Athar kembali melakukan aktivitas nya, bekerja dengan baik dengan Satria sejenak melupakan asmaranya. Ia Akan memikirkan lagi dengan matang bagaimana cara mengungkapkan perasaannya kepada Sabrina, setelah hari ini Athar benar-benar sadar jika dia tidak bisa lagi melihat Sabrina jatuh ke tangan lelaki lain. Athar tidak bisa lagi menahan cemburunya dan ingin memiliki Sabrina seutuhnya, apapun yang akan terjadi nanti ia ingin mengungkapkan perasaanya kepada Sabrina dan tidak membiarkan lelaki lain mendapatkan Sabrina. "Lama banget kamu di restoran, ngapain dulu?" tanya Satria ketika sudah bersama Athar. "Maaf, Tuan. Tadi saat baru keluar dari perusahaan kami dihadang oleh mantan suami Syifa, lalu setelah baru sampai di restoran ada Reyhan yang ingin berbicara dengan Syifa," ucap Athar. "Mantan suami, bukankah dia di kampung?" tanya Satria terkejut. "Iya, saya dengar ibunya meninggal, usahanya hampir bangkrut, dia bahkan menceraikan istrinya karena diselingkuhi. Saya takut dia d
Ryan pulang kembali ke kampung halaman, ia benar-benar menjual toko furniture dengan sisa-sisa barang yang ada di sana. Tanpa Ryan ketahui kabar itu terdengar oleh Sabrina dan Athar, sebab Sabrina masih berkomunikasi dengan orang yang mengelola rumah peninggalan orang tua angkatnya yang kini di kontrakan."Ryan benar-benar keterlaluan, dia menjual toko furniture itu," ucap Sabrina."Apa kau ingin mengambilnya kembali?" tanya Athar."Iya, tapi kalau bisa jangan sampai Ryan tahu aku yang membeli kembali toko itu," ucap Sabrina."Bisa di urus, tenang saja," ucap Athar.Athar dan Sabrina merasa tenang saat Ryan kembali ke kampung, mereka tidak tahu jika rencana Ryan pulang kampung, lalu menjual toko itu agar bisa kembali ke kota dan melanjutkan hidupnya di kota. Athar pun menghubungi seseorang yang sudah ia percaya untuk mengurus kepemilikan toko itu agar berpindah ke tangan Sabrina kembali.Ryan merasa sangat senang saat ada orang yang menawar toko furniture itu, tanpa pikir panjang Ia p
"Sialan rencanaku gagal untuk menitipkan bayi itu di rumah Ryan," ucap wanita yang sejak tadi memperhatikan apa yang warga lakukan.Wanita itu adalah Sherly, memang ia yang membuang bayi merah itu di depan rumah Ryan. Tadi malam ia melahirkan dengan bantuan dukun beranak yang ada di kampung sebelah, setelah melahirkan Ia pun meletakkan bayi itu didepan rumah Ryan. Ia tidak mau mengurus bayi itu karena memang sejak awal sudah memiliki rencana untuk meninggalkan darah dagingnya sendiri. Sherly pikir Ryan akan menerima dan merawat bayi itu, sebab lelaki tersebut sudah tahu jika dia tidak bisa memiliki anak lagi. Namun, dugaannya salah Ryan tidak mau mengadopsi bayi itu bahkan warga lain pun juga tidak mau hingga akhirnya bayi itu pun diberikan ke panti asuhan. Sherly memakai baju gamis yang besar juga kerudung, wajahnya pun ditutup oleh cadar sehingga tidak ada yang menyadari jika orang tersebut adalah Sherly. "Biarlah bayi itu hidup di panti asuhan atau di manapun, aku sudah tidak pe
Dengan sangat percaya diri Ryan melamar kerja di restoran SS kitchen, tetapi karena memang sedang tidak ada lowongan lelaki itu pun langsung di tolak."Mbak, tolong lah. Saya janji akan jadi karyawan yang rajin, teman saya juga kerja di sini," ucap Ryan."Maaf, Saya sudah katakan disini sedang tidak ada lowongan kerja, jika ada lowongan kerja pasti ada aku pengumuman di depan restoran," ucap Karyawan.Ryan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Sabrina, tetapi wanita itu sejak tadi tak terlihat membuat Ryan bingung apa jabatan mantan istrinya itu di restoran sebenarnya.Beberapa kali karyawan meminta Ryan untuk pergi karena takut menganggu pelanggan, akhirnya Ryan pun terpaksa pergi meski belum bisa melihat mantan istrinya lagi."Gak ada lowongan di restoran itu, sepertinya aku harus mencari pekerjaan di sekitar sini. Meski tidak satu tempat kerja, minimal dekat dan bisa bertemu setiap hari jadi bisa mendekati dia lagi," ucap Ryan.Lelaki itu tak kenal lelah, melakukan segala car
"Jadi menurutmu aku berubah?" tanya Athar."Iya, aku merasa kamu tidak seperti Athar yang dulu," ucap Sabrina.Athar menghala nafas dan menatap Sabrina dengan sendu, wanita itu belum juga menyadari jika Athar cemburu pada laki-laki yang mendekati Sabrina Karena rasa cintanya, tak ingin Sabrina dimiliki oleh lelaki lain, sehingga bola tangan ini menjadi lebih posesif."Aku akan memberitahu kamu apa alasanku berubah, tapi tidak sekarang!" ucap Athar."Kenapa tidak sekarang?" tanya Sabrina."Akan ada waktu yang tepat, tapi Aku ingin balik bertanya padamu. Apakah kamu merasa terganggu dengan perubahan sikapku ini? Jika kamu memang merasa terganggu maka aku akan menjauh dari kamu."Sabrina terdiam tidak tahu harus menjawab apa, ia hanya merasa aneh dengan perubahan sikap sahabatnya itu. Namun, ia tak ingin Athar menjauh darinya karena hanya dia satu-satunya sahabat yang Sabrina punya sejak dulu. Melihat Sabrina terdiam, hati Athar merasa goyah. Ia takut wanita itu terganggu dengan sikap p
"Syifa, aku ingin bicara denganmu lebih lama," ucap Ryan."Aku rasa sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi," ucap Sabrina seraya berusaha melepaskan tangan dari Ryan.Sabrina sampai merasa kesakitan karena Ryan menggenggam tangannya dengan kuat, ia jadi teringat kepada Athar kembali. Andai ada lelaki itu di sini pasti ia tidak akan membiarkan Ryan melakukan hal seperti ini kepada Sabrina."Ryan lepaskan, tanganku sakit!" ucap Sabrina.Ryan merasa kesal karena Sabrina terus berusaha lepas darinya, dulu Sabrina adalah wanita yang lemah lembut dan selalu tersenyum manis padanya sehingga membuat ia jatuh cinta. Namun, kini Sabrina terlihat berbeda seakan tak ingin dekat dengannya.Ryan mengira jika Sabrina berubah karena kini sudah tahu bahwa dia adalah anak orang kaya, padahal Sabrina seperti itu, tidak mau dekat dengan Ryan karena luka hati yang pernah Ryan buat belum sepenuhnya sembuh dan Sabrina tidak mau berususan dengan lelaki itu lagi."Aku tahu sekarang kamu anak orang kay
Sabrina mengusap pergelangan tangannya yang terasa sakit karena Ryan, pertemuannya dengan mantan suami membuat ia sangat kesal. Ia sudah berusaha menyembuhkan luka hati karena pengkhianatan Ryan dan hinaan dari Dina dulu, tetapi kini luka itu sedikit tersenggol karena ucapan Ryan tadi."Ya, dulu aku selalu dihina orang, dipandang sebelah mata, dianggap anak yang tak jelas asal-usulnya. Hanya Athar yang mau berteman baik denganku, tapi sekarang setelah tahu aku anak orang kaya semua orang mendekat. Bahkan dia-mantan suamiku yang tak tahu malu ingin kembali," ucap Sabrina.Janda cantik itu jadi teringat dengan Athar, telponnya belum diangkat dan pesannya belum di balas. Ia menghela nafas memandangi nomor lelaki tampan itu dan memikirkan pertanyaan yang ia ucapan kemarin."Apa pertanyaanku pada Athar salah?" gumam Sabrina.Sabrina mencoba menelpon Athar kembali, tetapi panggilan itu tetap tidak diangkat membuat janda cantik itu menghela nafas dan meletakkan ponselnya."Sudahlah, mungkin
"Athar Aku pikir kamu marah sama aku," ucap Sabrina seraya berjalan cepat kearah Athar.Lelaki tampan itu tersenyum lalu memberikan buket bunga mawar merah yang besar itu kepada Sabrina, dengan perasaan sangat senang Sabrina menerima buket bunga yang ternyata cukup berat dan agak sulit ia pegang."Kenapa kamu gak angkat telpon dan tidak membalas pesan dariku?" tanya Sabrina."Sengaja, Aku ingin ngeprank kamu setelah itu pulang memberikan kejutan untuk kamu," ucap Athar."Yah kamu sukses nge-prank aku dan terima kasih untuk kejutan ini, cuma kamu yang ingat ulang tahun aku hari ini bahkan aku sendiri pun hampir lupa," ucap Sabrina.Wanita itu tersenyum sangat manis, ia mencium bunga mawar yang diberikan oleh Athar. Merupakan rasa kesal karena Ryan dan Reyhan kemarin, sementara Athar terus memandangi Sabrina dalam-dalam.Satu hari berapa jauh dari wanita cantik itu membuat Athar merasa sangat rindu, ia juga resah saat mendapat laporan dari orang kepercayaannya jika Sabrina didatangi dua
"Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal
"Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta
"Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis
"Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo
"Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam
"Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d
Sabrina begitu terkejut saat masuk ke dalam ruangan Athar, lelaki itu sedang tidak memakai baju dan memeriksa bekas lukanya. Ia berjalan cepat dan duduk di samping Athar, meringis melihat bekas luka yang di tutup perban itu."Apa jahitannya bermasalah?" tanya Sabrina."Enggak, cuma sedikit gatal aja," ucap Athar seraya menarik kemeja berusaha untuk memakai nya kembali."Jangan bohong, sini aku lihat! Mungkin perbannya harus di ganti," ucap Sabrina."Memang iya, nanti setelah pulang kerja aku akan ke rumah sakit untuk ganti perban," ucap Athar."Kalau masih sakit harusnya gak masuk dulu, kamu bandel sih!" ucap Sabrina.Athar tersenyum mendengar ocehan wanita cantik tersebut, ia sama sekali tidak marah justru senang karena ocehan itu menandakan jika Sabrina mengkhawatirkan dirinya."Besok gak usah kerja dulu, aku akan bilang ke kak Satria," ucap Sabrina."Tapi banyak file penting yang harus aku bereskan, Syifa!" ucap Athar."Bisa di kerjakan di rumah kan! Nanti berkasnya juga bisa di ki
Sabrina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Lidya, sementara Lidya yang tidak tahu jika Sabrina sedang membicarakan diri sendiri masih merasa santai."Saya yah kalau belum punya suami, terus pak Athar melamar saya. Gak akan banyak pikir saya pasti terima," ucap Lidya."Alasannya?" tanya Sabrina."Kenapa tanya alasan lagi, bukannya udah jelas terlihat pak Athar itu udah perfect banget, dia itu lelaki idaman semua wanita. Ganteng, punya jabatan yang oke, gak genit sama perempuan, gak sombong, Soleh, kalau jadi suami pasti bisa bikin bahagia," ucap Lidya."Sesempurna itu Athar di mata kalian, dia itu manusia biasa yang punya kekurangan," ucap Sabrina."Ya semua manusia gak ada yang sempurna dan punya kekurangan juga kelebihan, tapi kekurangan pak Athar sedikit dan hampir tak terlihat, sementara kelebihannya banyak dan membuat para wanita dengan mudah terpesona padanya," ucap Lidya.Telinga Sabrina merasa panas saat Lidya terus memuji orang yang kini selalu ada dalam pikirannya, Sabrina
Keesokan harinya, Athar sudah diperbolehkan untuk pulang karena sebenarnya ia tidak terlalu luka terlalu parah, lelaki itu masih diberi kesempatan untuk istirahat oleh Satria. Namun, karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah akhirnya ia pun masuk kerja. "Kamu ini gimana sih, bukannya istirahat malah kerja. Apa kak Satria yang masak kamu buat kerja?!" tanya Sabrina.Wanita cantik itu langsung datang ke perusahaan saat tahu Athar bekerja, ia khawatir jika kondisi Athar masih lemah. Namun, dipaksa untuk bekerja oleh kakaknya. "Aku udah baik-baik aja, Syifa. Bukan Satria yang maksa, dia justru memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Akan tetapi, aku nggak betah di rumah nggak ngapa-ngapain jadi lebih baik kerja," ucap Athar."Tapi kan kamu habis dioperasi, Athar! Gimana nanti kalau sakit lagi," ucap Sabrina."Kan yang dioperasi cuma bagian perut yang ditusuk, yang lainnya nggak sakit. Lagi pula aku bawa obat dari dokter kok, jadi nggak usah khawatir ya, Sayang!" ucap Athar.Sabrin