Satu tujuan Barbara adalah mendatangi sang suami. Dia tersenyum tipis saat sebentuk bahu besar, kokoh Abihirt sudah begitu dekat. Pria itu sibuk menemani anjing yang ditinggalkan selama beberapa waktu dengan sebelah tangan mengusap bulu sewarna kecokelatan yang lembut, meski terkadang perlu sandiwara besar supaya bisa mengambil perhatian suaminya.
Dengan tidak sabar. Lengan Barbara langsung terulur menyentuh garis bahu itu. Dia melekukkan bibir lebih lebar saat Abihirt menengadah sebagai reaksi murni terhadap tindakan yang telah dilakukan. Naluri waspada selalu menjadi bagian dari tindakan pria tersebut. “Kau akan menemani Chicao sepanjang malam di sini?” tanya Barbara sekadar basa – basi. Betapa dia menginginkan suaminya. Sekarang mulai mengambil tindakan tersirat. Abihirt mungkin akan memahami, walau pria itu tidak menunjukkan secara spesifik. Hanya balas menyentuh punggung tangannya yang masih bertaut di bahu yang terasa padat. Barbara tidak tahu pemikiran seperKeberadaan Froy tidak pernah terbayangkan akan masuk ke dalam daftar pertemuan. Namun, Moreau tidak bisa mengatakan apa pun ketika mereka terlibat di satu tempat yang sama. Pria itu terus menatapnya seolah – olah masih tertinggal sesuatu, yang salah dan mereka perlu menyelesaikan. Seharusnya tidak ada. Moreau yakin Froy sudah menganggap keputusan paling terdahulu kemarin adalah pilihan tepat. Agenda menikahi Lewi bukankah sudah dideklarasikan oleh kekasih pria itu sendiri? Bukan sesuatu yang mengejutkan lagi—jika, kemungkinan terbesar Froy hanya menyimpan beberapa hal untuk dibicarakan. Paling tidak, masih diliputi kebutuhan menahan diri. Tidak di sini. Saat di mana mereka baru saja berpas – pasan di pintu masuk, sementara Barbara sedang berurusan bersama wanita matang yang telah memperkenalkan diri sebagai ibu dari pria itu di hadapan Moreau, Gloriya ... dan merupakan saudari perempuan Abihirt. Moreau masih belum mengerti silsilah tentang keluarga ayah samb
“Abi memang menyukai hewan sejak dia kecil. Jadi, tidak usah heran.” Sekarang Gloriya menambahkan meski wanita itu membuat Barbara menaikkan sebelah alis tinggi setelah memalingkan wajah ke samping. “Kau mengenalnya sangat baik. Tapi, bukankah kalian tidak pernah tinggal serumah?" “Ya, memang. Aku tinggal bersama nenek dari ayahku setelah kedua orang tuaku memutuskan untuk bercerai. Hanya selalu mendengar tentang Abi mengenai semua yang pria itu mau, suka, dan tidak. Ngomong - ngomong aku dan Abi lahir dari wanita yang berbeda.” Pengetahuan baru .... Setidaknya itu yang Moreau dapatkan, dan mungkin Barbara juga tidak pernah mengira akan ada ungkapan demikian. Mereka tidak mengatakan apa pun lagi, selain melanjutkan langkah untuk melakukan kebutuhan tersisa. *** “Kau yakin akan membawa anjingmu ikut serta?” Roger bersuara setelah persiapan mereka yang terasa panjang. Dia hanya perlu menyetir, karena Abihirt baru saja melakukan tranfusi dara
“Sudah ada ibuku yang menyambut Abi. Aku di sini saja—oh, tidak apa – apa Bibi Gloriya, aku yang mencuci piring.” Dia menambahkan secara terburu setelah menyadari apa yang akan wanita tersebut lakukan. “Bagaimana perlakuan Abi, apa dia baik selama menjadi ayah sambungmu?” Mungkin sesuatu yang salah telah melibatkan situasi di antara mereka. Moreau nyaris tak percaya bahwa Gloriya akan mengajukan pertanyaan tersebut secara langsung. Wanita itu begitu ingin tahu, sementara kebutuhan Moreau hanyalah menatap sepasang ibu dan anak di hadapannya secara bergiliran. Bagaimana perlakuan Abihirt saat menjadi ayah sambung? Mungkin Moreau bisa menjabarkan banyak keganjilan. Kadang – kadang terlalu baik, atau bahkan apatis terhadap pelbagai hal yang menjadi bagian dari sikap dasar pria itu. Dia hampir tanpa sadar menipiskan bibir ketika kemudian mengatakan secara langsung separuh pengetahuan, walau tidak sepenuhnya benar. “Abi sedikit rumit. Jika tidak ada sesuat
Semua orang menikmati pesta ulang tahun Gloriya, tetapi hanya satu yang terungkap tidak menaruh minat untuk terlibat dalam setiap adegan di sana. Moreau sempat terkejut mengetahui Chicao dibawa sampai jauh ke pedesaan dan sekarang sedang menemani Abihirt. Pria itu dalam balutan kaos putih berkerah, persis mengusap bulu anjing tersebut dengan perhatian penuh. Mungkin sebenarnya Abihirt tidak memiliki niat signifikan sekadar berada di tengah – tengah perkumpulan keluarga. Malahan beberapa waktu lalu cenderung ingin menghindar, meski sesekali Barbara telah berusaha membujuk. Sekarang perhatian Moreau sedikit teralihkan ketika dia mengetahui ibunya terlihat mengambil langkah mendekat sambil membawa sepotong kue ulang tahun di tangan. Senyum wanita itu lebar setelah menjatuhkan bokong di sofa, tepatnya berada di samping Abihirt, walau nyaris tidak tersirat reaksi antusias saat menyambut kedatangan wanita itu. Abihirt hanya menatap singkat, kemudian kembali menyibukkan diri dengan u
Moreau nyaris tak pernah memikirkan bagaimana dia harus bersikap saat mereka berada di satu ruang bersama di dekat Froy. “Karena kau tahu aku akan menikah.” Tidak masuk akal. Butuh usaha keras supaya Moreau tidak benar – benar tersulut ke dalam perasaan ganjil. Akan muncuk lebih sering keinginan menghindari sikap pria seperti ini; narsis; percaya diri. Betapa dia menyesali pernah menyimpan perasaan tertentu dan juga telanjur mendambakan hubungan mereka untuk baik – baik saja. Dengan kasar, Moreau mengembuskan udara dari celah bibir, lalu berkata, “Itu sudah tidak menjadi urusanku lagi. Kau menikah atau tidak, aku tidak peduli dan tidak ingin tahu apa pun mengenai hubunganmu dan Lewi.” “Karena kau cemburu?” Pemikiran di benak Froy luar biasa tidak masuk akal, mendesak agar Moreau lagi – lagi mendelik tajam, kali ini ditambahkan dengan reaksi sinis. “Aku tidak cemburu.” Dia menjawab tenang, tetapi biarkan Froy mengumpulkan sisa keinginan pria yang
Moreau tidak mengerti tujuan seperti apa yang Abihirt miliki ketika pria itu mengatakan sebuah pernyataan bohong. Barbara sama sekali tidak mencarinya. Malahan, bersikap tidak adil saat memberi tuduhan secara asal. Barbara menyebut bahwa dia hanya mencari perhatian dengan sengaja datang mendekat selagi wanita itu sedang membicarakan sesuatu bersama Gloriya, yang ditambahkan Roger di antara mereka. Namun, bagaimanapun ... itu kejadian beberapa jam lalu. Perayaan ulang tahun Gloriya bahkan telah diselesaikan dengan sebagian dari keluarga ayah sambungnya telah meninggalkan pedesaan. Hanya tinggal beberapa, yang sejak awal memang telah terlibat dalam melakukan persiapan. Seperti ibunya yang secara tidak langsung menjadi bagian keluarga. “Kau mau ke mana sore – sore begini?” Ada padang rumput yang indah, tetapi Moreau rasa tak perlu menjawab pertanyaan Barbara dengan gamblang. Dia hanya menatap wanita itu sebentar sebelum akhirnya menyimpulkan pernyataan singkat di
“Kembalilah ke ayah-mu. Dia akan marah kalau kau di sini terus – terusan merayuku.” Moreau bicara bisik – bisik di samping Chicao. Tidak tahu apakah anjing itu akan mengerti, tetapi biarkan peliharaan Abihirt memberi petunjuk tentang hal yang mungkin ... telah sedikit dipahami. Chicao tidak lagi berusaha mencari perhatian. Malahan dengan antusias berlari ke satu titik di mana Abihirt memberi gestur menyambut. Mereka mungkin akan melakukan interaksi sebagai pemilik satu sama lain. Moreau tidak ingin ikut terlibat, sehingga memilih mencari tempat lainnya sekadar berhenti dan menikmati pemandangan asri dari langit yang telah menjingga. Celakalah, siapa yang akan tahu jika Chicao pada akhirnya selalu berusaha lebih dekat dengannya. Abihirt seperti tidak memiliki upaya tambahan agar bisa mencegah anjing itu berlarian, kembali datang, maupun mengajukan sikap ingin bermain. Moreau tidak keberatan, andai ... dia dan Chicao hanya berdua, tetapi bahkan sesuatu dalam dirinya harus mewaspadai
“Di mana gelang yang Abi berikan kepadamu?” Pertanyaan Barbara menjadi bagian paling mengejutkan saat Moreau masih menghadapi kebutuhan mencuci piring. Sama sekali tidak pernah sadar bahwa wanita itu akan mengamati pelbagai detil dari tubuhnya, hingga mengajukan pertanyaan, yang dia sendiri tidak tahu kapan gelang rantai pemberian Abihirt hilang dari peradaban. Mungkin terjadi saat – saat di mana Moreau melakukan pekerjaan berat, yang selalu melibatkan gerakan tangan, atau barangkali dia terlalu ceroboh sekadar mempertahankan sesuatu di pergelangannya. Tidak tahu apakah pria itu akan marah jika menceritakan hal ini, karena sejak tadi Abihirt terlihat tak memiliki minat serius untuk bicara, melakukan kontak, dan lainnya kepada siapa pun yang ditemui, bahkan selama makan malam berlangsung. Sambil mengerjap. Moreau berusaha mengingat kapan terakhir kali dia menyadari gelang pemberian pria itu masih terasa di tangan. Namun, sejauh mana dia mencoba. Rasanya terlalu mustah