"Memang hanya kalian bertiga yang selalu ada di hatiku," jawab Almira mesra.Bastian menarik tubuhnya, mengecup bibir Almira kemudian kembali merebahkan tubuh istrinya."Nah, sambil rebahan, aku ingin kau menceritakan padaku apa yang harus aku ketahui, Ra.""Ceritanya panjang dan terputus putus, Dad."Wajah Bastian kini jadi serius mendengar penuturan Almira."Terputus karena?""Karena awalnya aku dibius jadi ingatanku tentang itu sangat kabur, seolah-olah aku menunggu memori itu muncul ke permukaan, kadang-kadang timbul dengan kuat dan seperti hampir lengkap, tapi kemudian tenggelam kembali."Bastian mengernyitkan dahinya tapi tetep diam saja."Seseorang menolongku Dad, Ryan White, tapi saat itu aku tidak tahu siapa diriku, bukan karena pengaruh obat bius tapi karena amnesia.""Whattt?""Iya Dad, cukup lama aku tidak tahu siapa aku, dengan siapa aku hamil? Aku seorang istri atau aku wanita bebas yang liar? Untung ada Ryan yang menemaniku dan dengan sabar menguatkanku."Bastian memb
"Dad, gak cemburu kan sama, Ryan?""Jawabanku akan membawa kita naik atau turun? Atauuu tidak membawa pengaruh apapun?""Nggak pengaruh Dad, kamu bilang cemburu aku tetap cinta, kamu bilang nggak cemburu ya aku tetap cinta." Almira menjawab sambil bergerak mencari posisi duduk yang lebih nyaman."Masa cemburu sama nggak cemburu, efeknya sama, yang kreatif dong, Sayang!"Almira melihat ekspresi menggoda di wajah Bastian."Bukannya nggak kreatif Dad, itu namanya konsisten, biarpun bumi bergoncang kau tetap_""__Indonesiaku." Lanjut Bastian.Kemudian Bastian tergelak setelah menimpali jawaban cerdas istrinya."Ya udah kalau nggak mau di rayu, nggak masalah," kata Almira sambil memanyunkan bibirnya.Kemudian Bastian berhenti tertawa, masih sambil tersenyum Bastian membelai wajah Almira dengan lembut."Mau, Ra! Ayo rayu aku!"Almira melihat wajah tampan pria luar biasa itu."Biarpun bumi bergoncang kau tetap satu-satunya pria dalam hati dan hidupku." Sambil menjawab Almira menatap Basti
Almira melepaskan pelukannya di pinggang Bastian."Dad, keluar dulu gih." Almira mendorong Bastian dengan wajah merona.Masih bisa merona? Sudah mau melahirkan anak pertama mereka tapi masih merona? Luar biasa istriku!Bastian memandang pujaan hatinya, dia masih merasa melayang-layang, belum benar-benar menginjak bumi.Karena di dorong, akhirnya Bastian keluar duluan, setelah menutup pintu kamar mandi dan sedang berjalan menuju tempat tidur... Bastian terkejut! Bastian melihat Samuel berdiri di tengah ruangan.Shitttt!Bastian memaki pelan hingga Samuel membalikkan badannya dan langsung tersenyum lebar."Wow, sebenarnya daya tarik rumah sakit itu terletak di dokter-dokternya yang hebat, atau peralatannya yang canggih, gitu kan?"Bastian hanya mengangguk, tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Samuel, dalam hati Bastian berdoa semoga Almira tidak jengah dan merona, bisa malah tambah menjadi-jadi Samuel ngeledek mereka. "Kok cuma ngangguk-ngangguk, Bos?""Terus kamu pinginn
Bastian terdiam mendengar uraian istrinya. Siapa dia?Aneh!Bagaimana bisa ada penculik baik hati? Seharusnya penculik adalah orang yang memikirkan kepentingannya sendiri, bukannya malah memikirkan kepentingan orang yang dia culik! Nggak cocok sebenarnya. Nampak Samuel pun terpana dan tidak bisa berkata apa-apa hingga Bastian yang memecahkan keheningan. "Memang banyak hal yang harus kita waspadai dan cermati, termasuk sekeliling kita, orang-orang yang terlihat baik, orang-orang yang terlihat lemah lembut dan bersahabat yang ternyata menikam dari belakang." Kini Samuel mendekat sambil bersuara."Sebenarnya kita harus tetap mengejar si pelaku penculikan ini, akan tetapi ada sisi lain yang harus dipikirkan bahwa Almira telah kita temukan dan kalian sudah kembali bersama bukan?" "Di mana semangat pejuangmu yang panas membara?" Celetuk Bastian dengan wajah tersenyum cerah. "Bos, wajahmu nggak cocok sama pembahasan kita," ujar Samuel saat melihat wajah bahagia Bastian.Bastian semaki
Almira sedang menengadahkan kepalanya, semakin memberi ruang bagi Bastian untuk menyerangnya di leher jenjang favoritnya."Itu teori kan, Dad?"Bastian menghentikan gerakan bibirnya lalu menatap wajah Almira."Sorry...kita tadi sedang membahas apa ya?" Almira tersenyum gemas lalu menggelitik pinggang Bastian."Serius Sayang, tolong jelaskan dengan cepat Mrs Navarell, waktu kita tidak banyak, hitung mundur akan segera dimulai!"Almira membuka bibirnya lalu mulai berkata dengan suara serak."Badan besar, segar dan seksi? Kayaknya cuma ingin menyenangkan hati istrinya aja kan?" Pemahaman langsung nampak di wajah Bastian.'oh, ternyata istriku masih nggak yakin kalau dia makin seksi? Nggak lihat apa cara si penyanyi itu memandang dia?'"Kalau pujian itu hanya untuk menyenangkan hati istriku, nggak mungkin si adik ini semudah itu dibangunkan? Minta ijin sampai menghiba-hiba agar bisa keluar masuk terussss?" elak Bastian sambil menunjuk pangkuannya. "Prakteknya ada yang sering keluar
"Mau pesan apa?" Tanya seorang pelayan berdada besar."Apapun menu breakfast mu, bikinkan satu untukku, yang penting ada coffe hitam!""Segera datang!""Aku akan melipatgandakan pesananku atau bahkan aku membayarnya tanpa kau harus menyediakannya bagiku jika kau bisa memberi informasi yang kuinginkan.""Semua orang yang datang sudah sejak berhari-hari kemarin mau tanya hal yang sama dan jawaban ku pun sama, aku tidak tahu apa-apa!" jawab si gadis pelayan."Tidak mungkin kau tidak punya berita apapun... jarakmu dengan si penyanyi kondang itu hanya 5 menit!""Terserah kau percaya atau tidak, permisi aku akan siapkan pesananmu."Percakapan itu sudah beribu-ribu kali berulang di cafe-cafe sepanjang pantai, karena sejak pesta kemenangan dewan kota sejak itulah paparazzi dari segala penjuru dunia mendatangi Los Angeles, hanya satu tujuan mereka mendapatkan berita lanjutan yang diinginkan seluruh dunia.Mereka berusaha untuk dapat mendapatkan berita lanjutan Ryan White beserta dengan k
"Sayang, kalau aku yang pergi duluan, kamu akan menikah lagi?"Mata indah itu hanya memandangnya."NGGAK!" Almira menjawab lebih keras dari yang seharusnya, lalu Almira mendekat. "By the way pergi kemana, Dad?""Misal ke... pokoknya pergi kemana pun!"Almira berjalan mendekati Bastian, mengalungkan tangannya dan dengan lembut mendesakkan tubuhnya ke tubuh suami tampannya."Jangan pergi, oke?"Bastian melihat masih ada kalimat tertahan di ujung lidah istrinya."Karena?""Karena kami akan mengejarmu, aku dan ke tiga anakmu, atau kau berencana pergi saat kami sudah berempat? Berlima? Kau satu-satunya dalam hidupku, jadi nggak usah mencoba pergi dariku."Kemudian Almira menciumnya dengan luar biasa ganas, seakan ingin meyakinkan Bastian bahwa dia tidak akan bisa pergi ke manapun.Sambil mengingat potongan percakapannya dengan istri jelitanya yang berakhir dengan percintaan panas itu, Bastian memandang ke luar jendela, melihat kesibukan luar biasa lalu lintas 4 lajur yang tetap padat
Penculik ini mengenal istrinya...."Kita harus cerdik berhadapan dengan orang gila itu, bisa jadi dia menyewa sebuah agent luar negeri, atau dia ingin mengarahkan kita semakin jauh dari fakta yang sebenarnya."Bastian menyampaikan pendapatnya sambil termenung, karena dari pesan ancaman yang dulu Almira teruskan, bisa disimpulkan si pengacau ini mengenal istrinya dengan baik.Pengacau itu bisa memprediksi dengan tepat apa yang akan dilakukan oleh Almira.Jadi bisa saja dia mengarahkan penyelidikan ke Amerika, agar semakin menjauhi keadaan yang sebenarnya."Jangan terlalu fokus dengan WNA nya, yang penting cari dan temukan dia, yang akan menuntun kita kepada siapapun yang berada di balik layar."Bastian sudah mengeluarkan banyak sekali uang untuk penyelidikan ini tetapi dia sama sekali tidak keberatan dia akan mengeluarkan lebih banyak lagi uang agar semuanya segera menjadi jelas.Saat ini ini keadaan masih lebih terkendali karena Almira masih belum masuk, belum kembali bekerja tap