Share

Dalam Bahaya

Author: Susi_miu
last update Last Updated: 2024-09-07 21:51:53

Mobil sudah terparkir rapi. Moreau melirik ke sekitar sudut basement hotel yang terletak di pusat kota. Setengah heran apakah mungkin dia melakukan perjalanan yang salah. Barangkali sedikit kekeliruan sedang berusaha mengendalikan kenyataan tak terlewatkan?

Hampir begitu banyak keraguan menyergap di benak Moreau, tetapi dia berusaha keras menyangkal. Mustahil Barbara memberikan alamat palsu. Seharusnya, memang tidak. Bukankah wanita itu juga menambahkan bahwa pertemuan bersama Mr. Halland akan dilakukan di restoran hotel?

Moreau mendengkus kasar, mengakui bahwa dialah yang terlalu serius menanggapi percakapan wanita itu semalam di telepon. Sesaat matanya melirik ke kursi penumpang. Sesuatu di sana telah begitu disiapkan. Berharap ini secepatnya selesai. Harus benar – benar selesai.

Perlahan Moreau mengendurkan genggaman pada setir kemudi, dia bahkan tak sadar sedang menggeng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjanjian Terlarang   Nyaris

    Kekehan menjengkelkan, hingga nada puas seperti sambaran petir yang menggelegar. Moreau menunduk dalam – dalam demi menghindari ciuman apa pun akan mendarat di sana. Bahkan dengan keras dia berteriak kepada siapa pun, yang barangkali akan datang menghentikan bajingan kurang ajar, ketika bibir pria itu benar – benar akan menyentuh di pipinya. “Lepas!” Sekali lagi Moreau masih memberontak. Satu tangannya yang mengepal erat secara naluriah menghantam rahang Mr. Halland. Pria itu menggeram, meski sama sekali bukan akhir dari tindakan licik—sedang pria itu ungkapkan. Moreau meringis menghadapi tuntutan yang berubah menjadi cengkeraman kasar. Tidak mau diseret masuk ke dalam satu ruang saat pintu kamar telah terbuka. Masih berusaha menarik diri mundur, tiba – tiba pukulan keras meninggalkan peristiwa tak terduga, tubuh Mr. Halland tersungkur jatuh nyaris bertabrakan dengan lantai lorong hotel. “Abi.” Moreau bergumam tanpa sadar. Di

    Last Updated : 2024-09-07
  • Perjanjian Terlarang   Terlena

    Sesuatu dalam diri Moreau mencoba untuk mengingatkan. Namun, gairah telah tumbuh begitu liar. Ini bukan kali pertama. Dia dapat merasakan betapa ayah sambungnya menginginkan kesalahan yang sama dan mengambil peran terlalu jauh. Jari tangan Moreau merambat tanpa sadar ke tengkuk Abihirt. Dia menahan pria itu lebih lama ketika gigitan lembut menjelma sepeti sesuatu yang menggetarkan. Benar – benar pasrah ... tak lama saat Abihirt terburu ingin melucuti dress sabrina hitam di tubuhnya, dress sepanjang lutut yang tersingkap samar. Kebutuhan ini rasanya harus ditunaikan. Moreau terus memejam menghadapi mulut ayahnya yang mengecup di sekitar dada. Pria itu bahkan telah melucuti bra dengan warna senada, hingga meremas di sebelah payudara Moreau begitu giat. Ukuran tangan yang pas dan mantap. Abihirt sungguh meninggalkan sensasi membakar. “Abi ....” Moreau mengerang samar merasakan gigitan di ceruk lehernya. Pria itu terlalu sibuk menyerahkan kenikmatan kombo dan mulai menyingkirkan d

    Last Updated : 2024-09-08
  • Perjanjian Terlarang   Kurang Konsentrasi

    “Kita sudahi latihan hari ini, Tim.” Napas Moreau menggebu – gebu ketika akhirnya suara sang pelatih mengakhiri sesi latihan panjang. Dia langsung melompat turun mengikuti pegangan tangan Juan yang mengendur di pinggulnya. Mereka saling menatap, lalu secara kompak berseluncur dengan sepatu skate mengikis di lapisan es, menghampiri Anitta di pinggir lapangan yang diliputi banyak garis – garis di permukaannya. Moreau tahu apa yang akan dia hadapi. Ekspresi wajah Anitta sedikit lebih serius dari kali pertama mereka bertemu setelah sepekan lalu. Wanita itu mungkin menyadari sesuatu yang ganjil, sehingga sejak awal pula Moreau sering mendapat teguran. Sungguh, dia sudah berusaha fokus, tetapi bayangan wajah Abihirt dan percintaan mereka di kamar hotel tadi masih menjadi suatu misteri yang bertunas luar biasa ganas. Hampir tidak ada jeda dan Moreau merasa cukup lelah disergap perasaan bersalah kepada ibunya, wanita yang jelas – jelas melibatkan dirinya ke dalam kesalahan, andai, tida

    Last Updated : 2024-09-08
  • Perjanjian Terlarang   Sidang Dadakan

    “Kau mungkin tidak keberatan bercerita kepadaku, Barbara?” “Bercerita apa?” Sesuatu yang tidak pernah Moreau hadapi ... adalah ketika ayah sambungnya seperti menawarkan sesuatu, tetapi Barbara justru mengajukan pertanyaan seolah wanita itu menghadapi perasaan ambigu dan benar – benar telah menatap Abihirt dengan tanda tanya besar di puncak kepala, hingga ekspresi bingung yang kentara di sana. “Tentang pertemuan di hotel tadi pagi.” Celakalah. Napas Moreau tercekat menghadapi suara serak dan dalam Abihirt, yang telah melepaskan cengkeraman di pergelangan tangannya, dan sekarang begitu serius menantikan jawaban dari Barbara meski wanita itu terkadang membuka bibir, kemudian mengatupkan kembali, seolah sedang merasa takut—atau mungkin memikirkan sesuatu yang lain. Bagaimanapun Moreau tak bisa hanya terus – terusan menunduk, sementara dia tahu ke mana arah pembicaraan Abihirt; tentang pembicaraan bersama Mr. Halland, yang seharusnya tidak Moreau lakukan. Dia menelan ludah kasar

    Last Updated : 2024-09-08
  • Perjanjian Terlarang   Mula-Mula

    “Tolong buatkan segelas teh hangat untuk Abi.. Aku harus ke kamar sebentar dan akan segera kembali.” Itu kata – katanya Barbara beberapa saat lalu. Moreau pikir ibunya masih harus disergap kebutuhan – kebutuhan untuk menjelaskan segala sesuatu yang terungkap kemarin malam. Namun, sepertinya dia menduga dengan salah saat mendapati wanita itu sedang berjalan sambil bergelayut manja di lengan Abihirt, pria tegap yang sempurna dalam balutan jas biru navy. Walau tak dimungkiri ekspresi wajah yang dingin, begitu jomplang terhadap wanita yang menarik kursi lalu mempersilakan suaminya duduk. “Aku sudah membuatkan teh untukmu, Abi. Minumlah.” Ada sesuatu yang ganjil di sini. Moreau menatap Barbara sedikit tak percaya. Wanita itu mengaku – ngaku, bahkan teh yang Moreau siapkan tadi, teh di hadapan Abihirt saat ini, diseduh secara khusus seperti yang pernah diajarkan seseorang. Sayangnya apa yang bisa dilakukan? Moreau tak mungkin membantah hanya karena butuh pengakuan jujur. Dia

    Last Updated : 2024-09-08
  • Perjanjian Terlarang   Kedatangan Barbara

    “Aku sudah di sini. Jadi apa yang ingin kau bicarakan?” Lurus – lurus iris biru terang Moreau menatap wajah ayah sambungnya dengan serius. Barusan mereka duduk saling berhadapan dengan Abihirt tidak mengatakan sesuatu sekadar memulai. Moreau ingin pembicaraan ini diteruskan dan menyelesaikan kesepakatan secara tepat dan pas, yangbahkan harus menunggu beberapa saat sampai pria itu kembali dari kegiatan penting. Sekarang hanya lengan yang terulur menarik laci meja. Lambat sekali Moreau mengamati cara hingga ekspresi tenang Abihirt ketika sedang memilah dokumen Secara tentatif pria itu menggeser beberapa lembar berkas lebih dekat di hadapannya. Dia mengernyit, menatap Abihirt bingung, tetapi mencoba untuk mencari tahu sendiri dengan membaca rentetan kalimat yang dicetak tebal di sana. Sesuatu, hal, yang tidak pernah Moreau pikirkan sebelumnya. Ada beberapa poin, dan semua itu membahas tentang bagian – bagian paling mengejutkan. Keinginan pria itu mungkin masih sama. Namun, ada

    Last Updated : 2024-09-09
  • Perjanjian Terlarang   Sepakat

    “Aku yang harusnya bertanya kepadamu, Barbara. Apa yang kau lakukan di sini?” Ketegangan Moreau masih menyeruak di sekitar, tetapi ada sedikit kelegaan ketika ayah sambungnya beranjak bangun dan pria itu berjalan lebih dekat untuk kemudian duduk di pinggir meja—persis di samping Moreau. Ironi. Dia tetap membeku di tempat saat menyadari satu tangan Abihirt ternyata memegangi kertas lainnya, yang terungkap sembunyi – sembunyi, sementara lembar dokumen yang seharusnya berada di sana disingkirkan dengan sapuan ujung jari hingga surat perjanjian itu jatuh; dan perlahan tergoler di atas lantai. Moreau tak bisa menyaksikan di mana persis benda tersebut berlabuh. Tak sungguh – sungguh pula berniat mengetahuinya. Dia hanya tak bisa melewatkan kebutuhan menatap sesuatu yang begitu dekat. Lengan dalam balutan jas pria itu. Ya, setidaknya Moreau tahu bahwa tangan ayah sambungnya sudah mengambil peran tambahan; bertengger di pinggul Barbara sekadar menghentikan niat wanita tersebut. Pos

    Last Updated : 2024-09-09
  • Perjanjian Terlarang   Keputusan Akhir

    “Baiklah, Darling. Ingat jangan terlalu lama. Aku akan langsung menunggumu di parkiran. Dan Moreau, ingatlah kau ada latihan. Jangan pergi ke mana pun setelah urusanmu selesai. Katakan kepada Juan kalau aku memintanya berhenti mengajakmu keluar hingga larut malam.” Moreau belum mengatakan apa – apa, tetapi ibunya sudah bebalik badan. Derap kaki dalam balutan heels yang begitu tegas, memberitahu ... bahu wanita itu secara pelahan terlelap oleh pintu yang menutup. Moreau mengerjap kemudian memalingkan wajah sekadar menunggu Abihirt memulai percakapan. Ayah sambungnya baru saja memunggut kertas yang sengaja dibuat berguguran jatuh, meletakkan berkas tersebut ke atas meja sambil memberi gestur supaya Moreau juga mengatur posisi duduk saling berhadapan. “Aku sudah bilang kepadamu tidak mau. Jadi apa lagi yang mau kau katakan?” Pertanyaan itu terungkap tanpa menunggu waktu berjalan lebih lama. Moreau tidak peduli lagi jika mata kelabu Abihirt akan menyusuri wajahnya dengan serius. Dia

    Last Updated : 2024-09-09

Latest chapter

  • Perjanjian Terlarang   Kamera Tersembunyi

    “Aku tidak mau,” Moreau berkata dengan nada tegas, sementara respons Abihirt di balik pintu, membuat antisipasi dalam dirinya meningkat pesat. Pria itu sungguh akan membuat celah lebih besar dan dia harus mati – matian menahan diri. “Sepertinya aku lebih senang kau bersikap kaku dan dingin, Daddy.” Napas Moreau pendek – pendek ketika menambahkan komentar terhadap sikap Abihirt. Pintu semakin didorong dan dia hampir tidak memiliki kemampuan khusus mempertahankan apa yang seharusnya. Mengalah. Itu terdengar lebih adil daripada membiarkan semua berakhir dengan sangat buruk. Senyum begitu samar di wajah Abihirt ketika pria itu melangkahkan kaki masuk, lalu mengunci pintu dari luar; sangat meninggalkan sesuatu untuk Moreau sesali. Kali ini, dia tidak akan terpukau. Percuma. Lekuk bibir pria itu hanya seperkian detik, bahkan nyaris tidak ada kesempatan sekadar mengaguminya. “Abi, lepaskan aku!” Moreau berteriak keras ketika Abihirt mengangkat tubuhnya menuju ba

  • Perjanjian Terlarang   Tidak Puas

    Abihirt bergerak tentatif. Itu meninggalkan banyak sensasi tak terjabarkan. Moreau merasa inti tubuhnya terisi penuh. Dia bahkan mengeratkan cengkeraman saat tempo pinggul ayah sambungnya semakin cepat. Tumbukkan Abihirt benar – benar nikmat. Moreau bisa mendengar sendiri bagaimana suaranya nyaris mendekati desahan panjang, tetapi Abihirt seperti menginginkannya mengeluarkan respons lebih banyak. Tangan pria itu dengan mantap meremas payudara yang terlempar ke pelbagai arah, membuat wajah Moreau segera terangkat. Abihirt memainkan beberapa bagian sensitif di tubuhnya dengan baik dan pria itu tahu kapan harus berhenti maupun tidak, seperti ingin menguji sejauh mana dia bisa menahan diri untuk tidak memohon kepada ayah sambungnya. “Engh—Abi ....” Kelopak mata Moreau memejam, menikmati saat – saat luapan kenikmatan akan meledak. Dia membiarkan kedua kaki mengapit pinggul seksi pria itu. Abihirt masih bergerak. Kali ini ditambahkan ciuman yang mendarat di bibirnya.

  • Perjanjian Terlarang   Penetrasi

    “Kau tadi hanya tidur 15 menit. Memangnya itu cukup untuk waktu istirahatmu, huh?” tanya Moreau di sela – sela kebutuhan hampir mengeluarkan desahan samar. Abihirt luar biasa pandai dan sekarang sentuhan pria itu telah menyelinap masuk di balik kain yang membalut di tubuhnya. “Abi—“ ucap Moreau tertahan saat mendeteksi pria itu telah berhasil menarik bra hingga membuat puncak payudara yang mencuak dari bahan pakaian tipis di sana. Mata mereka bertemu. Rasanya dia hampir tersesat dan lupa bagaimana cara melarikan diri dari gairah yang telah membara. Abihirt kembali melumat bibirnya dan memainkan puting yang menegang. Moreau tidak akan diam; tidak akan kalah begitu saja saat pria itu telah membuatnya nyaris tak berdaya di bawah kurungan. Dia mulai bergerak. Membantu Abihirt menyingkirkan jas yang masih merekat, kemudian jatuh membuka satu demi satu kancing kemeja pria itu. Otot – otot yang tampak liat di permukaan dada ayah sambungnya hampir membuat Moreau tidak

  • Perjanjian Terlarang   Belum Selesai

    “Aku pikir kau tidak akan kembali,” ucap Moreau saat menyambut Abihirt yang sekarang menjulang tinggi di hadapannya. Pria itu masih dengan tampilan yang sama dari terakhir kali mereka berpisah. Dia mendadak takut membayangkan ayah sambungnya benar – benar tidak memiliki minat sekadar pulang sebentar ke rumah—menemui Barbara yang mungkin sedang menunggu dengan tidak sabar. Setelah meneguk habis jus stroberi, wanita itu langsung berpamitan pergi. Aneh. “Aku masih ingin menikmati waktu lebih lama bersamamu.” Suara serak dan dalam Abihirt secara naluriah membuat Moreau mengangkat sebelah alis tinggi. Mereka sering bertemu, tetapi pria itu selalu menyerahkan sentuhan memanas di wajahnya. “Kau tidak takut ibuku mencarimu?” dia bertanya sarat nada waspada. Abihirt baru saja berjalan masuk melewati pintu utama. Reaksi pria itu tampak sedikit tidak peduli. “Sudah kukatakan kepadamu kalau dia akan sibuk selama beberapa hari.” Kelopak mata Moreau menyipit. Rasanya, tid

  • Perjanjian Terlarang   Janggal

    “Kau menata rumah ini dengan bagus. Apa ada yang membantumu?” Moreau merasa cukup canggung ketika membuntuti ke mana langkah ibunya terus menjelajah beberapa bagian dari sudut rumah. Hanya merasa harus dan mungkin bisa bersikap waspada saat ada sesuatu yang salah di antara mereka. “Aku kadang – kadang meminta bantuan Juan, kalau barang – barang berat yang perlu disusun atau dipindahkan ke tempat seharusnya.” Padahal, bukan. Moreau tidak bisa mengatakan bahwa Abihirt berkontribusi besar terhadap suasana rumahnya yang menenangkan. Mereka bekerja sama untuk banyak hal. Apa pun yang telah disepati—barangkali tidak pernah luput dari selera Barbara. Wanita itu tampak luar biasa takjub, lalu kembali melanjutkan langkah menuju beberapa bagian lainnya. “Daripada kau terus mengikutiku, mengapa tidak kau buatkan minum untuk ibumu? Apa kau tidak ingat aku harus melakukan perjalanan jauh dari kantor ke rumahmu?” Oh—ya, benar .... Moreau hampir melupakannya. Ti

  • Perjanjian Terlarang   Dia Datang

    “Jangan lupa menghubungiku kalau kau sudah sampai,” ucap Moreau setengah berteriak. Mobil Abihirt sudah melesat di kejauhan. Tidak ada lagi hal yang perlu dia lakukan di sini. Melanjutkan pekerjaan tertunda merupakan gagasan terbaik. Dia perlu memindahkan beberapa bahan makanan mentah ke lemari pendingin. Kali pertama menginjakkan kaki ke dapur, perhatian Moreau terpaku pada kertas belanjaan yang tersusun rapi. Tampaknya Abihirt cukup peduli untuk tidak meninggalkan kekacauan di sini. Sudut bibir Moreau melekuk tanpa sadar, kemudian memulai segala sesuatu dengan pemikiran tenang. Banyak buah yang perlu dipindahkan ke keranjang, ini tidak akan lama. Dia masih begitu serius menyelesaikan semua, tetapi kemudian menyadari mesin mobil seseorang terdengar sayup – sayup menyelinap dari luar. Abihirt kembali lagi? Untuk apa? Benak Moreau bertanya – tanya. Sedikit tidak berusaha mempedulikan apa pun yang mungkin ayah sambungnya lakukan. Dia akan tetap di

  • Perjanjian Terlarang   Menemani Tidur

    Sudut bibir Moreau melekuk tipis saat dia menunduk, memperhatikan ekspresi wajah Abihirt yang tampak begitu tenang. Tidak dimungkiri, sesuatu seperti berusaha menyelinap di benaknya; lagi – lagi memberi tahu bahwa ada sekelebat bayangan—membentuk suatu rahasia yang tidak pernah bocor ke permukaan. Dia membayangkan, andai ... Abihirt sekali saja, bersedia menceritakan beberapa hal untuknya, tetapi itu merupakan gambaran paling mustahil. Moreau tidak akan pernah dipertemukan pada saat – saat tersebut dan dia seharusnya menjaga pelbagai kebutuhan di benaknya supaya tidak merasa haus terhadap informasi yang jelas tak akan sampai. Waktu terus berjalan. 15 belas menit terasa cukup sebentar. Moreau hampir tidak sadar bahwa dia nyaris menghabiskan momen sendirian di sini—tidak sebenarnya sendiri, tetapi secara teknis Abihirt meninggalkannya ... dengan tidur masih begitu lelap. Ada tuntutan mendesak supaya dia tidak membangunkan pria itu. Hanya saja, logika terus mengingat

  • Perjanjian Terlarang   Pulang

    Mereka kelelahan. Moreau sampai menjatuhkan tubuh telentang di atas sofa setelah memperhatikan Abihirt melewati ruang tamu sekadar memindahkan semua barang belanjaan ke dapur. Pria itu sudah berulang kali melakukan hal yang sama; menjelma persis ayah sambung yang perhatian, meski semua tuntutan sudah akan selesai. Moreau hanya perlu menunggu Abihirt mendatanginya. Derap langkah seseorang yang tegas adalah petunjuk, di mana dia perlu mengatur posisi sedikit bangun dan menyambut pria itu. Benar. Ekspresi Abihirt datar ketika pria itu akhirnya menjatuhkan tubuh menerungkup ke atas sofa; persis meletakkan wajah di pangkuan Moreau, tetapi tidak ada protes yang dia katakan. Malah, sebaliknya dia secara naluriah menyapukan tangan menyugar rambut hitam Abihirt. “Kau kelelahan sekali.” Hanya itu yang Moreau katakan. Napas Abihirt terasa kasar, walau pria itu sedikit bergerak ... seperti mencari titik nyaman, lalu berhenti persis menghadap perutnya. Dia hampir tidak bisa men

  • Perjanjian Terlarang   Berbaikan

    Abihirt tampak menghela napas sesaat, seperti sedang melakukan kontrol diri, kemudian pria itu menyugar rambut gelapnya ke belakang. “Aku sedang sedikit pusing.” “Pusing apa? Pusing karena menghadapiku atau ada hal lain yang kulakukan dan kau tidak menyukainya?” Moreau tahu sikapnya mulai melampaui batas, tetapi diam adalah cara Abihirt menenangkan situasi dan mereka tidak akan melakukan perdebatan panjang ketika pria itu bahkan tampak enggan menanggapi dengan emosi. Ya, sebuah sapuan lembut di tulang pipi Moreau, nyaris membuatnya terpaku; sementara deburan jantung sedang meraung – raung deras dan dia berharap Abihirt tidak akan menyadari apa pun, selain melakukan tindakan yang sama—walau itu merupakan pengaruh besar baginya. “Sudah cantik seperti ini kenapa masih suka marah – marah?” Begitu yang pria itu katakan. Secara naluriah kelopak mata Moreau melebar. Tidakkah Abihirt sadar bahwa pertanyaan barusan benar – benar hampir membuat wajahnya memerah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status