Share

Barbara

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 12:31:45

“Kita baru saja bercinta, Sayang. Tapi kau terlihat sedang memikirkan sesuatu yang berat.”

Samuel setidaknya sedang duduk bersandar dengan nyaman selama memperhatikan setiap tindakan Barbara saat wanita itu sedang mengenakan kembali pakaian yang bercecer di lantai kamar hotel. Dia sendiri sudah berpakaian lengkap. Persis hanya menunggu mereka melakukan percakapan setelah hasrat tak tertahan—butuh dilampiaskan secara cepat.

Kebebasan bercinta. Seks penuh gairah. Samuel tak meragukan wanita bersuami itu, yang kini menatap ke arahnya dilputi napas berembus kasar.

“Tidak tahu. Perasaanku tidak nyaman. Kadang – kadang aku selalu memikirkan kembali kata – kata Froy.”

“Froy?” Sebelah alis Samuel terangkat tinggi. Nyaris tidak ada pembicaraan seperti ini dan tiba – tiba Barbara menjatuhkan bokong di pinggir ranjang.

Wanita itu mendengkus sama kasarnya, kemudian menjawab, “Keponakan Abi.”

“Baiklah. Lalu ada apa dengan keponakan suamimu?”

Sedikit ras
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Terlarang   Egois

    Sebelah alis Barbara terangkat tinggi menafsirkan hal demikian sebagai suatu pembelaan. Dia mengerti Samuel. Tersisip kecemburuan saat dia akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama Abihirt, alih – alih mereka dapat melakukan pertemuan secara sembunyi – sembunyi. “Mengapa kau katakan itu?” tanya Barbara sarat nada sanksi. Tidak suka. Tak terima. Itu dua kombinasi yang menghanyutkan. “Aku hanya mengatakan apa yang sebenarnya. Sekarang biar kutanya, kau percaya tidak kepada Abi?” Masih dengan sesuatu yang benar. Namun, Barbara tidak pernah ingin pengkhianatan selama ini dibalas setimpal. Dia tak ingin berbagi. Tak ingin Abihirt bersama yang lain. Egois—memang. Tak akan ada yang dapat disandingkan terhadap keputusan ketika sudah berada di tangannya. Setelah ntah kali ke berapa mengembuskan napas kasar. Barbara akhirnya menambahkan jawaban. “Percaya. Tapi, kau tahu, kan, kalau Abi lebih muda dariku? Aku takut dia akan berpaling jika ada sesuatu yang salah denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Perjanjian Terlarang   Keberadaan Gloriya

    Ini memang menjadi pembicaraan serius. Tujuan Gloriya sudah dapat dipastikan. Namun, semua keputusan masih di tangan Abihirt. Moreau yakin ibunya tidak dapat berkomentar lebih banyak setelah serentetan pernyataan terungkap jelas di antara mereka. Gloriya bahkan menangisi puteranya setelah Froy diringkus di bandara oleh pihak kepolisian saat mencoba untuk melarikan diri—dengan pernyataan bahwa Abihirt juga ada di sana. Menyaksikan pelbagai peristiwa pemberontakkan tanpa berusaha mengambil andil mencegah rasa malu menjadi sesuatu secara bertingkat – tingkat. Sedikit yang tidak Moreau setujui adalah pernyataan Gloriya terdengar persis suatu tuduhan tentang ayah sambungnya; pria itu senang menyaksikan sang keponakan menghadapi masalah besar. Dia tak membela Abihirt karena mereka menjalin hubungan terlarang. Andai Froy tidak mengambil tindakan di luar batas atau sampai melampaui rasa hormat—mungkin masalah seperti ini tidak akan terjadi. Abihirt selama beberapa waktu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Perjanjian Terlarang   Mengurai

    “Kau tidak memberitahuku kalau akan pergi dan mengurus semua masalah ini hingga Froy sekarang sudah ditahan di kantor kepolisian atas dua laporan darimu.” Barbara tak ingin menunggu lebih lama sekadar mengatakan semua yang mulai meluap di benaknya setelah menyusul sang suami di kamar tidur mereka. Abihirt baru saja memisahkan satu demi satu kancing kemeja, kemudian menyingkirkan kain yang merekat di tubuh kokoh itu dengan cara yang selalu menarik perhatian Barbara di sana. Ada sesuatu—tampak berbeda. Dia mengernyit ketika menyadari hal yang terlihat masih begitu baru, tetapi mungkin nanti untuk membicarakannya. Mereka masih harus dihadapkan pada pembahasan serius. Menunggu Abihirt mengatakan sesuatu nyaris menjadi hal paling ingin Barbara singkirkan. Kali ini sedikit tidak sabar menyaksikan pria itu hati – hati menjatuhkan bokong di pinggir ranjang, sehingga dia menghentakkan kaki sekadar melangkah lebih dekat. “Aku bicara denganmu, Abi,” Masih belum ada kepasti

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Perjanjian Terlarang   Chorrus

    “Ya, tentu saja. Ada apa kau bertanya seperti itu?” Ada rasa khawatir berusaha bersarang liar di benak Barbara. Dia berharap dapat bersikap lebih tenang ketika melewati masa – masa seperti ini. Abihirt tidak lagi mengatakan lebih banyak, selain beranjak bangun untuk berjalan ke kamar mandi—nyaris, tetapi kemudian pria itu memaling separuh wajah dan berkata, “Gloriya datang karena memintamu agar membujukku untuk menarik laporan?” Topik pembicaraan mereka berubah dalam sekejap. Barbara sedikit gugup dan bahkan butuh usaha penuh tekad sekadar menambahkan jawaban. “Ya. Dia harap kau mau memberi Froy kesempatan.” “Mengapa aku harus memberinya kesempatan?” “Karena Froy akan menikah dan dia juga keponakanmu.” Hanya itu. Barbara rasa tidak ada yang salah. Akan lebih adil jika mereka mau saling memahami. “Kau bisa katakan kepadanya dunia tidak bekerja seperti itu.” Sayangnya, sejuah dia mencoba memulai dengan cara lebih waras. Abihirt telah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Perjanjian Terlarang   Digendong

    Hampir tak terlihat apa pun selain menemukan beberapa perangkat disusun penuh di sana. Kebiasaan ibunya selalu tidak ingin terlalu peduli pada alat masak atau membuat kue yang sering kali dia gunakan. “Moreau, jika Abi mencariku, katakan kepadanya kalau aku akan pergi ke minimarket untuk berbelanja kebutuhan dapur. Jika cetakan yang kau cari belum juga ditemukan, tanyakan saja kepada Caroline atau suruh dia membantumu. Sepertinya wanita itu ada di halaman belakang.” Ada pendekatan istimewa di mana mungkin Barbara sedang dihadapkan pada sesuatu yang serius. Moreau tidak mengatakan apa – apa ketika menyaksikan bahu wanita itu mulai menjauh. Ini sedikit menjadi kesempatan baginya berjalan ke arah meja makan dan menarik kursi di sana. Dia mulai memanjat. Merasa akan lebih leluasa melakukan pencarian saat berada pada jarak tertinggi. Tetapi hanya nyaris—ketika tiba – tiba seseorang muncul dengan keadaan begitu sunyi, seolah sengaja mengatur atmosfer pada perubahan ekst

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Perjanjian Terlarang   Pria Mesum

    “Di mana ibumu?” Hening terurai cukup samar di antara mereka. Moreau mengerjap sesaat pertanyaan Abihirt singkat dan menanyakan keberadaan ibunya. “Barusan pergi," dia menjawab skeptis. Mencoba untuk fokus pada beberapa bahan di meja bar. “Pergi?” Namun, sekali lagi. Jelas – jelas Barbara tak memberitahu sang suami dan di sini Moreau harus terpaku pada pembicaraan mereka yang tidak begitu signifikan. “Ya, pergi membelanjakan sesuatu,” jawabnya berdasarkan apa yang wanita itu harapkan. Paling tidak, Abihirt tidak mengatakan apa pun lagi selain mengamati setiap apa pun yang dia lakukan di sana. “Kau suka Chorrus? Aku akan membuatnya. Untuk porsiku saja. Tapi, jika kau mau, aku akan menimbang tepung lebih banyak, supaya adonannya tidak kurang.” Lupakan tentang hal – hal yang berpotensi melukai perasaan. Moreau memastikan dia akan baik – baik saja. Bersikap seolah tidak pernah terpengaruh apa pun, karena terdengar lebih adil seperti itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Perjanjian Terlarang   Rencana Baru

    “Abi.” Mati – matian Moreau menahan suara. Harus menggigit bibir ketika mulut pria itu jatuh di garis bahunya. Aroma maskulin segera menyerbuk dengan pekat di antara mereka. Mengerikan membayangkan ini terjadi. Moreau tidak menikmati—berusaha tidak terjerembab pada perasaan seperti itu. Namun, secara naluriah dia memejam. Merasakan genggaman pada pinggir meja bar mengetat, diikuti kebutuhan dari postur tubuh yang jangkung supaya sedikit membungkuk saat Abihirt mencelupkan salah satu jemari di antara celah kaki yang dipaksa terbuka lebih lebar. “Bisakah kau hentikan kegiatan memasakmu?” Suara serak dan dalam Abihirt terdengar parau. Setidaknya ini lebih berbahaya dari yang Moreau pikirkan ketika tak memiliki kesiapan sekadar membiarkan ayah sambungnya diam melakukan pengamatan. Dia menggeleng samar, kemudian berkata, “Tidak. Aku sedang lapar. Kau yang seharusnya berhenti. Pergi dari sini.” Sambil memastikan dapat menyikuk tulang rusuk Abihirt. Moreau ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Perjanjian Terlarang   Dia Lapar

    Dengan bibir setengah terbuka, Moreau yakin dia sudah siap mengatakan sesuatu, sebelum tiba – tiba Abihirt bicara kepada Caroline. “Kau bisa simpan bolpoin ini ke tempatnya. Satu lagi, bisakah kau lanjutkan pekerjaan Moreau di sini?” Bentuk keinginan ayah sambungnya mulai terasa ganjil. Moreau ingin membantah—tentu. Hanya saja dia tidak mendapat kesempatan ketika Caroline lagi – lagi bersikap patuh. “Baik, Tuan.” Wanita itu bahkan langsung mengerjakan sesuatu berdasarkan perintah. Semuanya. Yang tak dapat Moreau sangkakan jika dia masih berusaha mencari cara terbebas dari situasi menjebak di sini. Abihirt mungkin telah menyiapkan sesuatu, sehingga satu – satunya hal yang dilakukan adalah menunggu langkah Caroline benar – benar menjauh. Ya, persis ketika bahu wanita itu sudah tak terlihat, tiba – tiba Moreau merasa seperti melayang. Abihirt mengangkat tubuhnya hampir tanpa peringatan. Secara naluriah dia nyaris berteriak, tetapi penyesuaian diri yang tep

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19

Bab terbaru

  • Perjanjian Terlarang   Penyangkalan

    “Mengapa harus tahu namanya?” Barbara bertanya cukup hati – hati. Tidak ingin mengambil kesalahan mutlak. Biarkan identitas Samuel tetap anonim, maka Abihirt tidak akan mendesaknya lebih jauh daripada ini. “Untuk memastikan tidak ada yang kau sembunyikan.” Suara serak dan dalam Abihirt nyaris menyerupai desis saat sekali lagi kembali ke permukaan. Pria itu terlihat begitu penasaran; besar; penuh dengan gairah mendominasi dan betapa kelam di sana. Sekujur tubuh Barbara mendadak tegang. Pandangannya berpendar ke segala arah agar bisa menemukan jawaban paling tepat. “Memangnya apa yang aku sembunyikan?” Berpura – pura tidak tahu apa pun adalah jalan pintas. Hanya sangat disayangkan jika ternyata Abihirt akan menunjukkan sikap muak. Pria itu memutuskan kontak mata, seolah – olah ... untuk saat ini butuh jeda supaya tidak lepas begitu saja, lalu mengatakannya dengan sangat jelas, “Hanya kau yang tahu, Barbara.” Perlu usaha serius sekadar memainkan ekspresi.

  • Perjanjian Terlarang   Seharusnya Mengaku

    Namun, pada akhirnya ... selalu bukan hal yang akan mengejutkan lagi di sana. Barbara menghela napas kasar mendapati Abihirt sedang duduk di pinggir ranjang. Hanya mengulik ponsel, seakan pria itu tidak memiliki minat menyiapkan diri terlebih dahulu. Ya, suaminya masih dengan pakaian yang sama; kekacauan tampak membuat setiap helai teracak – acak di rambut gelap Abihirt. Ada beberapa bagian berjatuhan di sekitar kening, menambah nilai estetika dari penampilan yang bisa disebut liar dan tampan secara bersamaan. Barbara tidak tahu bagaimana dia selalu mengagumi suaminya, tetapi juga sulit melepaskan Samuel atas keamanan tertentu. Paling tidak, untuk saat ini ... belum ada kesiapan untuk memilih salah satu. Dia masih tidak bersedia. Masih ada keinginan bersenang – senang, tetapi tidak mudah mendapatkan itu pada diri Abihirt. Apa yang bisa Barbara harapkan dari pria yang tak banyak bicara? Semua orang benar tahu bahwa suaminya terlalu kaku. Dia tak bisa membayangkan betapa h

  • Perjanjian Terlarang   Berbalik Arah

    Barbara mengerjap cepat, kemudian berkata, “Lalu, mengapa kemarin kau bilang tidak tahu tentang keberadaan Moreau?" "Aku tidak ingin kau khawatir, karena inilah yang akhirnya bisa kutebak. Kau sangat marah." Itu benar. Barbara pikir pernyataan Abihirt barusan terdengar cukup masuk akal. "Jadi kau bersungguh – sungguh jika tidak ada hubungan apa pun antara kau dan Moreau?” “Ya. Aku memesan dua kamar jika kau masih berpikiran buruk. Akan kutunjukkan kepadamu bukti transaksi hotel. Mungkin nanti kau yang perlu menjelaskan mengapa ada pria lain di sini.” Berikutnya selesai. Abihirt langsung melangkah pergi. Melewati Barbara; melewati tubuh Samuel di sana; meninggalkan sisa keheningan begitu pekat, hingga embusan napas Barbara berakhir kasar. Dia menatap bahu suaminya tanpa pernah bisa mengalihkan perhatian. Ada ketakutan tak berjarak dari pengetahuan Abihirt yang tak terduga. Barbara memikirkan segalanya. Namun bagaimanapun, harus menanam ketenangan

  • Perjanjian Terlarang   Pelbagai Tuduhan

    “Mengejutkan sekali kau masih mengingat kapan aku berulang tahun. Kupikir kau tidak pernah peduli terhadap apa pun lagi, selain berkencan dengan putriku.” Itu yang Barbara katakan. Betapa dengan sengaja menyindir. Dapat dipastikan wanita tersebut tidak akan berhenti sampai mereka mengakui sesuatu yang masih coba Abihirt tutupi. Secara diam – diam Moreau mengatur posisi supaya bisa sedikit mengintip bagaimana kondisi ibunya saat ini. Tidak banyak. Hanya mengetahui wajah Barbara yang masih begitu masam dan bagaimana wanita itu melipat kedua lengan di depan dada; seolah radar menantang terlalu pekat untuk dihindari. “Mengapa kau diam, Abi? Apa Moreau yang memberitahumu hari ulang tahunku? Jadi, kalian bisa mencari alasan supaya aku tidak merasa curiga?” “Kau mengatur tanggal ulang tahunmu sebagai kode pengaman di ponselku. Bagaimana aku akan lupa?” Tidak tahu apa yang bisa Moreau katakan. Dia terkejut, sekaligus merasa butuh waktu lebih lama agar memahami

  • Perjanjian Terlarang   Pembelaan

    Moreau tidak berusaha membantah. Rasa sakit dari tamparan Barbara masih meninggalkan efek tertentu seperti tak ingin hilang, tetapi dia berusaha menghindari sorot mata wanita yang menatap nyalang dan tiba - tiba pula menepis sentuhan Abihirt di lengannya. Nyaris—bahu Moreau mendadak tegang saat Barbara terduga akan kembali menyerang. Dia telah membuat tameng perlindungan dengan lengan terangkat menutup wajah. Namun, Abihirt segera menegahi; menjadi tembok tinggi untuk melindunginya di belakang. Benar – benar membuat Barbara terdiam—sepertinya wanita itu tak menyangka jika pria yang dinikahi ternyata akan melakukan pembelaan besar. “Tidak bisakah kau duduk tenang dan dengarkan penjelasanku terlebih dahulu?” Sekarang suara serak dan dalam Abihirt mengambil tempat. Pria itu selalu terdengar tenang, walau Moreau tidak tahu apa yang ingin ayah sambungnya jelaskan. “Tidak. Pelacur kecil sepertinya pantas diberi pelajaran.” Barbara menyangga tidak pada atura

  • Perjanjian Terlarang   Angkara Murka

    Mereka sudah menghabiskan waktu hampir satu setengah jam untuk sarapan pagi dan melakukan sisa – sisa perjalanan lain, tetapi Moreau tidak memahami motivasi ayah sambungnya terhadap apa pun yang telah berlalu tadi. Abihirt tidak banyak bicara. Tidak dimungkiri bahwa mereka sempat berkeliling hanya untuk mencarikan sesuatu, membeli perlengkapan yang Moreau yakin adalah kegemaran ibunya. Ya, seharusnya beberapa bagian tersebut akan cukup jelas. Dia hanya merasa masih terlalu ambigu, apalagi ketika sampai pada agenda pulang, Abihirt tidak bersikap seakan ada prospek spesifik mengenai apa yang akan terjadi. Meminta supaya mereka tetap di sini, terjebak sesaat di tengah gemuruh keheningan, sementara waktu terus memburu dan beranjak terlalu jauh. Dia tidak menginginkan itu. “Sekarang kita akan masuk?” Moreau tidak bisa menahan diri sekadar diam. Terlalu lama di mobil tidak membuat situasi terasa lebih baik. Ada begitu banyak keabsahan. Mereka tidak bisa meninggalkan bagi

  • Perjanjian Terlarang   Pembicaraan

    Udara dari celah bibir Barbara berembus kasar. Dia menatap Samuel setengah enggan, tetapi merasa pria itu mungkin akan memberi solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Samuel biasanya cukup cakap. Ntah apa yang mungkin akan pria itu katakan. Hanya sedikit tidak siap jika ternyata muncul serentatan kalimat tak menyenangkan dan makin membuat dia didesak ketakutan. “Bukannya tadi kau dan suamimu baik – baik saja? Kenapa tiba – tiba kau ingin pulang dan mengatakan kalau Froy benar tentang hubungan rahasia suamimu bersama anak gadismu?” Bagaimanapun, Samuel menginginkan rangkaian cerita lebih runut. Membuat Barbara ntah harus kali ke berapa menekan segerombol perasaan tidak tenang. Dia masih sangat memikirkan pelbagai kemungkinan buruk. Ditambahkan sikap Abihirt yang dia tahu tidak akan mudah dipoles. Suaminya bahkan tidak menunjukkan itikad baik sekadar menjelaskan segala bentuk hal yang sedang menjadi permasalahan mereka. “Aku mendengar suara Moreau di telep

  • Perjanjian Terlarang   Segera

    [Abi, boleh aku pinjam ponselmu untuk mengirim foto – fotoku yang ada di padang pasir ....] Rasanya sekujur tubuh Barbara mendidih membayangkan apa yang sedang logikanya uraikan. Abihirt berkata jika pria itu masih Dubai; akan segera pulang, tetapi sangat mengejutkan mengetahui suara Moreau menyelinap masuk di tengah pembicaraan mereka. Ini tidak dapat disesali. Betapa pun Barbara mencoba sekadar menyangkal. Dia telah menyaring segala sesuatu yang terjadi di sana, dengan jelas ... dengan sangat jelas bahwa Moreau butuh foto – foto di padang pasir untuk dikirim ke ponsel gadis itu. Barangkali juga tidak diharapkan penjelasan lebih tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sialnya, Barbara bahkan belum mengucapkan apa – apa dan menuntut Abihirt membicarakan semua yang telah suaminya sembunyikan, termasuk saat Abihirt mengaku tidak mengetahui keberadaan Moreau di kali terakhir dia menghubungi pria itu sambil membicarakan keberadaan putrinya yang tidak berkabar. Namun, pa

  • Perjanjian Terlarang   Ketahuan?

    Namun, untuk beberapa saat Moreau menoleh ke arah ayah sambungnya ketika menyentuh gagang pintu. Abihirt terduga merenggut ponsel pria itu di atas nakas. Mungkin ada kesibukan penting, yang secara tidak langsung mengingatkan Moreau bahwa ada satu hal—lupa dia katakan kepada ayah sambungnya. Ini tidak akan lama. Dia hanya akan membasuh wajah dengan percikan air, kemudian kembali kepada pria itu. Memang tidak lama. Ketika Moreau menatap pantulan wajah di depan cermin, tindakan kali pertama dilakukan adalah menarik napas dalam – dalam. Semua perangkat di sini hanya milik Abihirt. Dia akan menggosok gigi, nanti, di rumah. Sekarang sebaiknya menghampiri pria itu di atas ranjang. Mendadak ledakan dalam diri Moreau menjadi antusias. Dia memang tidak sabar ingin mengirim foto – foto di padang pasir hari itu, setelah mulai mengoperasikan ponsel baru pemberian ayah sambungnya. Berharap Abihirt tidak keberatan saat dia mengatakan tujuan yang sedang berkecamuk liar. Mo

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status