"Bisa cepat, bisa juga lambat...apapun di kolong bumi ini ada masanya, bukan?"
"Aku mau yang cepat, please."Almira tertawa."Harus?" Bastian mengangguk lalu membelai mesra bibir Almira, sambil berkata, 'ingat ini selama aku pergi I LOVE YOU," bisik Bastian di bibir indah sang kekasih.Kemudian Bastian meninggalkan Almira yang akan mandi, Bastian menuju kamar anak-anak tapi di tengah jalan dia mendengar celoteh mereka dari ruang bermain, ternyata Binta dan Saras sudah bangun dan sudah mandi."Hallo anak Daddy Sayang, kemari peluk dulu." Bastian pun berjongkok agar bisa memeluk mereka berdua.Kemudian Bastian berpesan kepada mereka sambil masih dalam posisi berjongkok."Om Daddy mau pergi, Binta dan Saras jaga Mommy ya, jangan bikin Mommy sedih, ok sayang? Nanti Om Daddy bawa hadiah buat Binta dan Saras ya.""Cama buat Mommy?" tanya Saras."Iya dong pasti Om Daddy bawa hadiah buat Mommy juga!" Kemudian Bastian mencium kepala kedua bidadari'Apa-apaan hotel ini!' batin Bastian."Kenapa bisa hotel memberikan kunci sembarangan? Mana manajermu?""Ini kuncimu," terdengar suara wanita yang menyela.Bastian menoleh dan melihat asal suara. Wanita itu lagi! Wanita asing yang menjemputnya. Wanita itu sedang menunjukkan kunci kamar lalu menggenggamnya kembali."Aku akan menunjukkan kamarmu, follow me!" Si wanita berjalan sambil mengayunkan pinggulnya menggoda siapa pun yang melihatnya.Bastian tidak akan membahas hal ini sekarang, dia harus segera sampai di kamarnya agar dia bisa melihat dan memeriksa persiapan final acara pembukaan, tapi secepat yang dia bisa dia akan menghubungi sekretarisnya untuk mengembalikan wanita itu ke tempat dari mana dia berasal.Si wanita membuka pintu kamar, masuk dan memegang pintu agar Bastian bisa masuk, kemudian menutup pintu saat Bastian telah berada di dalam.Setelah terdiam sejenak, dia mulai membuka kakinya, membuka jas mahalnya hingga kini hanya ada blus transparan yang tidak menyembunyi
"Van, kamu koordinasi segera, cari tahu siapa yang mereka suruh ke bandara menjemputku!""Bapak dijemput terlambat?" Tanya Vanya, sekretaris Bastian."Bukan terlambat, tapi wanita itu pasti penyusup!""Wanita?" Terdengar Vanya reflek berseru mendengar penjelasan Bastian."Memang driver tidak harus pria, bisa saja driver itu wanita, tapi yang ini beda, jadi cari tahu segera, aku akan kirimkan fotonya, cari tahu lewat siapa wanita ini bisa menyusup, semoga tidak ada orang dalam yang terlibat, kabari aku segera, sebelum acara besok jadi porak-poranda, cari tahu sekarang!" Perintah Bastian, tidak perduli ini sudah malam.Kemudian Bastian menghubungi Samuel."Aku akan kirim foto, wanita yang jadi sopirku juga pegang kunci kamar hotelku, cari tahu dia suruhan siapa, secepatnya, Sam! Kamu koordinasi dengan Vanya, sebelum semuanya terlambat, dan satu lagi, suruh orang kita jaga rumah Almira dan anak-anak, lindungi mereka dari jauh, ada pertanyaan?""Dimengerti Bos! Boleh langsung kir
Bastian memandang wanita dihadapannya."Kau? Baguslah, jadi aku nggak usah repot-repot suruh anak buahku mencarimu." Mata si wanita berbinar."Kau menyuruh mereka mencariku?""Dari binar di wajahmu aku bisa menebak kau salah menangkap maksudku!"Kini wajah cantik itu cemberut. "Kenapa kamu menyuruh orang-orangmu mencariku?" "Pikir sendiri! Kesalahan apa yang sudah kau lakukan." Sergah Bastian sedingin es.Inilah Bastian yang dikenal oleh orang sekitarnya, pria yang dingin, pendiam, angkuh, cenderung arogan dan super cuek.Hanya bersama Almira dan kedua anaknya dia bisa bermanja-manja, dia merasa hanya bersama Almira dia bisa menjadi diri sendiri tanpa takut diremehkan, tanpa takut menunjukkan kelemahannya yang biasanya bisa berbalik menyerang dirinya sendiri.Sambil memandang wanita murahan itu, Bastian menelpon Samuel."Wanita itu ada di hotel, kamu periksa semua persiapan, lakukan prosedur seperti biasa!"Kemudian Bastian menutup ponselnya dan berkata kepada wanita di hadapan
"Kenapa badanku rasanya nggak karuan begini, sakit rindu? Astaga, masa iya..nggak mungkin, ini beneran sakit kok," gumam Almira sambil menahan nyeri.Almira merasa sangat tidak enak badan, sejak bangun dia merasa sakit di perutnya, setelah mengantar anak-anak ke mobil dia segera tidur kembali dan akhirnya terbangun karena telepon masuk dari Bastian.Sebenarnya sudah sejak kemarin dia merasa tidak enak badan, tapi Almira hanya minum vitamin saja dengan harapan segera membaik.Sudah berkali-kali Almira harus BAB, hingga kondisinya sudah mulai lemah tetapi Almira tetap mandi, berganti baju untuk ke kantor, memakai setelan jas warna gelap untuk berjaga-jaga kalau mungkin harus sering ke belakang.Semoga nanti sudah berkurang karena pengaruh obat yang diminumnya.Almira selesai bersiap kemudian dia keluar kamar untuk sarapan, tiba-tiba matanya tertumbuk pada handuk yang kemarin bekas dipakai Bastian dan masih tergantung di pintu kamar ganti.Almira tersenyum lebar, sejenak rasa sakitnya te
Baru saja Almira terbangun dari tidurnya, karena pengaruh obat Almira bisa tidur sebentar, tiba-tiba ada panggilan dari rumah, Almira sangat terkejut bukannya dia sudah wanti-wanti sama Ning, pembantunya untuk tidak memberitahu anak-anak? Ini baru jam 16.00 wib,atau mungkin ada yang lain, bukan tentang Binta dan Saras(?)"Hallo,""Bu.""Ning""Maaf, Bu." "Kenapa, Ning?""Non Binta, dari tadi siang minta telepon Mommy dan Om Daddy, Bu.""Tumben," pikir Almira, mungkin intuisi anak-anak memang sangat tajam."Bapak memang lagi sibuk, Ning! Nggak bisa di telepon.""Iya Bu, sejak tadi siang tidak bisa, Bu.""Sekarang Binta mana, Ning?""Ini, Bu.""Sayang?""Mommy, tata(kata) Mbak Ning, Mommy tidul di lumah sakit? Iya? Nggak mau Mommy....nggak mau, tata(kata) Daddy, Binta halus jaga Mommy ... Mommy halus pulang!""Sayang, mungkin hanya malam ini Mommy di rumah sakit, besok Mommy sudah pulang, jadi besok Binta sudah bisa j
"Oh sebentar Tuan, saya masuk dulu, saya suruh Ning cek teleponnya ya, Tuan."Pak Suryo bergegas masuk, dia kebingungan harus ngomong apa, belum sempat memutuskan harus bagaimana{"Pak Sulyo, ayok antal Binta, sekalang! Ayok," kata Binta sambil menarik tangan Pak Suryo."Eh, bentar Non Binta, Pak Sur mau ngecek telepon dulu." "Pak Sur, itu Binta?" sela Bastian."Eh iya, Tuan! Ini ada Non Binta, Tuan.""Sambungkan Pak! Ganti ke mode video call!"Beberapa saat kemudian muncullah wajah si sulung yang sangat menggemaskan."Binta, sudah mandi, Sayang? Kenapa wajahnya cemberut gitu? Ingat janjinya selama Daddy pergi, Binta harus jadi anak pintar, kan?"Bibir Binta bergetar, dia sedang menahan tangis.Bastian yang melihat jadi kaget."Sayang, kenapa?""Binta janji jaga Mommy, tapi Mommy nggak pulang, Binta nggak bisa jaga Mommy. Binta mau Mommy pulang." Binta menangis karena ingin Mommynya pulang.Sekarang giliran Bastian yang sangat kaget."Mommy mungkin masih ada urusan Binta, nanti ka
"Vanya, semua sudah siap! Akan tetapi selalu ada faktor X yang terjadi, walau aku berharap semoga tidak terjadi, kamu tetap siaga dan pantau terus perkembangan, jangan jauh-jauh dari ponselmu!"Samuel mengurus tiket pulang, mengurus mobil yang akan mengantar Bastian ke bandara, dan mengurus 'wanita gila' yang sangat sexy, semuanya dilakukan pada saat yang bersamaan.Memang menjadi tangan kanan seorang miliarder tidak mudah, banyak kejadian tidak 'umum' yang telah dialaminya, dia sadar untuk itulah dia dibayar mahal.Bastian berpikir bos-nya yang juga sahabatnya adalah orang yang keras, tetap keras saat sudah menikah dan semakin keras saat berada dalam proses perceraian.Tapi itu saat semua kejadian tidak ada yang namanya 'Almira' di dalamnya. Beda dengan saat ini, sepusing apapun bos-nya begitu 'Almira' tersenyum atau suara merdunya terdengar, seketika boss-nya berubah 180 derajat dan itu bukan dibuat-buat, automaticly!Sebaliknya bos-nya adalah orang yang sangat tenang tapi liha
Kemudian Bastian memulai episode berbicara tentang apa saja kepada Almira, dia pernah mendengar untuk menpertahankan kesadaran seseorang berceritalah... biarkan dia mendengar, hanya mendengar."Kau tahu, Sayang? Dulu hari-hari yang ku lalui sangat membosankan, aku berjuang untuk membesarkan perusahaanku, menggandakan keuntungan yang ku dapat di bursa saham, memenangkan kesepakatan-kesepakatan baru yang sangat menguntungkan, tapi semuanya tetap tidak dapat membuatku merasa lebih baik dari sebelumnya, hari-hari ku tetap terasa membosankan.""Hingga suatu hari aku melihat seorang wanita asli Indonesia yang cantik jelita, namanya Almira Mayangsari, nama yang sangat cocok dengan wajahnya yang begitu lembut, tapi dia tidak tertarik padaku, mengacuhkanku, dia mengucapkan terima kasih tapi seketika menjauh, dia menghindariku karena tidak ingin merusak rumah tangga orang lain, jadi dia pergi! Prinsip yang sangat ku hargai dan aku makin ingin bersamanya, jadi aku mengejarnya.""Aku mencari-
"Ceritanya panjang, yang pasti sejak kalian meninggalkan pantai, aku menemukan orang tua yang termenung dengan laptop terbuka yang berhiaskan wajahmu.""Aku menyewa agent untuk mengikuti orang itu, dan setelah mendapat alamat yang pasti aku datang, aku tidak bertemu tapi ternyata orang tua itu adalah Mr Philip."Saat itu telepon seluler Almira berbunyi.Almira menyalakan speakernya."Bagaimana keadaan di sana, Al?" tanya Samuel."Sudah beres Sam," jawab Almira."Syukurlah, aku akan kabari Aydan." "Tidak usah, aku sudah menghubunginya." Sela Bastian."Kok kamu nggak hubungi aku, Bast?" "Kamu tahan jarimu lima detik saja, pasti aku yang lebih dulu meneleponmu, lagian kenapa juga kamu telepon istriku dulu bukan aku?" Terdengar tawa Samuel membahana."Al, kamu dengan siapa sekarang?""Dengan_""Dengan suaminya yang sah! Kamu nggak usah mencemaskan istri orang Sam, cari istrimu sendiri!"Sambil tersenyum Almira menyuruh Samuel berbicara dalam bahasa Inggris."Buset galak banget, untun
Sepeninggal anak-anaknya, mereka berdua termenung, Mrs Philip hanya ingin mengatakan kebenaran setelah itu dia akan melanjutkan hidupnya, selagi dia masih mampu meninggalkan pria yang sudah menemaninya selama 39 tahun kehidupan perkawinan mereka."Aku tidak mengatakan siapa ayah Bastian, bukan karena aku mencintai pria itu kalau aku melindunginya darimu, juga bukan karena aku ingin menyembunyikan identitasnya, tapi karena aku tidak tahu siapa dia!" Mrs Philip memulai pengakuan yang sudah lama ingin diungkapkannya tapi tidak pernah dia menemukan keberanian untuk itu.Nampak Mr Philip terkejut luar biA mendengar penuturan istrinya."Bagaimana mungkin kau tidak tahu siapa pria yang bersamamu? Kalian harus _""Dengarkan aku!" Mrs Philip memotong kalimat suaminya, dia ngeri jika harus mendengar tuduhan tambahan yang makin menambah nyeri di hatinya. "Saat kita bertengkar hebat dan kita berpisah, aku berusaha bertahan, tapi aku semakin gila berhari-hari di rumah, akhirnya aku keluar,
Setelah Perjalanan udara yang cukup melelahkan selama hampir 22 jam, ditambah 1 jam perjalanan darat akhirnya Almira dan Bastian sampai di hotel.Mereka chek in hampir jam 22.00 waktu Indonesia, di Prancis baru jam 4 sore.Setelah selesai beristirahat yang bener-bener beristirahat, Almira segera bangun dan bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Bastian.Bastian sengaja memilih hotel yang paling dekat dengan rumah orang tuanya agar Almira gampang pulang pergi dari hotel."Dad, aku pergi sekarang aja, biar nggak terlalu lama.""Kalau Mom minta kamu menginap gimana, Ra?"Almira berpikir kayaknya nggak mungkin dia menginap."Ternyata curhat aja bisa sampai sejauh hampir 13.000 kilometer, Ra!"Almira tersenyum tipis, kemudian mencium Bastian mesra, ingin Almira menjawab ini bukan curhat biasa, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya."Ra, kalau Mom nggak ada langsung kamu telepon aku ya!""Iya Dad, udah bobok lagi!""Malas sendirian, Ra.""Daddy mau ke mana?""Di bar and
Hari sudah terang, anak-anak sudah berangkat ke sekolah, saat Bastian terbangun, Bastian merasa heran kenapa dia bangun dengan perasaan yang tidak enak.Setelah terdiam dan mengingat beberapa lama Bastian tahu apa yang membuat hatinya susah, nanti siang istrinya akan terbang ke Prancis, meninggalkannya dan anak-anak di Indonesia.Bastian bergegas bangun, masuk ke kamar mandi.Sepuluh menit kemudian Bastian sudah siap turun dan mencari istrinya.Mencari kemana-mana, Bastian belum juga menemukan istrinya, akhirnya Bastian ke dapur, nggak ada juga."Ning, ibu dimana?"Ning melihat majikannya, kemudian seperti berpikir."Ibu nggak bilang mau kemana Tuan, tadi sih di ruang adik baby, habis itu ke mana saya kurang tahu Tuan, saya cari dulu Tuan." Ning bergegas akan mencuci tangannya.Bastian langsung sadar, dia belum mencari ke ruang baby."Nggak usah Ning, kamu lanjutin aja kerjaanmu," kata Bastian sambil berjalan meninggalkan Ning di dapur.Kemudian Bastian menuju ruang baby, dan menemuk
"Oke, aku akan mencarikan tiket pesawat secepatnya."Kemudian Bastian menelepon Vanya, untuk memesankan pesawat untuk Almira secepatnya berangkat ke Prancis."Pakai maskapai biasanya, Sir?" tanya Vanya."Sewa pesawat saja, yang paling cepat, satu dari tiga yang biasa kita pakai, yang sudah terbukti bagus, jangan yang lain!" Perintah Bastian.'Tiap kali ada masalah mendesak baru aku terpikir untuk membeli pesawat, coba sudah direalisasikan, nggak bingung kayak sekarang,' batin Bastian.Tidak berapa lama, kembali Vanya menelepon,"Mr Navarell, mereka semua full untuk hari ini, kalau besok siang ada satu yang kosong!""Oke, langsung deal ya, urus semua, thank you!""Yes, Sir!" jawab Vanya dengan semangat.Bastian meletakkan telepon lalau menghadap istrinya."Ra, yang paling cepat bisa kita dapatkan, besok siang, ok?"Almira menganggukkan kepalanya, ada binar samar di matanya, juga ada sorot lain yang Bastian tidak bisa menterjemahkannya. "Ra, ini terakhir kamu pergi tanpa aku, paham? H
Bastian kembali dari menjenguk anaknya, wajahnya berbunga-bunga seakan ada beban yang terangkat dari hatinya.Dia ingin putranya cepat besar, agar dia bisa mengajarkan segala yang dulu dia impikan, dia ingin membimbing anaknya, bersorak dan menangis bersama, dia tahu waktu itu akan tiba, tidak sabar rasanya membuat itu segera jadi kenyataan.Saat itulah, Bastian melihat Samuel sedang menunduk, termenung di ruang tunggu, dia kira Samuel sudah pulang."Aku kira tadi kau sudah pulang, Sam!"Samuel kaget mendengar suara Bastian."Aku tadi makan siang, ini aku bawakan untukmu, kebetulan mereka menjual masakan kesenanganmu.""Mau nyogok?""Apa nyogok?" tanya Samuel."Suap, praktek suap ada undang-undang nya lho." "Nggak, aku inget aja kamu suka, nggak mau ya aku kasih Almira, siapa tahu dia mau... bahkan kalaupun dia nggak mau, untuk menjaga perasaan orang lain dia akan bilang mau." Panjang lebar Samuel membahasnya."Almira itu istriku, Sam!"Seketika Samuel tertawa keras-keras.Setelah t
Almira melihat Bastian masih belum mengiyakan, akhirnya Almira bangun dan duduk tegak, kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher Bastian."Look into my eyes, i love you 'till my last breath Mr Navarell!" Lalu Almira mencium mesra bibir suaminya, Almira dapat merasakan tangan Bastian yang mulai memeluk pinggangnya. Almira semakin mendesakkan tubuhnya, kemudian menyusupkan kepalanya di leher Bastian dan mulailah aktivitas favorite dimulai."Dad, tiap hari pakai kaos aja, gampang," ujar Almira di sela-sela gigitannya."Hmm, Sayang...ini curang. Kalau masih discuss, belum deal...harus dibahas dulu sampai selesai, nggak boleh langsung serang gini, gimana aku bisa menang, Ra? Yang ada nyerah terus jadinya!"Almira menarik kepalanya, kemudiam memandang Bastian, hanya sejenak, kembali Almira menyasar leher suami tampannya yang semakin menggemaskan jika sedang serius berpikir. "Almira Navarell, ayolah."Kembali Almira menarik kepalanya untuk yang kedua kalinya, menengadah, menatap s
Di penghujung malam, Mom and Dad menelepon dari Prancis, Bastian tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya mendengar suara Mom and Dad, minimal orangtuanya bisa bertahan bersama di bawah satu atap, itu sudah kemajuan bukan? Dibanding kemarin-kemarin tiap kali Bastian menelepon, mereka tinggal di tempat yang berbeda."Sayang, mana anak perempuan Mom."Mendengar pertanyaan Mom, Bastian segera memindahkan telepon ke pangkuan Almira, Almira memberi isyarat agar speakernya di on-kan."Hai Momm!" Almira sangat bahagia mendengar suara mertuanya, yang begitu baik, dia tahu darimana suaminya mendapatkan kebaikan hatinya."Sayang, maafkan ya Mom belum bisa datang, rencana Mom dalam 2 minggu ke depan kalau semua urusan sudah beres baru Mom bisa ke Indo, Sayang!""Nggak apa-apa Mom, selesikan dulu aja urusan Mom, mumpung si kecil kerjaannya masih tidur mulu, pagi siang sore malam tetap tidur terus." "Iya, nanti Mom usahakan 2 minggu semua beres, biar Mom bisa bantu kamu dan Bastian di Indo."
Hari yang melelahkan tapi membahagiakan karena banyak saudara, sahabat, kolega dan teman yang datang memberi selamat atas kelahiran putra mereka."Selamat ya Bu Almira, Pak Bastian." Kalimat itu terdengar berulang-ulang sepanjang pagi hingga siang ini. "Selamat..selamat.., ini baru anak pertama ya Almira?" Salah seorang pejabat tinggi Bank Asia pun datang menjenguk di rumah sakit.Almira mengangguk, tapi Bastian segera menukas," Anak laki-laki pertama tapi anak ketiga kami.""Wow, sorry.. cepet juga Ra, kejar tayang ya." Dan mereka yang ada di ruangan pun tertawa mendengarnya.Almira ikut tersenyum, dalam hati Almira sedang bermonolog, "lihatlah betapa spesialnya suamiku, dia selalu menganggap Binta dan Saras anak kandungnya, bahkan sepertinya dia sudah lupa mereka sebenarnya keponakanku. Pria yang murah hati, dijuluki miliarder murung padahal memiliki cinta yang melimpah ruah yang diberikan dengan murah hati buat istri dan anak-anaknya.Almira memandang suaminya dan berjanji dala