Share

Kembalikan

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 12:59:45

Gloriya tidak akan memiliki pilihan lebih banyak ketika wanita itu memulai rangkuman dengan mengajukan pertanyaan. “Apa yang terjadi di sini?”

Yang secara ringkas menunjukkan suatu prospek signifikan.

“Kau dapat dari mana kalung itu?”

Alih – alih menjawab, suara serak dan dalam Abihirt tidak ragu berbalik mengajukan pertanyaan. Cukup dengan waktu singkat ... reaksi murni—nyaris menyerupai ketakutan menyergap di wajah Gloriya. Bibir wanita itu setengah terbuka, kemudian segera terkatup rapat sambil terlihat sedang memikirkan sesuatu; mungkin semacam alibi untuk digunakan sekadar menyanggah. Moreau hampir tak bisa membedakan keduanya saat harus terjebak dengan keadaan seperti ini.

“Apa yang sebenarnya terjadi?”

Tiba – tiba Barbara berbisik lambat dari jarak cukup dekat. Membuat Moreau menoleh ke wajah ibunya dengan singkat.

“Aku tidak tahu," dia bicara begitu sayup menyadari bahwa Gloriya akan mengatakan sesuatu.

“Ayah kita yang memberikannya.”

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Terlarang   Di Rumahnya

    “Terima kasih tumpanganmu, Juan. Yakin tidak mau ikut masuk? Tidak mau bertemu Pipao?” Moreau mengajukan tawaran sekali lagi, ketika dalam perjalanan pria itu secara berulang telah menolak ajakannya. Ini sudah disertai alasan. Dia tahu. Hanya sekadar menguji sejauh mana Juan akan memiliki pendirian. Sepertinya keputusan demikian tidak akan penah berubah. Baiklah, Moreau tidak akan mengatakan lebih banyak, segera membuka pintu mobil dan mengambil satu langkah keluar—menginjakkan kaki di halaman mansion Abihirt. “Akan kukirimkan foto – foto Pipao kepadamu nanti,” ucap Moreau sambil menatap ke dalam jendela, di mana Juan lantas berdecak; sedikit mendelik tajam ke arahnya. “Jangan terus menggodaku, Amiga. Aku juga mau berkencan. Bukan hanya kau saja. Sebaiknya kau cepat masuk atau akan segera ditikam oleh ayah sambungmu yang tampan itu tanpa ampun.” Tuduhan Juan benar – benar meresahkan. Moreau tidak memiliki niat apa pun lagi, selain memang berharap dia diberi k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11
  • Perjanjian Terlarang   Digotong

    Moreau berjalan lebih cepat, hampir setengah berlari, tetapi Abihirt tiba – tiba beranjak bangun. Tidak ada petunjuk bahwa pria itu akan mengambil satu tindakan tak terduga, membuat Moreau berhenti beberapa saat. Tidak adil jika ayah sambungnya berniat mengembalikan Pipao ke kandang, sebelum dia bisa menikmati momen tertentu sebagai motivasi tambahan. Sebentar saja tidak apa – apa—harusnya. Namun, siapa yang dapat menentang Abihirt? Bibir Moreau menipis samar. Mungkin perlu mengambil tindakan penuh tekad. Segera menyingkirkan sisa jarak di antara mereka diliputi sikap tidak setuju. Dia benar – benar berlari. Sudah berusaha lebih cepat, walau pada akhirnya tertahan oleh tindakan Abihirt yang mencegah dengan memeluk perut ratanya. “Abi!” Suara Moreau sarat nada protes. Menyadari kalau – kalau Abihirt seperti sengaja melarang supaya pria itu dapat menyaksikan bagaimana dia akan marah. Secara tak terduga pun, tubuhnya langsung terangkat dengan posisi lantas berp

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Perjanjian Terlarang   Dia Mengakui Sesuatu?

    Moreau pikir mereka akan berakhir di ruang dengan pelbagai peragaan seks, tetapi sepertinya dia harus menyingkirkan pemikiran kotor tak terduga demikian. Tidak di sana. Malah, Abihirt membawa mereka di kamar utama pria itu dan menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Masih dengan slip dress merekat utuh, Moreau menelan ludah kasar menyaksikan seberapa lama Abihirt tetap menjulang tinggi. Pria itu menatap sangat lamat, seolah sedang memikirkan pada bagian mana mereka akan memulai. Haruskah jemari besar yang mengambil tindakan nanti, segera bergerak sekadar melucuti dalamnya lebih dulu, atau dia perlu membiarkan Abihirt memainkan peran untuk menyingkirkan tali spagetti yang tipis dan sedikit longgar di bagian bahu? Mungkin tidak keduanya. Moreau terpaku beberapa saat ketika mata mereka bersirobok. Terlalu sulit memahami situasi di sekitar. Gairah sedang bercabang, tetapi sepertinya Abihirt masih memiliki sisa kesabaran supaya tidak mengambil tindakan. Hanya secara kebe

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Perjanjian Terlarang   Kebutuhannya

    “Aku ingin memakanmu.” Seolah itu hanyalah peringatan. Moreau merasakan slip dress di tubuhnya teronggok di sekeliling pinggang. Abihirt menyibak sedikit dengan kasar dan menarik dalaman sutra lembut tanpa peringatan, bahkan menuntun agar dia untuk membuka kaki lebih lebar. Pria itu menjatuhkan mulut di antara lekuk indah di sana. Moreau memejamkan mata, terkejut oleh pertahanan yang runtuh. Tidak mengajukan protes. Walau dia begitu ingin, tetapi kemudian semua terlupakan karena betapa menyenangkan, hangat, dan mendalamnya sentuhan Abihirt. Bibir pria tersebut melumat menyeluruh. Hampir terlalu rakus. Memberi Moreau dampak yang signifikan hingga dia menengadah—berusaha menyusupkan jari – jari tangan di rambut gelap ayah sambungnya. Mata mereka kembali berpapasan ketika Abihirt mengangkat wajah. Tidak peduli bahwa di mulut pria itu masih terdapat sisa rasa di tubuhnya. Moreau tetap tak menolak ciuman bergairah dan saling membakar yang mereka lakukan. Dia bah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Perjanjian Terlarang   Tuntas

    Tubuh Moreau terisi penuh, sesak, ntah ketika dia bergerak atau saat – saat harus mempertahankan pelukan di bahu lebar ayah sambungnya. Abihirt secara naluriah memutuskan untuk mengambil posisi duduk—melakukan hal nyaris serupa dengan membiarkan kedua lengan mendekap erat. Mulut pria itu juga dijatuhkan di ceruk leher Moreau. Dia dapat merasakan sensasi udara hangat yang meniup keluar. Betapa panas bahwa mereka saling menginginkan. Tidak ada tindakan kasar dan rasanya benar – benar gila. Payudara Moreau bahkan bersentuhan langsung di dada liat Abihirt. Dia terus bergerak. Meliukkan pinggul dengan tentatif dan bagaimana itu memberi sensasi nikmat. Cengkeraman dari jemari besar seperti mengetat saat Moreau sama sekali tidak berhenti. Sekarang wajah pria itu menengadah diliputi bibir setengah terbuka, seakan benar – benar didesak oleh gulungan kenikmatan. Mereka sungguh diserbu sensasi yang menyenangkan. Moreau tak bisa menahan diri. Segera meremas rambut gelap ayah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Perjanjian Terlarang   Kalung

    Tidak tahu apa yang salah, tetapi Moreau mendeteksi sebelah alis tebal dan hitam ayah sambungnya segera terangkat tinggi. Kelopak mata pria itu agak menyipit, seperti memikirkan sesuatu dengan lengan yang menekuk di atas ranjang setelah memisahkan diri dari tubuhnya. “Aku tidak mengambil kalung itu dari Lewi. Kalung itu milik ibuku. Aku berhak melakukan apa pun.” Sikap konfrontasi mengambil andil. Moreau seharusnya mengerti bagaimana dia nyaris membuat ayah sambungnya tersinggung, tetapi buru – buru memperbaiki. “Maaf soal tadi.” Hanya itu. Mungkin terlalu singkat. Paling tidak, lebih baik daripada tidak mencoba. Moreau menelan ludah kasar saat Abihirt sepeti membutuhkan waktu sekadar meninggalkan jeda di antara mereka. “Aku tidak berencana memberikan kalung itu kepada ibumu.” Kali ini sebuah jawaban untuk memenuhi rumpang terhadap pertanyaan di awal. Moreau mengerjap sekadar mempertahankan keterkejutan yang nyata. Tidak pernah berpikir seperti in

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Perjanjian Terlarang   Barbara Perantara

    Seseorang seperti memandangi wajahnya dari jarak cukup dekat. Sesuatu yang Moreau rasa dia tak sanggup menangani dengan baik saat sementara masih begitu banyak keinginan untuk tidur. Seharusnya memang masih terlalu pagi, tetapi dia harus mengerjap beberapa kali setelah tirai jendela kamar telah disisihkan ke pinggir. Sebuah pemandangan nyaris tidak pernah, menuntut dia supaya memahami situasi di sekitar. Kelopak mata Moreau sedikit menyipit ketika dia akhirnya sadar bahwa Barbara satu – satunya pelaku terduga, yang sejak awal mengambil tindakan mengawasi tanpa mengatakan apa pun di antara mereka. Secara naluriah—sebelum wanita itu mungkin berubah pikiran, Moreau segera beranjak bangun, membiarkan selimut yang menutup nyaris di seluruh tubuh, tergoler jatuh dengan dia yang duduk persis menatap langsung ke wajah ibunya. “Ada apa, Mom?” Moreau bertanya sambil mengusap wajah kasar. Mungkin perlu memperbaiki penampilan. Sesekali pula, jari – jari tangannya menyisir ramb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Perjanjian Terlarang   Bertanya Langsung

    Reaksi signifikan Barbara sudah cukup memberi Moreau petunjuk, kemudian wanita itu berkata, “Ayahmu tahu bagaimana cara membujukku.” Sudah Moreau duga, mengingat nyaris tak mungkin ibunya memiliki selera yang berubah dalam sekejap. Dia tahu wanita tersebut tak suka anting panjang yang bergelantungan, seperti yang pernah coba mendiang ayahnya berikan, tetapi ditolak dengan tegas. Seingat Moreau, jika dia tak salah, keputusan Jeremi hari itu tidak lama setelah ayahnya memberikan hadiah ulang tahun anting kupu – kupu dengan rantai kecil—yang jatuh di gedung latihan, dan secara tak terduga itu ditemukan oleh satu orang. Abihirt. “Cepatlah ambil kalung ini. Aku sudah terlambat ke kantor setelah menghabiskan waktu menunggumu bangun.” Desakan Barbara segera menarik Moreau kembali ke permukaan. Buru – buru mengerjap. Bagaimanapun, secara naluriah bergerak menerima pemberian Abihirt lewat wanita itu. Mungkin supaya ibunya tidak menaruh sikap curiga dan barangkali karena dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15

Bab terbaru

  • Perjanjian Terlarang   Like A Hooker

    “Apa yang sedang kau pikirkan, Moreau?” Abihirt bertanya, sungguh? Perilaku ganjil telah membuat pria itu memikirkan banyak hal. Moreau tak pernah mengira akan ada satu momen di mana dia membiarkan bibirnya terbuka lebih lebar saat ibu jari Abihirt memberi sapuan ringan di sana. Bahkan pria itu mendorong masuk seluruh jempol yang terasa kasar dan besar supaya dia secara naluriah memberi isapan tak terduga. Mereka melakukan kontak mata. Iris kelabu itu benar – benar tampak dilingkupi gairah tertahan. Rasanya dia tak bisa menjabarkan bagaimana tatapan Abihirt terlalu lapar dan ingin melahapnya tanpa ampun. Tubuh Moreau segera tersentak begitu pria itu mendorong tubuhnya jatuh terduduk di atas ranjang. Tuntutan untuk menengadah mengungkapkan pemandangan murni dari cara Abihirt yang terburu ketika membuka jas dan bahkan merenggut ikatan dasi di kerah kemeja. Lengan pria itu menekan di atas ranjang diliputi wajah yang perlahan mencondong ke depan. Betapa Moreau h

  • Perjanjian Terlarang   Seduce Him

    “Aku tetap mau pulang. Ibuku akan mencariku nanti.” Dia berharap bisa mengatakan sesuatu yang lain, tetapi pengkhianatan dalam dirinya membiarkan ego melarang. Barangkali akan kelepasan dan membuat semua semakin runyam. “Ibumu tak akan mencarimu.” Lambat sekali suara serak dan dalam Abihirt mencuak ke permukaan seolah pria itu sedang mengusahakan upaya agar Moreau tidak memikirkan sesuatu melebihi apa yang seharusnya. “Kau sendiri yang bilang ibuku sudah menunggu. Dari mana kau tahu ibuku tidak akan mencariku?” dia bertanya sinis. Akan lebih adil jika Abihirt merasakan ketegangan yang coba dia besar – besarkan. “Ada kegiatan pameran busana. Ibumu akan menghabiskan banyak waktu di sana.” Sekarang Moreau tahu. Dia mengangguk – angguk tak acuh seolah ingin membuktikan kepada ayah sambungnya kalau – kalau apa pun yang sedang pria itu inginkan tidak akan dengan mudah terwujud. “Jadi, tadi kau membohongiku? Kupikir kau adalah suami cuek yang tida

  • Perjanjian Terlarang   Geram

    “Keluarlah.” Sebuah perintah serius, sepertinya Moreau akan menghadapi masa sulit andai dia masih bersikap keras kepala untuk tidak menuruti setiap keinginan pria itu. Secara naluriah bahunya mengedik tak acuh. Lupakan bahwa ini adalah peringatan terakhir. Dia melipat lengan di depan dada tanpa mempedulikan Abihirt di sana. Ayah sambungnya akan mengerti jika tindakan tersebut masih menjadi bagian dari sikap tidak patuh dan seharusnya pria itu mengambil inisiatif sendiri sekadar melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah kalau – kalau memang hal demikian merupakan bagian dari daftar panjang yang tak terlewatkan. Celakalah, Moreau tidak pernah menduga jika ternyata Abihirt akan mengambil tindakan tak terduga dengan menarik tubuhnya secara paksa dan lagi ... pria itu mendekap persis diliputi cara di klub tadi, membuat dia terombang – ambing menahan sisa rasa pening nan pekat, sementara perutnya meninggalkan sensasi tidak menyenangkan—tertekan di garis bahu yang terasa kokoh

  • Perjanjian Terlarang   Membangkang

    Tubuh Moreau terdesak ke depan ketika dia nyaris setengah terlelap. Mobil ditumpanginya menghadapi krisis tiba – tiba ... seolah itu memang suatu tindakan disengaja. Tidak tahu apa yang sedang berserang di puncak kepala Abihirt saat suami Barbara memutuskan untuk menginjak rem secara tak terduga. Barangkali hal tersebut tidak jauh dari motivasi sederhana ayah sambungnya supaya dia terbangun, sementara makhluk kaku itu tidak menemukan cara untuk menarik Moreau kembali ke permukaan. Menyedihkan. Secara naluriah dia menoleh ke wajah Abihirt. Pelbagai desakan telah menyumbat di puncak kepalanya sekadar meluapkan segala sesuatu yang tertahan. Mungkin keinginan tentang menghantam wajah tampan di sana ... dengan pukulan serius adalah gagasan paling potensial. Moreau harap bisa menuntaskan ide – ide yang berkeliaran bebas, hingga bergelantungan di belakang bahunya dengan cepat. Namun, di satu sisi tak terduga dia harus membayangkan bagaimana menjadi tenang tak tersentuh—

  • Perjanjian Terlarang   Kesal

    Moreau merasa sangat malu. Ironi. Dia tak punya cukup tenaga untuk memberontak. Kepalanya terasa pening karena alkohol dan sekarang semacam terombang – ambing di lautan berombak dahsyat, diliputi sengatan aroma tubuh ayah sambungnya yang memabukkan. “Moreau sudah bilang tak ingin kau ganggu, Rowan. Turunkan dia!” Mereka sudah separuh jalan menuju pintu keluar, kemudian suara Robby cukup lantang menghentikan Abihirt, lalu menarik perhatian pria itu untuk berbalik badan—di mana Moreau perlu berjuang memalingkan separuh wajah jika dia ingin tahu tentang apa yang akan Robby lakukan kepada ayah sambungnya. “Kau tidak perlu ikut campur terhadap urusanku.” Suara serak dan dalam Abihirt memang terdengar tenang, tetapi tersisip reaksi ganjil yang Moreau sadari coba pria itu tahan. Dia ingin tahu. Bertanya – tanya apakah keberadaan Robby telah memberi banyak pengaruh, meski ayah sambungnya masih berusaha tidak menunjukkan reaksi signifikan di antara mereka. Apakah mu

  • Perjanjian Terlarang   Memaksa

    Mungkin ... yang tersisa di antara mereka adalah sikap Abihirt ... masih berusaha hati – hati saat pria itu menghadapi keputusan serupa. Moreau menggeleng tegas. Terlalu konyol jika mereka bertengkar di sini. Di hadapan banyak orang, apalagi sampai mereka tahu tentang status hubungan yang begitu konyol sekadar dimaklumi. Bagaimanapun Moreau tak bisa memungkiri bahwa sikap Abihirt terlihat seperti seorang pria dewasa yang enggan berbagi. “Jika kau ingin pulang, kau bisa pulang sendiri. Aku tidak butuh perhatian darimu.” Persetan! Meski sesuatu dalam diri Moreau mengingatkan supaya dia bersikap tenang, ada satu bagian lain yang bernama ego ... mendorong agar dia menunjukkan keberanian di hadapan pria itu. “Ibumu sudah menunggu di rumah.” Apa pedulinya? Haruskah Moreau katakan bahwa Abihirt sedang mengandalkan Barbara demi membujuknya? Tidak. Dia akan memastikan itu bukan prospek yang mempan. Lebih baik sudahi segala sesuatu yang membuat dia merasa lebih gila.

  • Perjanjian Terlarang   Rowan ....

    “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Moreau sarat nada sinis. Menyingkirkan keberadaan tangan Abihirt adalah kebutuhan dasar. Dia menepis pria itu dengan kuat. Sudah cukup membiarkan waktu berjalan beberapa saat. Keheningan memang sudah bergemuruh sejak terakhir kali tidak ada satu pun kata terucap dari bibir ayah sambungnya, tetapi Moreau muak menghadapi sikap pria itu. Abihirt sudah seringkali memberi tatapan tajam, seakan – akan demikianlah cara pria tersebut melakukan komunikasi intens. Tidak. Seharusnya pria itu mengerti kalau – kalau hal tersebut merupakan bentuk paling menyakitkan. “Aku ingin kau pulang.” Kali pertama bersuara, Moreau dapat mencerna betapa suara serak dan dalam itu terdengar dingin membekukan. Jika Abihirt mengira dia akan setuju begitu saja, suami ibunya salah—sangat salah. Untuk saat ini Moreau tidak menerima perintah. Dia segera menoleh ke wajah Robby, merasa hal tersebut merupakan prospek bagus sekadar memperlihatkan kepada Abihirt bahwa

  • Perjanjian Terlarang   Robby

    [Aku tidak akan pergi ke mana pun untuk meletakkan bokongku di ranjangmu.] Itu adalah pesan terakhir yang Moreau kirimkan sebelum dia dan Juan akhirnya memutuskan untuk terjebak di tengah – tengah musik menggelegar. Tidak ada yang dilakukan di sini. Selain, sesekali menaruh minat serius apakah Abihirt akan membalas pesan terakhir darinya atau tidak. Ironi. Kenyataan bahwa Moreau harus mendapati pria itu bahkan sudah membaca, alih – alih meninggalkan sedikit jejak supaya dia tidak terus menebak – nebak suatu hal yang bahkan tidak mendekati pengetahuan murni di benaknya. Barangkali Abihirt tidak punya waktu lebih sekadar menaruh sedikit perhatian, atau paling tidak ... menanyakan ke mana dia telah pergi. Moreau yakin pria itu sedang bersama Barbara, karena apa pun alasan yang dia berikan kepada ibunya adalah prospek bagus untuk bisa berada di sini. Menghirup hiruk pikuk yang terasa memuakkan, tetapi juga dapat dijadikan sebagai tempat pelampiasan. “Kau dari tadi h

  • Perjanjian Terlarang   Persetan

    “Ada apa dengan kenalanku?” pria itu bertanya lambat, seolah pemikiran di benak Moreau telah sampai, kemudian membuat Juan mempertimbangkan sesuatu yang terasa begitu tiba – tiba di antara mereka. “Kau tidak pernah membicarakan tentang kenalanmu. Aku curiga kalau yang ingin kau pertemukan kepadaku ternyata satu spesies denganmu.” Sambil mengedikkan bahu tak acuh, sekarang Moreau mendapati ekspresi wajah Juan penuh selidik ke arahnya. “Apa maksudmu bicara seperti itu? Spesies apa, huh?” Pria itu sedang menuntut, tetapi jelas tak benar – benar serius. Sesuatu yang membuat Moreau nyaman untuk berada di samping Juan. Akan selalu begitu. “Aku yakin kau mengerti maksudku, Juan ....” Demikian yang dia katakan dan segera menerima respons decakan keras dari Juan—pria itu bahkan merangkul lehernya erat. Nyaris membuat Moreau benar – benar menunduk. Dia tertawa saat berusaha melepaskan diri. Terlalu menikmati momen kebebasan seperti ini hingga tidak pernah menyadari bahwa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status