Ernest pulang dengan rasa kecewa yang mendalam dihatinya. Pria itu tak mampu bicara dengan baik-baik dengan Lee Aara, niat baiknya ditolak mentah-mentah. Pikirannya berkecamuk, entah apa yang akan dia katakan pada sang ayah nanti. Tapi apapun itu, Ernest bertekad akan membuat sang ayah tak merasa bersalah dan menanggung semuanya sendirian. "Bukankah apa yang terjadi di masa lalu hanya kesalahpahaman saja? Tak mungkin ayah bertanggungjawab atas kematian Tuan Lee," gumam Ernest sembari turun dari mobilnya. Pria itu berjalan dengan langkah yang pelan menuju pintu utama. Dari dalam, rupanya Yoon Jeong Hoon dan Park Eun Ji hendak keluar. Mereka berdua melihat kepulangan sang putra. "Jee Yeon, kau sudah pulang?" Sapaan hangat langsung terdengar di telinga Ernest. Sapaan itu dari sang ibu, Eun Ji dengan senyuman lebar menghampirinya. Ernest mendongakkan kepalanya, dia tersenyum hambar menanggapinya. "Iya Bu," jawabnya. "Ada apa denganmu, sepertinya kau tampak lebih terbebani?" Tanya
Hiraya masih benar-benar tercengang atas apa yang dia ketahui. Kasus kecelakaan orang tuanya memang sudah terpecahkan, tinggal menunggu pihak kepolisian untuk menangkap sang pelaku. Hanya saja, hati Hiraya masih tidak bisa lega. Bagiamana bisa orang yang hampir setiap hari bersamanya selama di Seoul ini justru pelaku utama dari kasus tersebut?Bagaimana bisa Hiraya hidup dengan pelaku yang selama ini dia cari?"Ini tidak mungkin," gumam Hiraya lagi. Dia sudah tak tahan, air mata sudah mengalir deras di wajahnya. Lee Rang dan Hae Sun saling pandang, mereka tahu ini pasti akan sangat berat bagi Hiraya. Karena itu mereka ragu untuk mengatakannya. Tapi hasil penyelidikan dan fakta yang ada tidak boleh ditutupi. "Kalian pasti salah, Ernest bukan pelakunya!" Geram Hiraya, dia menatap nyalang ke arah dua detektif bayaran didepannya. "Kami juga berharap seperti itu Nona, tapi sayangnya semua bukti mengarah padanya." Lee Rang menjawab dengan tenang, dia berusaha agar tetap dingin meski Hir
Menyadari kepergian Hiraya, Ernest berusaha mencari keberadaan perempuan itu. Saat ini yang dia butuhkan hanyalah kesempatan untuk bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Hiraya sendiri memilih untuk kembali kerumahnya, dia tidak kembali ke rumah yang dia tempati bersama Ernest. Dia sudah muak dengan masalah ini."Hiraya aku tahu kamu ada didalam jadi tolong buka pintunya." Ernest merengek tengah berdiri didepan pintu utama. Ernest memang berhasil mengikuti ke mana Hiraya pergi. Aktor itu juga cukup terkejut karena Hiraya tak pulang ke rumah mereka. Gadis itu justru kembali ke rumah sang ayah. Hiraya yang mendengar itu malah diam dia masih meringkuk menahan tangisnya diruang tamu. Dia benar-benar terpukul sekarang."Hiraya buka dulu pintunya dan aku akan menjelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan," ucap Ernest dengan dua tangan sibuk mengetuk daun pintu. "Kamu ingin mengatakan apa lagi hah? Sejak awal seharusnya kita tidak bertemu. Aku tidak menyangka jika ka
Hiraya keluar dari agensi bahkan dengan terburu-buru. Dia tidak bisa mengabaikan pertanyaan Seung Jo padanya. Namun ketika hendak masuk ke mobilnya, Seok Hyeon dari jauh datang dengan berlari ke arahnya. "Nona Hiraya tunggu!"Hiraya menoleh ke arahnya dan berhenti. "Ada apa?" Tanyanya. Seok Hyeon masih terengah-engah, tangannya bertumpu pada kedua lututnya. Baru saat merasa lebih baik, dia berdiri dengan benar dan menatap lurus ke arah Hiraya. "Nona, apa yang terjadi antara kau dan Ernest?" Tanyanya yang lebih seperti todongan. Hiraya terkesiap, tapi dia buru-buru menetralkan raut wajahnya yang sempat tampak terkejut itu. "Apa maksudmu itu? Bukankah tidak sopan jika bertanya hal pribadi seperti barusan," tandasnya. "Apapun itu, yang jelas kau tak seharusnya meninggalkan Ernest disaat semua orang menuduhnya! Lagi pula apa kau percaya dengan omong kosong seperti itu?" Cecar Seok Hyeon lagi. Tentu saja Seok Hyeon tahu kalau Ernest dituduh sebagai pelaku atas kecelakaan yang dialami
Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.
"Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t
Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka
Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are