Bastian tidak sabar menunggu waktu berjalan, hingga akhirnya jam 5 sore pun tiba.
Bastian berjalan keluar kantor sambil menelpon Almira."Hallo.""Ra, sudah di rumah?""Sudah, barusan.""Ok, aku meluncur.""Iya, hati-hati di jalan.""See you, bye."Kemudian Bastian meluncur, selama dalam perjalanan Bastian merasa sangat senang, seakan adrenalinnya sedang melompat-lompat.Setengah jam kemudian sampailah Bastian di depan rumah Almira, terlihat seorang pria, tanpa bertanya membukakan pintu pagar.'mungkin Almira sudah memberitahu kedatanganku, tapi harusnya jangan langsung dibuka tanpa memastikan, bukan?' batin Bastian.Melalui kaca mobil Bastian dapat melihat Binta dan Saras yang mengintip penuh rasa ingin tahu dengan mimik sangat lucu.Kemudian Bastian turun dari mobil, seketika Binta membuka pintu dan berlari mendapatkan Bastian."Daddy Binta datang....Daddy Binta datang....ye ye ye, ndong.. ndong." Binta merentangkan tan"Oke, sekarang Mommy mau bantu mbak Ning dulu, Binta dan Saras main dulu ya." Kemudian Almira berjalan mendekati Bastian, dengan suara pelan seraya mendekatkan wajahnya, Almira menengadah dan berkata,"sorry."Bastian harus berusaha keras bertahan ditempatnya berdiri saat hatinya ingin merengkuh Almira yang sudah berada sangat dekat dengannya.Kemudian Bastian membelai wajah Almira dengan buku tangan kanannya,"Aku tidak keberatan mereka memanggilku daddy," tanpa harus berbisik suara Bastian terdengar serak dan sangat pelan."Jangan memberi anak-anakku harapan palsu, mereka sudah cukup menderita selama ini."Kemudian Almira meninggalkan Bastian yang seketika berjalan mengejar Almira sampai ke ruang tengah. Setelah cukup jauh dari anak-anak, Bastian menangkap tangan Almira dan membalikkan badannya, kini mereka berhadapan."Apa maksudmu harapan palsu? Aku sudah cukup lama mengejarmu, makin aku mendekat kau yang makin menjauh, Ra! Makin aku mengejar kau
Sambil makan malam, Binta dan Saras berkicau dalam bahasa mereka, tidak menyadari om daddy dan mommy mereka yang berkali-kali saling pandang, kemudian Bastian ingat belum menurunkan hadiah yang dia beli."Siapa yang mau hadiah?""Hoyeeeeee .... Binta mau, Adek mau, Mommy mau, yeeeeee....""Kalau mau, harus makan sampai habis dulu, baru Om Daddy ambil hadiahnya."Mereka berdua tidak lagi berceloteh, tapi sekarang duduk manis dan berusaha cepat-cepat menghabiskan makanan mereka.Setelah habis, Bastian menyuruh sopirnya untuk membawa masuk hadiah-hadiah yang tadi siang dibelinya.Begitu sopir Bastian datang dengan membawa boneka super besar, kedua bidadari kecil itu melompat-lompat kegirangan.Almira sangat bersyukur melihat anak-anaknya senang, bukan karena hadiahnya walau dia tahu itu mahal, tapi lebih karena perhatian yang Bastian berikan buat mereka.Setelah makan malam, mereka pindah ke kamar anak-anak.Awalnya Bastian menolak untuk ikut mer
Almira mungkin yang pertama mengerang tapi sebentar lagi kedudukan akan menjadi seri, dengan malu-malu Almira menjentikkan lidahnya yang langsung disambar oleh Bastian, hingga mereka berada dalam keadaan sangat panas."Ra... pertahananku sudah hampir habis, katakan stop maka aku akan berhenti, atau kita akan bersama malam ini, katakan pilihanmu Ra, cepat!!" Bastian berkata dengan napas masih memburu, hanya dalamnya rasa cintanya membuat dia masih mampu menahan hasratnya, dia tidak ingin merusak kemajuan yang sudah diperolehnya.Almira melingkarkan kedua lengannya di leher Bastian dan berkata,"stop!""Ohh...Ra, kau membunuhku! Kau rasakan itu? Adik paling kecil sudah bangun dan minta perhatian, Ra!"Bagaimana mungkin Almira tidak merasakan kalau mereka berpelukan begitu erat?Bastian mendekap kepala Almira dan membaringkannya di dadanya."Aku harus pulang sekarang, kalau tidak kita berdua harus tanggung akibatnya." Kata Bastian enggan."Terima kasih perh
"Aku lihat sendiri, dengan mata kepalaku sendiri, dia itu sendirian belanja hadiah boneka barbie besar banget, trus arrrgghh, benci aku membayangkan bisa ada yang mempengaruhinya sebesar itu, sampai melakukan semuanya sendiri, uuhhhhh!" Miranda terlihat sangat marah saat bercerita kepada dua orang temannya."Sabar, ngomongnya jangan bikin kita bingung dong, kamu sendiri .. dia sendiri..mata sendiri.. santai dikit, biar gak darah tinggi lu." Juliana berusaha mendinginkan temannya yang memang sangat temperamental."Itu masih belum apa-apa, setelah membeli boneka itu dia naik ke lantai 8, lantai gue guys, terus dia masuk ke butik langganan gue, dan borong gaun, minta dikemas yang cantik, ihhhh benci benci benciiiiii gue ching!!" Kali ini Miranda berteriak sungguhan hingga menarik perhatian pengunjung cafe yang lain."Trus kamu gak nanya sama pegawai butik langgananmu itu? Dikirim ke mana semua pakaian yang dia beli?" giliran Victo yang mulai pingin tahu, dalam hati sudah
Siang ini Bastian sedang mengadakan video conference dengan beberapa kolega bisnisnya, dia berusaha berkonsentrasi tetapi tetap saja bayangan Almira yang dikunjungi si Jack, lalu Almira yang menolak ajakan Bastian untuk makan siang, susah untuk ditepis.Bastian merasa Almira mencari-cari alasan yang ada rapat, yang menghindari keramaian, padahal kalau memang mau makan bersama kan bisa dicari solusinya(?)Akan tetapi Bastian tidak mendesak Almira karena dia berusaha menghormati keputusan Almira agar mereka berdua menjauhi keramaian sampai perceraian Bastian beres.Akan tetapi siang ini Bastian merasa gamang, karena dia tidak tahu pasti sejauh apa Jack tadi memaksa Almira.Coba kalau Almira menerima ajakannya makan siang, pasti dia sudah dapat informasi yang diinginkannya. Bastian kembali berusaha memusatkan perhatian pada video conference dengan kliennya, akhirnya walaupun tidak berkonsentrasi tapi Bastian berhasil menutup kesepakatan yang lumayan menguntun
Bastian berpikir kenapa Almira repot-repot memasak makanan kesukaannya? Sebagai ucapan terimakasih?Bastian tidak ingin ucapan terima kasih! Bastian ingin Almira membalas perasaannya, kalau Almira punya setengah saja dari perasaan Bastian padanya, pasti Almira tidak akan menolak ajakan makan siangnya tadi."Kok jadi muram malahan?" tanya Samuel sambil makan dengan lahap."Sebentar, aku telepon dulu." Kemudian Samuel mengeluarkan ponsel terbarunya dan mulai menekan tombol lalu menempelkan ponselnya di telinga."Hallo selamat siang, bisa dengan Ibu Almira?""....""Ehm, sebenarnya ini penting, kalau tidak lama, saya tunggu aja.""Udah nggak usah nge-prank aku, nggak usah pura-pura telepon, makan lagi sono..habisin!" Sergah Bastian."Ini beneran Ibu Almira? Bu Almira mau nanya aja kenapa Bos saya hari ini muram?" lanjut Samuel dengan nada seperti paparasi.Bastian yang mengira dikerjain, menjawab perlahan,"gimana nggak muram, kalau kamu jadi
Bastian yang tidak yakin bahwa dirinya tidak akan melangkah terlalu jauh jika berada di dalam kamar, akhirnya menggendong Almira keluar menuju ruang bermain yang bersebelahan dengan kamar anak-anak."Bast, turunin ih, kalau sampai ada yang lihat gimana?" Almira berbisik di leher Bastian."Emang kenapa?" Bastian tidak dapat memberikan reaksi yang lebih baik karena keberadaan bibir Almira di lehernya membuat otaknya kacau."Kenapa harus pindah?" Kejar Almira yang lebih nyaman berada di ruang tertutup, nggak kebayang kalau sampai sopir atau pembantunya tahu. "Kalau kita di dalam terus, aku nggak yakin bisa berhenti, Ra." Bastian berusaha menjelaskan dengan benar.Kemudian sambil masih memeluk Almira, Bastian berbisik pelan,"aku sangat ingin membahagiakanmu Ra, membuatmu menyerukan namaku, hanya namaku dibibirmu saat kau mencapai puncak, tapi aku tidak ingin menjadi pria dangkal yang memanfaatkan kesempatan.""Jadi lebih aman kalau kita berada diluar kamar ti
Jantung Bastian langsung berdebar mendengar kata 'rahasia yang besar' mungkin menurut Almira mumpung mereka sedang saling menumpahkan isi hati mereka, jadi dia ingin memberitahu sebuah perkara besar. Bastian menyiapkan dirinya, apapun yang terjadi, kalau ini tentang ayah Binta dan Saras, dia akan berdiri di depan, pasang badan bagi orang-orang tercintanya."Mantan suamimu? Ceritakan, Ra. Ceritakan semuanya," kata Bastian.Almira sangat kaget dan terharu, betapa Bastian yang menyangka dia adalah janda dengan dua anak, mau menerima mereka apa adanya, bahkan sangat mengasihi kedua keponakannya itu.'aku akan menceritakan status anak-anak yang sebenarnya, kemudian kalau sudah tidak jengah aku akan memberitahukan tentang kepolosanku, itu kalau aku mampu membuka mulutku. Membayangkan saja aku sudah malu setengah mati,' batin Almira. Bastian memperhatikan perubahan yang terjadi di wajah Almira dan Bastian merasa sungguh beruntung menemukan sosok dengan kepribad
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala