Bastian yang tidak yakin bahwa dirinya tidak akan melangkah terlalu jauh jika berada di dalam kamar, akhirnya menggendong Almira keluar menuju ruang bermain yang bersebelahan dengan kamar anak-anak.
"Bast, turunin ih, kalau sampai ada yang lihat gimana?" Almira berbisik di leher Bastian."Emang kenapa?" Bastian tidak dapat memberikan reaksi yang lebih baik karena keberadaan bibir Almira di lehernya membuat otaknya kacau."Kenapa harus pindah?" Kejar Almira yang lebih nyaman berada di ruang tertutup, nggak kebayang kalau sampai sopir atau pembantunya tahu."Kalau kita di dalam terus, aku nggak yakin bisa berhenti, Ra." Bastian berusaha menjelaskan dengan benar.Kemudian sambil masih memeluk Almira, Bastian berbisik pelan,"aku sangat ingin membahagiakanmu Ra, membuatmu menyerukan namaku, hanya namaku dibibirmu saat kau mencapai puncak, tapi aku tidak ingin menjadi pria dangkal yang memanfaatkan kesempatan.""Jadi lebih aman kalau kita berada diluar kamar tiJantung Bastian langsung berdebar mendengar kata 'rahasia yang besar' mungkin menurut Almira mumpung mereka sedang saling menumpahkan isi hati mereka, jadi dia ingin memberitahu sebuah perkara besar. Bastian menyiapkan dirinya, apapun yang terjadi, kalau ini tentang ayah Binta dan Saras, dia akan berdiri di depan, pasang badan bagi orang-orang tercintanya."Mantan suamimu? Ceritakan, Ra. Ceritakan semuanya," kata Bastian.Almira sangat kaget dan terharu, betapa Bastian yang menyangka dia adalah janda dengan dua anak, mau menerima mereka apa adanya, bahkan sangat mengasihi kedua keponakannya itu.'aku akan menceritakan status anak-anak yang sebenarnya, kemudian kalau sudah tidak jengah aku akan memberitahukan tentang kepolosanku, itu kalau aku mampu membuka mulutku. Membayangkan saja aku sudah malu setengah mati,' batin Almira. Bastian memperhatikan perubahan yang terjadi di wajah Almira dan Bastian merasa sungguh beruntung menemukan sosok dengan kepribad
'Hari ini matahari begitu terang atau itu hanya perasaanku saja,' Bagi Bastian bunga -bunga bermekaran dengan indahnya, semua karena satu nama yang mengisi hatinya yaitu Almira. Hari ini H-1 pembukaan kantor cabang di Singapura, begitu banyak persiapan yang harus dilakukan untuk pembukaan kantor cabang baru, Bastian sudah tidak ikut campur tetapi banyak yang harus di approve sehingga dari pagi hingga jam 11.00 WIB berlalu dengan sangat cepat. Bastian sudah sangat rindu mendengar suara merdu Almira .Kemudian Bastian mengambil ponsel dan bersandar pada kursi sambil menunggu Almira menjawab panggilannya, langsung dalam mode video call.Ting!Seraut wajah yang sangat dicintainya muncul di layar."Hai Sayang, lagi ngapain?" tanya Bastian sambil memandang tajam Almira."Lagi kerja!" jawab Almira sengaja ingin menggoda Bastian."Hmm awas ya, tunggu aku datang, apa masih berani ngledek!"Almira tersenyum lebar, tiba-tiba Almira mendongak k
"Karena aku tahu kamu belum menikah!""Itu bukan indikator yang akurat, hanya karena aku belum menikah bukan berarti aku belum bertemu pria impianku.""Bulshitt Lady, bisa jadi kalian putus! Atau kamu tidak jadi menikah dengan pria impianmu itu.""Kalau itu terjadi aku akan hidup sendiri dan dia tetap menjadi pria impianku! Tidak ada tempat tersisa bagi yang lain, jadi menyerahlah dan lanjutkan hidupmu, cari orang lain dan jangan ganggu aku lagi!"Nampaknya Almira sudah sampai di titik terendah yang bisa ditoleransinya.Entah si pria itu mulai sadar atau dia mulai menyerah, yang pasti akhirnya dia pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.Selang beberapa waktu Bastian tiba dengan wajah bahagia, sangat bahagia karena dia mendengar bahwa Almira telah menemukan pria impiannya, sejak dengan tidak sengaja mendengar hal itu, Bastian merasa mendengar penyataan sayang yang jarang diungkapkan Almira. Semoga itu tanda-tanda awal Almira akan menyatakan cinta pada
"Itu manusiawi, sangat bisa dimaklumi, Sayang," hibur Bastian."Jangan membelaku, Bast. Kalau aku sedikit lebih memperhatikan sekolah mereka, aku pasti nggak lupa tentang 'father's day' ini kan?"Bastian tetap memeluk Almira-nya yang bersedih dan mengelus rambut Almira yang sedang merebahkan kepala di dadanya.Bagi Bastian kemajuan beberapa hari ini sungguh membahagiakan, biasa Almira tidak mau menunjukkan kemesraan kecuali saat mereka hanya berdua, tapi siang ini, dengan pak sopir di depan mereka, dia tidak menolak penghiburan yang Bastian berikan.Semoga bukan karena kesedihannya tapi karena memang hubungan mereka sudah memasuki level baru."Aku tidak membelamu, akan tetapi kamu adalah ibu rumah tangga yang juga wanita karir, Ra. Jadi sangat bisa dimaklumi jika terjadi hal-hal begini, yang diurus kan banyak.""Tapi seharusnya aku kan punya skala prioritas, Bast!"Bastian tidak melanjutkan pembicaraan mereka karena mereka telah sampai di rumah Almira.
Bastian melihat Almira keluar dari kamar, masuk ke kamarnya sendiri yang berada di sebelah kamar anak-anak, jadi Bastian menemani mereka sebentar memastikan mereka sudah nyenyak baru dia akan meninggalkan mereka.Sebelum meninggalkan kamar anak-anak Bastian menelepon kantor dan memberitahu bahwa nanti dia tidak kembali ke kantor.Kemudian Bastian mendekati Almira yang duduk di tempat tidur, Almira yang duduk diam nampak tenggelam dalam pikirannya tapi ketika Bastian memeluknya seketika pecahlah tangisnya.Bastian memeluk Almira dalam buaiannya dan mengusap kepala dan punggung Almira bergantian berusaha menghibur dengan pelukannya."Mereka masih anak-anak , mereka sangat cepat memaafkan dan melupakan, mereka sangat sayang Mommy-nya," Bastian berbicara dan mencium bersamaan."Tapi aku sudah sangat membuat dia kecewa Bast, sejak kecil mereka sudah tidak memiliki orang tua, giliran cuma punya Mommy, Mommy-nya gak becus!" Dan Almira pun menyembunyikan wajahnya d
"Bisa cepat, bisa juga lambat...apapun di kolong bumi ini ada masanya, bukan?""Aku mau yang cepat, please." Almira tertawa. "Harus?" Bastian mengangguk lalu membelai mesra bibir Almira, sambil berkata, 'ingat ini selama aku pergi I LOVE YOU," bisik Bastian di bibir indah sang kekasih.Kemudian Bastian meninggalkan Almira yang akan mandi, Bastian menuju kamar anak-anak tapi di tengah jalan dia mendengar celoteh mereka dari ruang bermain, ternyata Binta dan Saras sudah bangun dan sudah mandi."Hallo anak Daddy Sayang, kemari peluk dulu." Bastian pun berjongkok agar bisa memeluk mereka berdua.Kemudian Bastian berpesan kepada mereka sambil masih dalam posisi berjongkok."Om Daddy mau pergi, Binta dan Saras jaga Mommy ya, jangan bikin Mommy sedih, ok sayang? Nanti Om Daddy bawa hadiah buat Binta dan Saras ya.""Cama buat Mommy?" tanya Saras."Iya dong pasti Om Daddy bawa hadiah buat Mommy juga!" Kemudian Bastian mencium kepala kedua bidadari
'Apa-apaan hotel ini!' batin Bastian."Kenapa bisa hotel memberikan kunci sembarangan? Mana manajermu?""Ini kuncimu," terdengar suara wanita yang menyela.Bastian menoleh dan melihat asal suara. Wanita itu lagi! Wanita asing yang menjemputnya. Wanita itu sedang menunjukkan kunci kamar lalu menggenggamnya kembali."Aku akan menunjukkan kamarmu, follow me!" Si wanita berjalan sambil mengayunkan pinggulnya menggoda siapa pun yang melihatnya.Bastian tidak akan membahas hal ini sekarang, dia harus segera sampai di kamarnya agar dia bisa melihat dan memeriksa persiapan final acara pembukaan, tapi secepat yang dia bisa dia akan menghubungi sekretarisnya untuk mengembalikan wanita itu ke tempat dari mana dia berasal.Si wanita membuka pintu kamar, masuk dan memegang pintu agar Bastian bisa masuk, kemudian menutup pintu saat Bastian telah berada di dalam.Setelah terdiam sejenak, dia mulai membuka kakinya, membuka jas mahalnya hingga kini hanya ada blus transparan yang tidak menyembunyi
"Van, kamu koordinasi segera, cari tahu siapa yang mereka suruh ke bandara menjemputku!""Bapak dijemput terlambat?" Tanya Vanya, sekretaris Bastian."Bukan terlambat, tapi wanita itu pasti penyusup!""Wanita?" Terdengar Vanya reflek berseru mendengar penjelasan Bastian."Memang driver tidak harus pria, bisa saja driver itu wanita, tapi yang ini beda, jadi cari tahu segera, aku akan kirimkan fotonya, cari tahu lewat siapa wanita ini bisa menyusup, semoga tidak ada orang dalam yang terlibat, kabari aku segera, sebelum acara besok jadi porak-poranda, cari tahu sekarang!" Perintah Bastian, tidak perduli ini sudah malam.Kemudian Bastian menghubungi Samuel."Aku akan kirim foto, wanita yang jadi sopirku juga pegang kunci kamar hotelku, cari tahu dia suruhan siapa, secepatnya, Sam! Kamu koordinasi dengan Vanya, sebelum semuanya terlambat, dan satu lagi, suruh orang kita jaga rumah Almira dan anak-anak, lindungi mereka dari jauh, ada pertanyaan?""Dimengerti Bos! Boleh langsung kir
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala