu paling suka menghilang, kemaren mereka menemukannya di ruang perlengkapan dua lantai di bawah Penthouse-ku.""Kok bisa?""Tanya Chicomu!" jengkel, Bastian menjawab seenaknya, pikirannya sedang didominasi oleh wajah jelita seorang wanita.Jadi, Bastian menelepon salah seorang pengawalnya dan menyuruh mereka mencari Chico."Bebbb....Chico itu keturunan jenis Ashera, harganya satu miliar, kalau dia beranak bisa jadi berapa coba?"Miranda mulai merajuk, Bastian makin muak."Aydan sedang mencarinya, ini yang terakhir, jangan pernah lagi menitipkannya padaku, banyak pet shop yang menerima jasa penitipan!""Chico bener-bener kucing Ashera, kucing mahal bagaimana kalau mereka tidak menjaganya dengan benar, Beb.""Kalau begitu jangan bepergian! Sekarang pulanglah!"Bastian berdiri sambil memegang daun pintu, lalu menutupnya di belakang tubuh Miranda.Dia tahu ini hanya akal-akalan Miranda untuk kembali dekat padanya.Miranda menolak untuk bercerai!Bastian kembali menelepon Aydan."Prioritas utama cari wanita yang memakai kemejaku, dia pergi tanpa uang sepeserpun, mungkin dia belum jauh, langsung kabari aku."Bastian menunggu dengan tegang, dia tahu wanita itu tidak bawa dompet dan HP-nya mati, apalagi sudah malam, bagaimana dia bisa pulang??Dia baru mengenal si wanita kurang dari 5 jam, akan tetapi wanita itu telah berhasil menarik perhatiannya lebih daripada wanita manapun yang pernah bersamanya, wanita itu mendominasi pikirannya.Hanya dengan bibirnya saja dia bisa membawa gairah Bastian naik ke level paling top, bayangan mereka bercinta berhasil membuat 'tubuh'nya mengeras."Shittt."Bastian mengumpat lirih lalu menelepon Sarah, manajer yang dia percayai mengelola kompleks apartemennya ini."Sarah, aku butuh rekaman cctv mulai dari pintu masuk hingga rekaman seluruh kejadian di lantai 28, suruh orangmu yang mahir bawa ke sini.""Baik, Mr Navarell."Tak lama berselang datanglah orang utusan Sarah, seorang pemuda culun berkacamata dengan dua laptop di tangannya."Masuk, kita ke ruang kerja."Bastian menuju ruang kerja diikuti si culun."Kita mulai dengan ruang perlengkapan dua lantai dibawah penthouse."Tanpa kata kata jadi si culun langsung bekerja.Tampak ruang perlengkapan yang tertutup."Dalam ruang perlengkapan tidak ada kamera, ini kamera sorot terdekat di hall," jelas si culun dalam bahasa super singkat."Putar rekaman kejadian kira-kira 5 jam yang lalu."Dalam sekejap di layar nampak dua orang pria yang berjalan sambil menoleh ke sana ke mari, lalu mereka melirik ke arah ruang perlengkapan dan salah seorang tertawa sambil menyodok perut temannya, sepertinya mereka membahas tentang kemesraan pasangan yang mereka lihat."Kau lihat mereka berdua ini, sekarang bergeraklah mundur dan cari info yang lengkap mulai dari awal, ingat yang lengkap!"Selama si culun bekerja Bastian duduk di sofa tunggal yang ada di ruang kerjanya.Bastian menutup matanya lalu muncullah bayangan wanita bidadarinya.Tubuh lembut dalam pelukannya, dada penuh yang terhimpit diantara mereka, harum segar menguar dari tubuhnya, dan bibir ranum memabukkan itu..Bastian langsung membuka matanya dan berdiri lalu berjalan mondar mandir di sekitarnya."Selesai, Mr Navarell."Bastian berdiri di samping si culun."Ini sudah semua yang bisa kita dapatkan?"Bastian tidak puas, tapi kalau mereka hanya undangan bukan penyewa ya memang tidak ada data."Tinggalkan disini, kau bisa kembali ke ruanganmu.""Kalau tidak ada lagi yang dibutuhkan saya ijin pulang.""Pulanglah."Kembali Bastian memutar rekaman itu.Dia melihat wanita itu yang berlari lalu masuk ke balik pintu perlengkapan.Akan tetapi saat Bastian mundur pun tidak terlalu jelas terlihat dari arah mana si wanita itu muncul.Bastian menyerah.**Tujuh hari telah berlalu, Bastian melakukan kegiatannya yang super padat seperti biasa hingga siang ini.Dia harus menghadiri pelelangan terbatas, hanya yang terundang yang boleh hadir, dan bisa dipastikan itu hanya orang-orang kaya."Sam, pergilah wakili aku ke acara pelelangan ini, aku malas pergi."Samuel, sahabat sekaligus wakilnya mengangkat sebelah keningnya."Sudah satu minggu ini kau berubah, aku bertahan untuk tidak bertanya, sebenarnya ada apa Bos? Apa yang terjadi?"Bastian memandang Samuel lalu mengalihkan pandangannya ke cakrawala yang bersinar cerah, tidak seperti hatinya.Tiap malam Bastian memutar ulang rekaman yang ditinggalkan si culun akan tetapi dia tetap tidak menemukan apa yang diinginkannya, tidak ada informasi yang dia dapat.Dia memikirkan wanita itu lebih sering dari yang seharusnya, dia mulai merindu dan itu membuatnya gusar!"Oke, aku tahu kapan harus diam. Aku akan pergi mewakili Mr Bastian Navarell, satu dari sepuluh Miliarder paling kaya di negri ini, aku akan menawar apa saja yang mereka lelang.""Tugasmu hanya memastikan dunia tahu keuanganku baik baik saja, agar saham perusahaan tetap terjaga, pergilah!""Aku akan bersenang-senang."Lalu Samuel pun lenyap.Dua jam kemudian saat Bastian masih berkutat dengan dokumen, masuk pesan dari Samuel.Bastian membaca caption di bawah foto :Aku telah melaksanakan tugas!Bastian tersenyum sambil memandang foto yang Samuel kirim dengan latar belakang keramaian acara pelelangan.Seketika senyum Bastian lenyap! Sambil berdiri dan keluar dari kantornya, Bastian membalas pesan Samuel."AKU KE SANA SEKARANG!"Sampai di acara pelelangan yang sudah selesai, Bastian langsung berkeliling, banyak orang yang memberi salam dan ingin mengajak bicara tapi Bastian tolak dengan halus karena dia masih belum menemukan yang dia cari.Akhirnya Bastian bertemu Samuel."Ok Bos, rasa penasaranku sampai di ubun-ubun, tadi kau menolak datang begitu aku kirim foto seketika kau terbang ke sini, ayo kita bahas di cafe seberang.""Nanti," tolak Bastian.Lalu Bastian mengeluarkan ponselnya, menghubungi panitia penyelenggara yang sudah dikenalnya."Aku minta daftar tamu, kirim ke emailku.""...""Thank you."Setelah menutup telepon barulah Bastian menatap sahabatnya."Kau tetap tinggal saja, aku lihat banyak wanita cantik, pikat mereka."Terdengar tawa Samuel membahana."Aku takjub kau masih sadar ada banyak wanita cantik, Bos.""Aku punya mata, Sam.""Tapi pikiranmu berjuta-juta kilometer dari sini, Bast. Ragamu saja di sini.""Analisa yang salah.""Ok, buktikan aku salah. Berkenalanlah dengan salah seorang dari mereka."Mendengar tantangan Samuel, Bastian melihat sekeliling, lalu menggeleng."Tidak tertarik.""Bingo! Itu kata kuncinya, tidak ada pria yang tidak tertarik wanita cantik, jadi what happened, Bos?"Bastian hanya menatap Samuel."Satu kata, Bast!""Bidadari penyihir."Samuel langsung bersiul."Itu dua kata, tapi tidak apa-apa...aku jadi yakin Bosku masih pria tulen.""Lanjutkan acaramu, bersenang-senanglah, aku pulang."Segera Bastian pulang diiringi pandangan memuja para wanita cantik yang sengaja hadir di pelelangan terbatas, karena mereka tahu para pria berkantong tebal berkumpul, dan salah satu bujangan paling diincar baru saja melintas di depan mereka.Bastian berjalan cepat tak menghiraukan sekeliling, Bastian masuk mobil dan menyuruh sopirnya berangkat.Masih di area basemen mendadak sopirnya mengerem hingga terdengar suara benturan halus dari depan dan belakang mobil."Kenapa, Don?""Maaf Pak, ada anak kecil lari menyeberang, nyaris aja.""Selesaikan dengan orang tuanya, aku akan suruh Samuel selesaikan dengan mobil belakang, tidak usah ribut-ribut karena tidak ada yang salah juga tidak ada yang benar!" Perintah Bastian sambil menelepon Samuel sambil memberitahukan posisinya."Baik, Pak."Tak lama Donny, si sopir telah kembali dan melaporkan hasilnya.Samuel pun menghampiri Bastian."Wanita itu memaksa untuk memberi ganti rugi, aku menolak sesuai instruksimu! Kan dia tidak salah, tapi alasan lainnya adalah karena... dia sangat jelita."Bastian mengangguk sambil menggumam, "dasar playboy permanen!""Sumpah yang ini cantiknya beda, body yahud, wajah lembut dengan bibir paling seksi, mungkin turunan bidadari."Seketika Bastian terhenyak, dadanya berdesir, dia teringat foto yang Samuel kirim, wanita itu juga ada di sini, itulah alasannya mengapa dia bergegas datang walau akhirnya tak menemukan wanita penyihirnya."Apa maksudmu?""Sumpah Bos! Wanita itu cuantikkk, kayak bidadari, attitude-nya juga top, paket lengkap."Bastian langsung membuka pintu mobil dan keluar menuju mobil belakang.Bastian melongok di pintu mobil, begitu melihat wanita di balik kemudi, Bastian menarik nafas panjang.Finally....Dia telah menemukan bidadari penyihirnya."Kau baik-baik saja?"Wanita dibalik kemudi itu menatap Bastian dengan bola mata membesar...Terkejut! Lalu wanita itu mengangguk perlahan.Terdengar klakson dari mobil lain yang terhalang.Bastian memutar otak, dia tidak akan kehilangan jejak untuk yang kedua kalinya."Berikan ID Cardmu.""Untuk?""Kau menabrak mobilku, datanglah ke kantor untuk mengambil ID Cardmu, kita bahas disana."Bastian merasa menjadi orang brengsek akan tetapi hanya itu satu-satunya cara.Bastian memberi kartu namanya dan mengambil ID Card wanita penyihirnya.Bastian kembali ke mobil akan tetapi dia ragu-ragu untuk naik, dia merasa cemas jika wanita itu kembali menghilang, tapi tidak mungkin dia mengabaikan ID Cardnya bukan?"Datanglah segera, aku tunggu!"Akhirnya Bastian pun berlalu, kembali ke kantornya.Di kantor Bastian menunggu tapi sampai sore tidak ada tanda-tanda wanita itu muncul.Bastian memaki dirinya yang tidak bisa konsentrasi seharian hanya karena seorang wanita.Lamunannya disela ketukan di pintu.Siapa?"Bidadarimu belum datang?" tanya Samuel. Bastian menggeleng. "Btw, kau bertemu dia dimana sebelumnya?" "Dua lantai dibawahku!" "Jangan bilang dia wanita yang berkeliaran memakai kemejamu?""Darimana kau tahu?" "Aku sedang bersama Aydan saat kau meneleponnya." Bastian mengumpat pelan. "Apa kalian sudahhh...?" Pertanyaan Samuel menggantung di udara."Kepo." "Ayolah, ini bukan sekedar kepo, kalau kau sudahhh....ya aku mundur, kalau kalian tidak ada hubungan apa-apa aku akan mengejarnya." "Buang rencanamu," sergah Bastian."Laksanakan perintah, Bos."Sambil bersiul Samuel memberi hormat lalu meninggalkan ruangan sahabat sekaligus atasannya. **Bastian sedang berada di kantornya yang mewah dan dengan bosan dia melempar bola ke keranjang yang memang dipasangnya untuk sekedar relaksasi saat rehat dari pekerjaan yang bertumpuk tidak ada habisnya.Hari ini sudah 3 hari berlalu sejak pertemuannya dengan wanita penyihir.Harus diakuinya wanita itu memang memikat bukan hanya karena kec
Hari berganti hari, dalam kebosanan Bastian masih belum mendapatkan kebebasannya. Miranda, istrinya, masih bertahan dengan segala macam cara untuk mengulur waktu agar proses perceraiannya berjalan lambat.Hari ini karena harus mengambil dokumen Bastian pergi ke rumah lama, Miranda langsung merengek minta agar Bastian mengantarnya dulu sebelum dia berangkat ke kantor dengan alasan mobilnya di bengkel. Dalam hati Bastian bertanya-tanya kok masih gak sadar diri pakai minta diantar dan jelas dia tidak setuju, sudah dalam proses perceraian ngapain juga harus bersama, Bastian bilang pakai saja sopirnya, Bastian akan berangkat bawa mobil sendiri. Saat akan berangkat Bastian menghampiri sopir pribadinya."Don, nanti habis antar nyonya tidak usah ke kantor, saya bawa mobil sendiri ya.""Baik, Tuan." Doni menjawab kemudian kembali melanjutkan mengelap mobil tuannya."Memangnya kamu mau disuruh ngantar kemana?" tanya Bastian. "Ke Bank Asia, Tuan." kembali Doni menjawab."Oh, ya sudah
Almira merasa gemetar, dia tidak menyangka mereka bertemu lagi setelah dua kali pertemuan yang terdahulu.Pertemuan pertama mereka begitu berwarna, Bastian jadi satria berkuda putih yang menyelamatkannya dari percobaan perkosaan yang dilakukan Jack, Bastian membawanya ke Penthouse-nya, memberinya perlindungan dan rasa aman ketika tiba-tiba istrinya datang, dan akhirnya kembali Almira terlempar ke jalanan hanya dengan memakai kemeja Sang Miliarder.Pertemuan ke dua, Almira dibuat tercengang betapa dia begitu peka akan kondisi Almira yang sedang sedih karena Binta sedang sakit, bahkan dia sampai menyarankan Almira untuk menunda pertemuan mereka hanya supaya Almira bisa segera pulang.Dan tadi, pertemuan ke tiga, Almira begitu senang karena Mr Bastian Navarell tidak sekedar menanyakan kondisi Binta tapi juga ingat nama anaknya.Akan tetapi kegembiraannya hanya bertahan hitungan detik yang segera lenyap begitu seorang wanita sexy memeluk Mr Bastian Navarell dan menanggilnya "beb" se
Setelah berganti baju memakai gaun yang ringan karena sore ini cukup panas, Almira keluar dan mendapati dua bidadari kecilnya sedang duduk manis di sofa."Pinter banget anak Mommy duduk manis begini.” Melihat kedua anaknya tak sabar untuk berangkat, Almira pun segera meraih keduanya dalam gendongan. “Ayo Pak Suryo kita berangkat.”Kemudian mereka bertiga naik ke mobil yang dikemudikan oleh Pak Suryo menuju ke Plaza Senayan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Almira.Mereka tidak sadar ada sepasang mobil yang mengikuti mereka dalam jarak yang cukup... hingga tidak akan menarik perhatian.Sesampai di Plaza Senayan mereka bertiga turun, sementara Pak Suryo akan menunggu sampai sang Nyonya muda mengirim pesan padanya untuk dijemput di lobi.Bintari dan Saraswati begitu senang hingga mereka berjalan sambil melompat-lompat kegirangan.Ternyata, begitu sederhana membahagiakan mereka, dan terlihat sekali kalau mereka jarang bermain di luar rumah. Seketika Almira merasa sangat bersalah.
"Tetap sebaiknya jangan Mr Navarell, sekali lagi terima kasih dan hati-hati di jalan." Almira membalikkan badan dan berjalan menjauhi Bastian.Bastian menatap punggung Almira dan berjanji dalam hati, dia harus bisa mendekati Almira sebelum tahun ini berakhir.**Pagi yang cerah.Nampak Samuel berjalan masuk ke ruangan atasan sekaligus sahabatnya.Begitu duduk di kursi dan melihat raut wajah Bosnya, seketika dia tahu ada yang salah."Bagaimana proses perceraianku?" tanya Bastian kepada Samuel."Masih belum final, karena istrimu masih bolak-balik mengganti tuntutannya, Bast!""Aku tidak mau tahu, Sam! Aku mau bulan ini beres!""Oke, aku urus segera!" Samuel berjanji tapi tidak beranjak dari kursinya, hanya dengan mengamati wajah tampan sahabatnya dia tahu masih ada masalah yang belum beres, jadi dia menunggu."Kenapa masih disini? Sana cepat urus perceraianku, Sam!""Wow! Wait..wait..wait..galak amat pagi ini, Bos?" kata Samuel dengan mimik keheranan.."Apa informasi yang diberikan info
Malam ini, tidak beda dengan malam-malam sebelumnya, Bastian enggan untuk pergi ke rumah lama, akan tetapi ada beberapa barang yang harus diambilnya jadi dia pun dengan terpaksa pergi ke rumah lama, dia berharap Miranda tidak ada di rumah. Semoga...Sebenarnya daripada tinggal di apartemen, dia sudah memutuskan membeli rumah lain, tetapi tim legalnya menyarankan jangan membeli apapun sampai proses perceraiannya beres, akhirnya dia kembali ke kompleks apartemennya.Bastian melenggang masuk sambil melepas dasinya.Alam sedang tidak bersahabat dengannya, orang yang sangat ingin ditemuinya selalu menghindarinya dengan berbagai alasan, sebaliknya orang yang ingin dihindarinya selalu muncul."Beb..eh..Bast, makan sama-sama ya, aku tunggu," Miranda menyodorkan diri dengan sangat kentara, dia sangat senang melihat suaminya datang.Bastian berhenti di anak tangga teratas dan melihat Miranda yang menunggu jawabannya."Aku sudah makan!" jawab Bastian padahal yang
Keheningan itu dipecahkan oleh helaan nafas Almira.Bastian menatap raut wajah jelita di hadapannya yang hari ini memakai setelan jas abu-abu tua dikombinasikan blues warna peach yang bagi Bastian sangat cocok dengan kelembutan hatinya."Mari silahkan duduk," ujar Almira sambil menunjuk kursi dihadapannya, dia rikuh harus bagaimana menanggapi pernyataan miliarder tampan di hadapannya.Bastian pun duduk dengan tenang tanpa melepaskan pandangan matanya."Mau minum apa Mr Navarell? Kopi? Teh?" Tanya Almira dengan tangan di atas telepon siap memanggil sekretarisnya."Yang bikin siapa? Kalau sekretaris gak usah, di kantor juga bisa!" jawab Bastian agak ketus mendengar panggilan Almira yang kembali menyebutnya Mr Navarell."Lagi merajuk?" Almira berkata sambil menatap wajah tampan yang mulai menghiasi mimpinya, walau ia sudah berusaha menepisnya mimpi itu tetap datang dengan pemeran utama yang sama."No! Merayu tepatnya!" Dan Bastian pun disuguhkan pemandangan
Setelah menghabiskan waktu hampir 1,5 jam, Bastian pun kembali ke kantor, dalam perjalanan dia harus menahan diri agar tidak senyum-senyum sendiri, dia heran untuk yang pertama kalinya dia bisa bertahan 1,5 jam di pertokoan.Biasanya boro-boro belanja sendiri, nunggu orang belanja aja dia sangat malas.Kemudian Bastian meninggalkan barang-barang yang dibelinya di mobil, masuk ke ruangannya dan melihat jam, menghitung mundur sisa waktu hingga dia berjumpa dengan Almira.Tiba-tiba pintu terbuka dan Samuel menerjang masuk kemudian duduk di kursi di hadapan Bastian."Pernah dengar yang namanya ketuk pintu dahulu?" Tanya Bastian sambil menatap sahabatnya."Sorry." Samuel berkata sambil mengangkat wajahnya memandang Big Bos yang beberapa minggu ini luar biasa tidak sabaran, pasti saat ini wajahnya di tekuk.Tapi seketika Samuel terdiam, karena ternyata yang terpampang di hadapannya adalah wajah yang sedang berusaha menahan senyum, dan nyaris gagal menyembunyikan
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala