Ternyata banyak foto Sabrina di dalam ponsel Athar, salah satu foto lama itu terkirim ke ponsel Sabrina dan membuat wanita itu bingung kapan Athar mengambil foto tersebut karena terlihat dari pakaian dan tempat berbeda dari yang diambil tadi.(Athar, satu foto kok aku pakai bajunya beda. Itu foto kapan dan dimana?) tanya Sabrina melalu pesan singkat.Athar terkejut membaca pesan berisi pertanyaan tersebut, ia langsung memeriksa foto apa yang baru saja ia kirimkan dan baru menyadari salah satu yang di kirim adalah foto saat sahabatnya itu pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta dengan status janda nya."Ya ampun, kok bisa foto itu ikut ke kirim," gumam Athar lalu menghapus foto tersebut tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya itu.Athar tak berani membalas pertanyaan Sabrina, ia mematikan ponselnya dan bersiap-siap mandi. Sementara Sabrina hanya bisa mengerutkan keningnya karena pertanyaannya tak di jawab, malah foto yang tadi sudah dikirim di hapus oleh Athar dan kini nomor lelaki itu
Sherly dan Yono dengan berani bermain di atas ranjang Dina, mereka tak peduli wanita paruh baya itu sedang menahan rasa sakit dan sesak di dadanya. Justru Sherly malah sengaja mendesah seolah sangat menikmati permainan yang di lakukan Yono, mendengar desahan Sherly membuat Yono semakin bergairah dan melakukannya dengan tempo yang kencang."Gila ... Sherly memang gila, berani-beraninya dia melakukan hal menjijikan ini di depanku. Ryan mama menyesal memintamu menceraikan Syifa dan menikah dengan perempuan jalang ini, ternyata Syifa jauh lebih baik darinya meski dia belum hamil. Namun, tak pernah sekalipun berselingkuh denganmu," gumam Dina dalam hati.Dada wanita itu semakin terasa nyeri seperti tertekan benda besar, nafasnya semakin sesak, kepalanya semakin pusing dan akhirnya kehilangan kesadaran."Aah ...."Keduanya mencapai puncak kenikmatan bersama, dengan keringat bercucuran dan nafas tersengal-sengal mereka tersenyum dan saling memandang. Setelah menetralkan nafas, Sherly pun mel
"Hallo, ada apa?" tanya Ryan saat mengangkat panggilan telepon."Maaf pak Ryan, supplier dari maju berkah meminta sisa pembayaran barang bulan lalu," ucap karyawan yang menelpon."Di toko gak ada uang?" Ryan balik bertanya."Saya sudah beri semua uang yang ada di toko, tapi itu hanya bisa menutup setengah dari harga barang dan orang dari maju berkah ingin kita membayar semua," ucap karyawan Ryan.Ryan mengusap kasar wajahnya, keuangan toko benar-benar berantakan. Di tabungannya masih ada, tetapi itu untuk bayar gaji karyawan dan memutar modalnya lagi. Pelanggan benar-benar berkurang, ia tak tahu mengapa setelah bercerai dari Syifa uang sangat sulit ia dapatkan. Padahal semua barang di toko masih dengan kualitas sang sama, tetapi ia sangat sulit mendapatkan uang."Coba kasih ponsel kamu ke orang maju berkah, biar saya yang bicara langsung," ucap Ryan.Karyawan pun memberikan ponselnya ke orang maju berkah, lalu Ryan menjanjikan kepada orang itu akan membayar semuanya dalam waktu kura
"A-aku ... Mana ada aku tersenyum, Mas. Kau pasti salah lihat," ucap Sherly."Jelas-jelas aku melihatmu tersenyum," ucap Ryan."Mas, aku tahu kamu sedang berduka atas kepergian mama, akupun sama. Namun, kamu harus mengikhlaskan mama jangan sampai kepergian mama membuat kamu menjadi depresi," ucap Sherly."Apa kau pikir aku tidak waras?" tanya Ryan dengan nada tinggi."Maaf, Mas. Bukan maksudku begitu, tapi ....""Ah sudahlah!" Ryan kesal dan kembali keluar dari kamar, melihat hujan sudah reda lelaki itu pun keluar dari rumah mencari warteg berharap masih bisa membeli nasi dan lauknya di sana karena perutnya sudah sangat lapar.Setelah berjalan cukup lama akhirnya ia memasuki warteg, makanan memang masih ada meski tak banyak pilihan akhirnya Ryan pun makan di warteg itu."Itu si Ryan?" tanya pemilik warteg berbisik pada istrinya."Iya, kasihan ya setelah cerai dari Syifa ibunya stroke dan sekarang meninggal," ucap pemilik warteg."Iya, tapi aku juga kaget melihat penampilannya. Udah
"Mbak Sherly ...."Sherly dan Yono semakin panik ternyata tetangga memanggilnya, akhirnya wanita yang tengah hamil itu meminta Yono bersembunyi di kamar saja sementara Sherly keluar melihat siapa yang datang."Si Yono sih gak sabaran, untung aja mereka gak langsung masuk," gumam Sherly.Wanita itu membuka pintu ternyata yang datang adalah pak RT, Bu RT dan dua tetangganya. Akhirnya Sherly pun mempersilahkan untuk mereka duduk dan menyiapkan air minum untuk mereka."Maaf pak RT ada apa ya?" tanya Sherly."Apa saya bisa bicara dengan pak Ryan?" tanya pak RT."Mas Ryan pergi ke toko, katanya ada yang ingin di urus. Kalau pak RT mau bicara dengan suami saya paling tunggu nanti malam, atau bicara dengan saya juga gak apa-apa nanti saya sampaikan ke suami," ucap Sherly.Pak RT menatap sang istri, karena takut banyak keperluan mendadak nanti, akhirnya pak RT memilih untuk menyampaikan pada Sherly saja hal yang membuatnya datang ke rumah tersebut."Jadi gini, Bu Sherly. Di kampung ini sudah b
"Bolehkah aku duduk disini?" tanya Aira."Kami sudah selesai makan dan akan segera pulang," ucap Athar seraya berdiri dari duduknya.Sabrina hanya tersenyum kikuk menatap Aira, ia pun meminum air dan Athar menarik tangannya setelah ia selesai minum. Aira langsung merubah raut wajahnya, sudah yang kesekian kalinya ia selalu di tolak oleh Athar."Maaf ya, Aira. Kamu datang tak tepat waktu, mungkin lain kali kita bisa makan bersama," ucap Sabrina merasa tak enak pada Aira."Tidak ada lain kali, ayo cepat pulang!" ucap Athar.Sabrina semakin tidak enak kepada Aira, tetapi Athar menarik tangannya semakin kencang dan membuatnya terpaksa mengikuti langkah lelaki tampan itu. Sementara Aira hanya berdiri menatap kepergian Athar dan Sabrina dari tempat itu.Tadi Aira mengajak Athar untuk makan di luar, tetapi Athar menolak dengan alasan sudah ada janji dengan orang lain. Hingga akhirnya wanita itu pun mengikuti kemana Athar pergi, saat tahu ke restoran Sabrina dan mereka baru saja menikmati mak
"Ah ... Athar kenapa akhir-akhir ini aku selalu memikirkan kamu," gumam Sabrina.Setelah sampai di kamar ia pun di sambut oleh Vira seperti biasa, pelayan itu pun menyiapkan air hangat untuk Sabrina berendam. Sabrina sedang tidak mengerti dengan perasaanya sendiri, beberapa waktu lalu ia merasa resah saat memikirkan Athar menikah dengan seorang wanita lalu membuat persahabatan mereka merenggang. Kini ia malah memikirkan jika Athar mengalami penyimpangan orientasi seksual karena tak pernah melihat Athar tertarik pada seorang wanita."Aku tak pernah memikirkan Athar sejauh ini sebelumnya, kenapa denganku?" gumam Sabrina.Ia berendam di air hangat, berharap pikirannya tenang dan tidak memikirkan hal-hal yang tak perlu di pikirkan, berharap ia bisa fokus menata masa depan. Kelas memasak sebentar lagi akan selesai dan ia harus benar-benar fokus mengurus restoran.Keesokan harinya, di kelas memasak Reyhan kembali mendekati Sabrina. Lelaki itu belum mau menyerah, meski Sabrina sudah mengatak
"Keponakan saya seorang perempuan, emang nya kenapa kalau laki-laki, Pak Athar?" tanya pak Irwan."Kalau keponakan pak Irwan laki-laki pasti Athar cemburu, dia gak mau Sabrina punya teman laki-laki selain dia," ucap Satria.Athar yang sedang minum air langsung tersedak mendengar ucapan Satria di depan Sabrina dan para dewan direksi. Sementara Sabrina hanya menggelengkan kepala dan memberikan tisu kepada Athar."Nanti bisa diatur pertemuan saya dengan keponakan pak Irwan itu, siapa tahu saya tertarik dengan usaha kuliner keponakan Bapak!" ucap Sabrina."Baik, Nona. Terima kasih banyak untuk kesempatannya, kemana saya akan harus menghubungi nona Sabrina?" tanya Irwan."Boleh langsung ke nomor telpon saya, tapi saya minta jangan di berikan kepada selain keponakan Bapak ya!" ucap Sabrina.Pak Irwan menganggukan kepala, setelah selesai makan Sabrina kembali ke ruangannya. Para dewan direksi pulang, sementara Satria mengajak Athar menyusul ke ruangan Sabrina."Sepertinya kamu senang dan nya
"Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal
"Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta
"Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis
"Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo
"Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam
"Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d
Sabrina begitu terkejut saat masuk ke dalam ruangan Athar, lelaki itu sedang tidak memakai baju dan memeriksa bekas lukanya. Ia berjalan cepat dan duduk di samping Athar, meringis melihat bekas luka yang di tutup perban itu."Apa jahitannya bermasalah?" tanya Sabrina."Enggak, cuma sedikit gatal aja," ucap Athar seraya menarik kemeja berusaha untuk memakai nya kembali."Jangan bohong, sini aku lihat! Mungkin perbannya harus di ganti," ucap Sabrina."Memang iya, nanti setelah pulang kerja aku akan ke rumah sakit untuk ganti perban," ucap Athar."Kalau masih sakit harusnya gak masuk dulu, kamu bandel sih!" ucap Sabrina.Athar tersenyum mendengar ocehan wanita cantik tersebut, ia sama sekali tidak marah justru senang karena ocehan itu menandakan jika Sabrina mengkhawatirkan dirinya."Besok gak usah kerja dulu, aku akan bilang ke kak Satria," ucap Sabrina."Tapi banyak file penting yang harus aku bereskan, Syifa!" ucap Athar."Bisa di kerjakan di rumah kan! Nanti berkasnya juga bisa di ki
Sabrina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Lidya, sementara Lidya yang tidak tahu jika Sabrina sedang membicarakan diri sendiri masih merasa santai."Saya yah kalau belum punya suami, terus pak Athar melamar saya. Gak akan banyak pikir saya pasti terima," ucap Lidya."Alasannya?" tanya Sabrina."Kenapa tanya alasan lagi, bukannya udah jelas terlihat pak Athar itu udah perfect banget, dia itu lelaki idaman semua wanita. Ganteng, punya jabatan yang oke, gak genit sama perempuan, gak sombong, Soleh, kalau jadi suami pasti bisa bikin bahagia," ucap Lidya."Sesempurna itu Athar di mata kalian, dia itu manusia biasa yang punya kekurangan," ucap Sabrina."Ya semua manusia gak ada yang sempurna dan punya kekurangan juga kelebihan, tapi kekurangan pak Athar sedikit dan hampir tak terlihat, sementara kelebihannya banyak dan membuat para wanita dengan mudah terpesona padanya," ucap Lidya.Telinga Sabrina merasa panas saat Lidya terus memuji orang yang kini selalu ada dalam pikirannya, Sabrina
Keesokan harinya, Athar sudah diperbolehkan untuk pulang karena sebenarnya ia tidak terlalu luka terlalu parah, lelaki itu masih diberi kesempatan untuk istirahat oleh Satria. Namun, karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah akhirnya ia pun masuk kerja. "Kamu ini gimana sih, bukannya istirahat malah kerja. Apa kak Satria yang masak kamu buat kerja?!" tanya Sabrina.Wanita cantik itu langsung datang ke perusahaan saat tahu Athar bekerja, ia khawatir jika kondisi Athar masih lemah. Namun, dipaksa untuk bekerja oleh kakaknya. "Aku udah baik-baik aja, Syifa. Bukan Satria yang maksa, dia justru memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Akan tetapi, aku nggak betah di rumah nggak ngapa-ngapain jadi lebih baik kerja," ucap Athar."Tapi kan kamu habis dioperasi, Athar! Gimana nanti kalau sakit lagi," ucap Sabrina."Kan yang dioperasi cuma bagian perut yang ditusuk, yang lainnya nggak sakit. Lagi pula aku bawa obat dari dokter kok, jadi nggak usah khawatir ya, Sayang!" ucap Athar.Sabrin