Almira melepaskan pelukannya di pinggang Bastian."Dad, keluar dulu gih." Almira mendorong Bastian dengan wajah merona.Masih bisa merona? Sudah mau melahirkan anak pertama mereka tapi masih merona? Luar biasa istriku!Bastian memandang pujaan hatinya, dia masih merasa melayang-layang, belum benar-benar menginjak bumi.Karena di dorong, akhirnya Bastian keluar duluan, setelah menutup pintu kamar mandi dan sedang berjalan menuju tempat tidur... Bastian terkejut! Bastian melihat Samuel berdiri di tengah ruangan.Shitttt!Bastian memaki pelan hingga Samuel membalikkan badannya dan langsung tersenyum lebar."Wow, sebenarnya daya tarik rumah sakit itu terletak di dokter-dokternya yang hebat, atau peralatannya yang canggih, gitu kan?"Bastian hanya mengangguk, tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Samuel, dalam hati Bastian berdoa semoga Almira tidak jengah dan merona, bisa malah tambah menjadi-jadi Samuel ngeledek mereka. "Kok cuma ngangguk-ngangguk, Bos?""Terus kamu pinginn
Bastian terdiam mendengar uraian istrinya. Siapa dia?Aneh!Bagaimana bisa ada penculik baik hati? Seharusnya penculik adalah orang yang memikirkan kepentingannya sendiri, bukannya malah memikirkan kepentingan orang yang dia culik! Nggak cocok sebenarnya. Nampak Samuel pun terpana dan tidak bisa berkata apa-apa hingga Bastian yang memecahkan keheningan. "Memang banyak hal yang harus kita waspadai dan cermati, termasuk sekeliling kita, orang-orang yang terlihat baik, orang-orang yang terlihat lemah lembut dan bersahabat yang ternyata menikam dari belakang." Kini Samuel mendekat sambil bersuara."Sebenarnya kita harus tetap mengejar si pelaku penculikan ini, akan tetapi ada sisi lain yang harus dipikirkan bahwa Almira telah kita temukan dan kalian sudah kembali bersama bukan?" "Di mana semangat pejuangmu yang panas membara?" Celetuk Bastian dengan wajah tersenyum cerah. "Bos, wajahmu nggak cocok sama pembahasan kita," ujar Samuel saat melihat wajah bahagia Bastian.Bastian semaki
Almira sedang menengadahkan kepalanya, semakin memberi ruang bagi Bastian untuk menyerangnya di leher jenjang favoritnya."Itu teori kan, Dad?"Bastian menghentikan gerakan bibirnya lalu menatap wajah Almira."Sorry...kita tadi sedang membahas apa ya?" Almira tersenyum gemas lalu menggelitik pinggang Bastian."Serius Sayang, tolong jelaskan dengan cepat Mrs Navarell, waktu kita tidak banyak, hitung mundur akan segera dimulai!"Almira membuka bibirnya lalu mulai berkata dengan suara serak."Badan besar, segar dan seksi? Kayaknya cuma ingin menyenangkan hati istrinya aja kan?" Pemahaman langsung nampak di wajah Bastian.'oh, ternyata istriku masih nggak yakin kalau dia makin seksi? Nggak lihat apa cara si penyanyi itu memandang dia?'"Kalau pujian itu hanya untuk menyenangkan hati istriku, nggak mungkin si adik ini semudah itu dibangunkan? Minta ijin sampai menghiba-hiba agar bisa keluar masuk terussss?" elak Bastian sambil menunjuk pangkuannya. "Prakteknya ada yang sering keluar
"Mau pesan apa?" Tanya seorang pelayan berdada besar."Apapun menu breakfast mu, bikinkan satu untukku, yang penting ada coffe hitam!""Segera datang!""Aku akan melipatgandakan pesananku atau bahkan aku membayarnya tanpa kau harus menyediakannya bagiku jika kau bisa memberi informasi yang kuinginkan.""Semua orang yang datang sudah sejak berhari-hari kemarin mau tanya hal yang sama dan jawaban ku pun sama, aku tidak tahu apa-apa!" jawab si gadis pelayan."Tidak mungkin kau tidak punya berita apapun... jarakmu dengan si penyanyi kondang itu hanya 5 menit!""Terserah kau percaya atau tidak, permisi aku akan siapkan pesananmu."Percakapan itu sudah beribu-ribu kali berulang di cafe-cafe sepanjang pantai, karena sejak pesta kemenangan dewan kota sejak itulah paparazzi dari segala penjuru dunia mendatangi Los Angeles, hanya satu tujuan mereka mendapatkan berita lanjutan yang diinginkan seluruh dunia.Mereka berusaha untuk dapat mendapatkan berita lanjutan Ryan White beserta dengan k
"Sayang, kalau aku yang pergi duluan, kamu akan menikah lagi?"Mata indah itu hanya memandangnya."NGGAK!" Almira menjawab lebih keras dari yang seharusnya, lalu Almira mendekat. "By the way pergi kemana, Dad?""Misal ke... pokoknya pergi kemana pun!"Almira berjalan mendekati Bastian, mengalungkan tangannya dan dengan lembut mendesakkan tubuhnya ke tubuh suami tampannya."Jangan pergi, oke?"Bastian melihat masih ada kalimat tertahan di ujung lidah istrinya."Karena?""Karena kami akan mengejarmu, aku dan ke tiga anakmu, atau kau berencana pergi saat kami sudah berempat? Berlima? Kau satu-satunya dalam hidupku, jadi nggak usah mencoba pergi dariku."Kemudian Almira menciumnya dengan luar biasa ganas, seakan ingin meyakinkan Bastian bahwa dia tidak akan bisa pergi ke manapun.Sambil mengingat potongan percakapannya dengan istri jelitanya yang berakhir dengan percintaan panas itu, Bastian memandang ke luar jendela, melihat kesibukan luar biasa lalu lintas 4 lajur yang tetap padat
Penculik ini mengenal istrinya...."Kita harus cerdik berhadapan dengan orang gila itu, bisa jadi dia menyewa sebuah agent luar negeri, atau dia ingin mengarahkan kita semakin jauh dari fakta yang sebenarnya."Bastian menyampaikan pendapatnya sambil termenung, karena dari pesan ancaman yang dulu Almira teruskan, bisa disimpulkan si pengacau ini mengenal istrinya dengan baik.Pengacau itu bisa memprediksi dengan tepat apa yang akan dilakukan oleh Almira.Jadi bisa saja dia mengarahkan penyelidikan ke Amerika, agar semakin menjauhi keadaan yang sebenarnya."Jangan terlalu fokus dengan WNA nya, yang penting cari dan temukan dia, yang akan menuntun kita kepada siapapun yang berada di balik layar."Bastian sudah mengeluarkan banyak sekali uang untuk penyelidikan ini tetapi dia sama sekali tidak keberatan dia akan mengeluarkan lebih banyak lagi uang agar semuanya segera menjadi jelas.Saat ini ini keadaan masih lebih terkendali karena Almira masih belum masuk, belum kembali bekerja tap
"Kalau sudah mulai bahas Sang Bidadari setelah itu biasanya kamu udah nggak nyambung Bos, jadi mending aku keluar aja, Mr Navarell," ujar Samuel."Sebenarnya aku juga dari tadi sudah pingin ngobrol sama istriku tersayang, cuma nggak enak kan mengakhiri diskusi kita.""Ciee, pake alasan segala, kalau mau telepon, telepon aja nggak usah pakai prolog, Bos."Kemudian Samuel meninggalkan sahabatnya yang sedang cengar-cengir sendirian sambil menekan tombol di ponselnya.Sepeninggal Samuel, Bastian yang masih menekan tombol di ponselnya, menghentikan gerakannya dia membatalkan menelepon istrinya.Sisa hari itu hanya diisi Bastian dengan memeriksa email yang masuk.Ya Bastian ingin segera mengakhiri hari itu dan pulang ke pelukan istri yang sungguh sangat dirindukannya.Dia tahu besok hari ulang tahunnya dan tidak ada yang lebih dinantikannya selain kejutan manis dari istrinya.Tadinya dia menyangka dia akan melalui hari ulang tahunnya sendirian... dengan bermuram durja, berduka karena is
Tidak sampai 8 menit Bastian sudah masuk halaman rumahnya, langsung menuju garasi yang sudah terbuka.Bastian bisa membayangkan senyuman manis yang akan tersungging di bibir Almira, pasti dia akan meledeknya habis-habisan, terserah, memang dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menelepon istrinya.Pernah Almira terkejut saat dia menelpon dari lorong rumah sakit padahal hanya 1 menit kemudian dia sudah berhadapan dengan Almira.Mengadopsi bahasa Samuel, Bastian bucin abis. Memang iya..bucin abis, tapi nggak apa-apa kan sama istri sendiri.Biar segera mengambil hp-nya membuka pintu mobil dan keluar ketika dia dikejutkan dengan sosok istri tercinta yang sudah berada di depan matanya."Hai."Almira menyapa Bastian kemudian memeluk pinggang suaminya dengan mesra.Almira mendesakkan tubuhnya, dan Bastian seketika tahu, istrinya hanya memakai gaun bunga-bunga merah maron yang menyamarkan keadaan yang sebenarnya, Almira tidak memakai lapisan apapun di baliknya.Bastian menelan liurny