Hari berganti hari, dalam kebosanan Bastian masih belum mendapatkan kebebasannya.
Miranda, istrinya, masih bertahan dengan segala macam cara untuk mengulur waktu agar proses perceraiannya berjalan lambat.Hari ini karena harus mengambil dokumen Bastian pergi ke rumah lama, Miranda langsung merengek minta agar Bastian mengantarnya dulu sebelum dia berangkat ke kantor dengan alasan mobilnya di bengkel. Dalam hati Bastian bertanya-tanya kok masih gak sadar diri pakai minta diantar dan jelas dia tidak setuju, sudah dalam proses perceraian ngapain juga harus bersama, Bastian bilang pakai saja sopirnya, Bastian akan berangkat bawa mobil sendiri.Saat akan berangkat Bastian menghampiri sopir pribadinya."Don, nanti habis antar nyonya tidak usah ke kantor, saya bawa mobil sendiri ya.""Baik, Tuan." Doni menjawab kemudian kembali melanjutkan mengelap mobil tuannya."Memangnya kamu mau disuruh ngantar kemana?" tanya Bastian."Ke Bank Asia, Tuan." kembali Doni menjawab."Oh, ya sudah saya sekalian ikut aja, berarti dari bank kamu antar saya ke kantor seperti biasa.""Baik, Tuan."Bastian tidak tahu apa yang membuat dia berganti haluan, tapi saat mendengar tentang Bank Asia dia ingat tentang buku cek pribadi yang belum diambilnya.Miranda keluar dan berjalan ke mobil, dia tersenyum senang saat melihat Bastian akan semobil bersamanya, tapi kemudian dia kecewa karena suaminya tidak ikut duduk di belakang malah memilih duduk di sebelah kiri sopir.Mereka melaju dalam diam hingga Miranda memecah keheningan ."Nanti kamu turun, Beb?" Miranda bertanya dengan nada merayu."Aku ada urusan di Solitaire, kalau kamu sudah selesai tunggu saja di ruang Prioritas!" Jawab Bastian.Setiba di area parkir, mereka turun bersama kemudian Bastian menuju ruang Solitaire yang sangat ekslusive, hanya yang memiliki kartu anggota dengan rata-rata saldo mengendap 10 miliar yang boleh masuk, sedangkan Miranda menuju ruang Prioritas yang setingkat dibawah Solitaire.Setelah beberapa saat mengecek saldo rekening dan melihat mutasi lalu mengambil buku ceknya akhirnya Bastian turun ke ruang Prioritas.Baru memasuki ruang Prioritas dia bisa mendengar suara istrinya yang mengeluh dengan kencang tentang transfer yang tidak terkirim dan itu membuat dia malu dikira tidak bisa membayar tas Hermes padahal dia sudah langganan dan bla bla bla...... . Sambil mencari tempat duduk di hall Bastian melihat betapa teller dan kepala bagian berusaha menjelaskan dan kebingungan dengan komplain istrinya."Sebenarnya ini bukan kesalahan sistem Bu, tapi di hold oleh bank koresponden karena ada kesalahan penulisan namanya, Bu Miranda." Jelas teller yang melayani."Tapi kan bukan sekali ini saya kirim, berkali-kali saya beli dan transfernya selalu lewat sini kan, gimana sih masak tidak ada perhatian sama sekali, iya kalau saya nasabah regular!" Miranda protes semakin keras, dia senang kalau orang tahu dia kaya."Sebentar ya Bu, saya eskalasi ke Kepala Prioritas dahulu permisi," nampak teller yang melayani Miranda berusaha menahan ekspresinya tetap datar. Tak lama datang pejabat Bank Asia yang berbaju bebas, Bastian mengenalnya sebagai Bapak Agus, Kepala Prioritas.Setelah berbincang, kembali Miranda berulah, ingin rasanya Bastian meninggalkan Miranda kalau saja dia tidak ingat bahwa Miranda menumpang mobilnya.Nampak Bapak Agus tergopoh-gopoh menelepon seseorang."Ayo dong Pak, saya ini nasabah setia lho!" Bentak Miranda."Sebentar Bu, saya sedang minta solusi Vice President kami. Sebentar lagi beliau turun."Beberapa saat kemudian terdengar suara yang lembut dan tegas."Kalian kirim koreksi saja, bilang teman di treasury agar hubungi bank koresponden, minta tolong proses secepatnya dan tagihannya jadi beban kantor!"Bastian yang menunggu tak jauh dari Miranda mengangkat kepalanya, dia seperti mengenal suara lembut itu.'mungkin dulu pernah melayani dia di Solitaire dan kini sudah naik jabatan,' pikir Bastian.Pemilik suara lembut itu membalikkan badan dan berjalan menuju pintu keluar ruang Prioritas.Begitu angin berhembus membawa wewangian lembut Bastian yakin dia pernah mengenal Sang Vice President .Bastian pun bangkit berdiri dan anehnya Sang Vice President juga tidak meneruskan langkahnya, dia hanya diam memandang lurus pria tampan di hadapannya.Mereka saling memandang dan BOOM!! Bastian seketika merasa ruang Prioritas menyempit hanya seukuran mereka berdua.Sang Vice President ternyata Almira Mayangsari!Kemudian Bastian memecah keheningan di antara mereka ."Anakmu, Binta sudah sembuh?"Bastian melihat wajah Almira begitu kaget kemudian berganti ekspresi yang sulit digambarkan seolah-olah dia senang campur takjub campur terpesona."Bagaimana kau tahu nama anakku?""Aku hanya mendengar sekilas, tadinya aku juga tidak yakin," jawab Bastian hampir malu."Iya , dia mulai sehat, thank you," jawab Almira dengan wajah mulai merona.Bastian tidak menyangka akan bertemu dengan Almira di sini.Semesta sedang bersahabat dengannya.Hatinya menghangat.Bastian sendiri asing dengan apa yang dirasakannya, dia hanya merasa...senang ...bahagia...bisa bertemu dengan Almira.Hanya Almira!Bastian melihat Almira membuka mulutnya seperti akan mengatakan sesuatu ketika mata Almira terpaku pada seseorang di belakang Bastian.Kemudian Bastian merasa Miranda memeluk pinggangnya."Ayo Beb, udah selesai, kita pulang!" Kata Miranda sambil memandang wanita cantik yang sedang berdiri diam memandangnya dengan wajah bertanya-tanya dan dalam hati mencoba menebak siapa gadis cantik jelita di hadapan suaminya.Bastian merutuk dalam hati, karena seketika wajah Almira kembali ke moda awal pertemuan mereka, seperti habis di restart, moda tanpa ekspresi, apalagi sepertinya Almira langsung mengenali Miranda sebagai orang yang menampar pipinya.Sebaliknya Miranda tak sedikitpun mengenali Almira terlihat dari senyumnya yang cerah dan sikapnya yang ramah terhadap Almira.Pelan Bastian melepaskan diri dari pelukan Miranda dan berusaha mendekati Almira, tetapi Almira sudah melangkah mundur dan berbalik setelah sebelumnya dia mengangguk pada Bastian dan Miranda.Bastian seketika ingin meninju dinding, dan seketika dia berjalan cepat menuju lift, dia tidak percaya baru saja dia disenangkan tapi seketika itu juga dihempaskan kembali.Dia heran dari sekian banyak waktu mengapa Miranda memilih hari ini untuk memeluk dirinya? Kenapa di ruang Prioritas? Kenapa tidak tadi di area parkir? Kenapa tidak kemarin? Kenapa harus hari ini, di hadapan Almira?Walaupun murka tidak mungkin dia memberontak seperti remaja yang tidak bisa mengendalikan emosi.Setelah sampai di mobil dia berusaha mengendalikan emosinya, duduk diam menunggu Miranda masuk sejenak barulah Bastian mulai berbicara tetap dengan posisi menghadap ke depan dengan suara yang sangat dingin!"Jangan pernah lagi menunjukkan kemesraan seolah-olah tidak ada masalah diantara kita, kita sudah dalam proses perceraian!""Tapi kamu tidak menolakku, Beb!""Karena aku tidak mungkin bereaksi seperti remaja, bukan karena aku menerima dan senang dengan pelukanmu, dan satu lagi jangan panggil aku beb!""Apa hubungan wanita itu dengan kamu Beb.. eh, Bast?""Bukan urusanmu!""Apa dia penyebab perceraian kita?" Kejar Miranda."What?? Sudah kubilang, perceraian kita sudah dimulai saat kamu tidak bisa menghormati perkawinan kita, saat kamu tidak bisa membatasi gairahmu hanya pada satu pria!""Aku tidak akan begitu jika kamu lebih perhatian padaku, jika kamu tidak mengabaikan aku!" Teriak Miranda."Cukup, percuma kita bahas, sudah tidak ada yang bisa dipertahankan di antara kita, sejak awal hubungan kita adalah sebuah kesalahan karena di mulai dengan kebohongan, dan kini sudah selesai!""Aku akan mencari tahu tentang diri wanita itu," Miranda tidak sadar kesabaran Bastian sudah sangat menipis hampir habis."Sekali saja aku tahu kau mengusiknya, kau akan pergi tanpa mendapat bagian apapun, aku punya banyak uang untuk membuat itu berhasil, camkan itu!"Siapapun yang melihat wajah Bastian tidak akan berani coba-coba melawan."Antar aku dulu ke kantor, Don!" Perintah Bastian pada sopirnya."Baik, Tuan." Sahut Doni.Sesampai di kantor, Bastian turun tanpa mengatakan apapun pada Miranda. Kemudian dia bergegas ke ruangannya dan sebelum masuk memerintahkan sekretarisnya agar memanggil Samuel menghadap dia secepatnya.Nampak Miranda memandang kepergian Bastian dengan wajah murung, mungkin dia bertanya-tanya apa yang akan Bastian lakukan dalam keadaan begitu gusar?Almira merasa gemetar, dia tidak menyangka mereka bertemu lagi setelah dua kali pertemuan yang terdahulu.Pertemuan pertama mereka begitu berwarna, Bastian jadi satria berkuda putih yang menyelamatkannya dari percobaan perkosaan yang dilakukan Jack, Bastian membawanya ke Penthouse-nya, memberinya perlindungan dan rasa aman ketika tiba-tiba istrinya datang, dan akhirnya kembali Almira terlempar ke jalanan hanya dengan memakai kemeja Sang Miliarder.Pertemuan ke dua, Almira dibuat tercengang betapa dia begitu peka akan kondisi Almira yang sedang sedih karena Binta sedang sakit, bahkan dia sampai menyarankan Almira untuk menunda pertemuan mereka hanya supaya Almira bisa segera pulang.Dan tadi, pertemuan ke tiga, Almira begitu senang karena Mr Bastian Navarell tidak sekedar menanyakan kondisi Binta tapi juga ingat nama anaknya.Akan tetapi kegembiraannya hanya bertahan hitungan detik yang segera lenyap begitu seorang wanita sexy memeluk Mr Bastian Navarell dan menanggilnya "beb" se
Setelah berganti baju memakai gaun yang ringan karena sore ini cukup panas, Almira keluar dan mendapati dua bidadari kecilnya sedang duduk manis di sofa."Pinter banget anak Mommy duduk manis begini.” Melihat kedua anaknya tak sabar untuk berangkat, Almira pun segera meraih keduanya dalam gendongan. “Ayo Pak Suryo kita berangkat.”Kemudian mereka bertiga naik ke mobil yang dikemudikan oleh Pak Suryo menuju ke Plaza Senayan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Almira.Mereka tidak sadar ada sepasang mobil yang mengikuti mereka dalam jarak yang cukup... hingga tidak akan menarik perhatian.Sesampai di Plaza Senayan mereka bertiga turun, sementara Pak Suryo akan menunggu sampai sang Nyonya muda mengirim pesan padanya untuk dijemput di lobi.Bintari dan Saraswati begitu senang hingga mereka berjalan sambil melompat-lompat kegirangan.Ternyata, begitu sederhana membahagiakan mereka, dan terlihat sekali kalau mereka jarang bermain di luar rumah. Seketika Almira merasa sangat bersalah.
"Tetap sebaiknya jangan Mr Navarell, sekali lagi terima kasih dan hati-hati di jalan." Almira membalikkan badan dan berjalan menjauhi Bastian.Bastian menatap punggung Almira dan berjanji dalam hati, dia harus bisa mendekati Almira sebelum tahun ini berakhir.**Pagi yang cerah.Nampak Samuel berjalan masuk ke ruangan atasan sekaligus sahabatnya.Begitu duduk di kursi dan melihat raut wajah Bosnya, seketika dia tahu ada yang salah."Bagaimana proses perceraianku?" tanya Bastian kepada Samuel."Masih belum final, karena istrimu masih bolak-balik mengganti tuntutannya, Bast!""Aku tidak mau tahu, Sam! Aku mau bulan ini beres!""Oke, aku urus segera!" Samuel berjanji tapi tidak beranjak dari kursinya, hanya dengan mengamati wajah tampan sahabatnya dia tahu masih ada masalah yang belum beres, jadi dia menunggu."Kenapa masih disini? Sana cepat urus perceraianku, Sam!""Wow! Wait..wait..wait..galak amat pagi ini, Bos?" kata Samuel dengan mimik keheranan.."Apa informasi yang diberikan info
Malam ini, tidak beda dengan malam-malam sebelumnya, Bastian enggan untuk pergi ke rumah lama, akan tetapi ada beberapa barang yang harus diambilnya jadi dia pun dengan terpaksa pergi ke rumah lama, dia berharap Miranda tidak ada di rumah. Semoga...Sebenarnya daripada tinggal di apartemen, dia sudah memutuskan membeli rumah lain, tetapi tim legalnya menyarankan jangan membeli apapun sampai proses perceraiannya beres, akhirnya dia kembali ke kompleks apartemennya.Bastian melenggang masuk sambil melepas dasinya.Alam sedang tidak bersahabat dengannya, orang yang sangat ingin ditemuinya selalu menghindarinya dengan berbagai alasan, sebaliknya orang yang ingin dihindarinya selalu muncul."Beb..eh..Bast, makan sama-sama ya, aku tunggu," Miranda menyodorkan diri dengan sangat kentara, dia sangat senang melihat suaminya datang.Bastian berhenti di anak tangga teratas dan melihat Miranda yang menunggu jawabannya."Aku sudah makan!" jawab Bastian padahal yang
Keheningan itu dipecahkan oleh helaan nafas Almira.Bastian menatap raut wajah jelita di hadapannya yang hari ini memakai setelan jas abu-abu tua dikombinasikan blues warna peach yang bagi Bastian sangat cocok dengan kelembutan hatinya."Mari silahkan duduk," ujar Almira sambil menunjuk kursi dihadapannya, dia rikuh harus bagaimana menanggapi pernyataan miliarder tampan di hadapannya.Bastian pun duduk dengan tenang tanpa melepaskan pandangan matanya."Mau minum apa Mr Navarell? Kopi? Teh?" Tanya Almira dengan tangan di atas telepon siap memanggil sekretarisnya."Yang bikin siapa? Kalau sekretaris gak usah, di kantor juga bisa!" jawab Bastian agak ketus mendengar panggilan Almira yang kembali menyebutnya Mr Navarell."Lagi merajuk?" Almira berkata sambil menatap wajah tampan yang mulai menghiasi mimpinya, walau ia sudah berusaha menepisnya mimpi itu tetap datang dengan pemeran utama yang sama."No! Merayu tepatnya!" Dan Bastian pun disuguhkan pemandangan
Setelah menghabiskan waktu hampir 1,5 jam, Bastian pun kembali ke kantor, dalam perjalanan dia harus menahan diri agar tidak senyum-senyum sendiri, dia heran untuk yang pertama kalinya dia bisa bertahan 1,5 jam di pertokoan.Biasanya boro-boro belanja sendiri, nunggu orang belanja aja dia sangat malas.Kemudian Bastian meninggalkan barang-barang yang dibelinya di mobil, masuk ke ruangannya dan melihat jam, menghitung mundur sisa waktu hingga dia berjumpa dengan Almira.Tiba-tiba pintu terbuka dan Samuel menerjang masuk kemudian duduk di kursi di hadapan Bastian."Pernah dengar yang namanya ketuk pintu dahulu?" Tanya Bastian sambil menatap sahabatnya."Sorry." Samuel berkata sambil mengangkat wajahnya memandang Big Bos yang beberapa minggu ini luar biasa tidak sabaran, pasti saat ini wajahnya di tekuk.Tapi seketika Samuel terdiam, karena ternyata yang terpampang di hadapannya adalah wajah yang sedang berusaha menahan senyum, dan nyaris gagal menyembunyikan
Bastian tidak sabar menunggu waktu berjalan, hingga akhirnya jam 5 sore pun tiba. Bastian berjalan keluar kantor sambil menelpon Almira."Hallo.""Ra, sudah di rumah?""Sudah, barusan.""Ok, aku meluncur.""Iya, hati-hati di jalan.""See you, bye."Kemudian Bastian meluncur, selama dalam perjalanan Bastian merasa sangat senang, seakan adrenalinnya sedang melompat-lompat.Setengah jam kemudian sampailah Bastian di depan rumah Almira, terlihat seorang pria, tanpa bertanya membukakan pintu pagar.'mungkin Almira sudah memberitahu kedatanganku, tapi harusnya jangan langsung dibuka tanpa memastikan, bukan?' batin Bastian.Melalui kaca mobil Bastian dapat melihat Binta dan Saras yang mengintip penuh rasa ingin tahu dengan mimik sangat lucu.Kemudian Bastian turun dari mobil, seketika Binta membuka pintu dan berlari mendapatkan Bastian."Daddy Binta datang....Daddy Binta datang....ye ye ye, ndong.. ndong." Binta merentangkan tan
"Oke, sekarang Mommy mau bantu mbak Ning dulu, Binta dan Saras main dulu ya." Kemudian Almira berjalan mendekati Bastian, dengan suara pelan seraya mendekatkan wajahnya, Almira menengadah dan berkata,"sorry."Bastian harus berusaha keras bertahan ditempatnya berdiri saat hatinya ingin merengkuh Almira yang sudah berada sangat dekat dengannya.Kemudian Bastian membelai wajah Almira dengan buku tangan kanannya,"Aku tidak keberatan mereka memanggilku daddy," tanpa harus berbisik suara Bastian terdengar serak dan sangat pelan."Jangan memberi anak-anakku harapan palsu, mereka sudah cukup menderita selama ini."Kemudian Almira meninggalkan Bastian yang seketika berjalan mengejar Almira sampai ke ruang tengah. Setelah cukup jauh dari anak-anak, Bastian menangkap tangan Almira dan membalikkan badannya, kini mereka berhadapan."Apa maksudmu harapan palsu? Aku sudah cukup lama mengejarmu, makin aku mendekat kau yang makin menjauh, Ra! Makin aku mengejar kau
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala