Ryan pulang kembali ke kampung halaman, ia benar-benar menjual toko furniture dengan sisa-sisa barang yang ada di sana. Tanpa Ryan ketahui kabar itu terdengar oleh Sabrina dan Athar, sebab Sabrina masih berkomunikasi dengan orang yang mengelola rumah peninggalan orang tua angkatnya yang kini di kontrakan."Ryan benar-benar keterlaluan, dia menjual toko furniture itu," ucap Sabrina."Apa kau ingin mengambilnya kembali?" tanya Athar."Iya, tapi kalau bisa jangan sampai Ryan tahu aku yang membeli kembali toko itu," ucap Sabrina."Bisa di urus, tenang saja," ucap Athar.Athar dan Sabrina merasa tenang saat Ryan kembali ke kampung, mereka tidak tahu jika rencana Ryan pulang kampung, lalu menjual toko itu agar bisa kembali ke kota dan melanjutkan hidupnya di kota. Athar pun menghubungi seseorang yang sudah ia percaya untuk mengurus kepemilikan toko itu agar berpindah ke tangan Sabrina kembali.Ryan merasa sangat senang saat ada orang yang menawar toko furniture itu, tanpa pikir panjang Ia p
"Sialan rencanaku gagal untuk menitipkan bayi itu di rumah Ryan," ucap wanita yang sejak tadi memperhatikan apa yang warga lakukan.Wanita itu adalah Sherly, memang ia yang membuang bayi merah itu di depan rumah Ryan. Tadi malam ia melahirkan dengan bantuan dukun beranak yang ada di kampung sebelah, setelah melahirkan Ia pun meletakkan bayi itu didepan rumah Ryan. Ia tidak mau mengurus bayi itu karena memang sejak awal sudah memiliki rencana untuk meninggalkan darah dagingnya sendiri. Sherly pikir Ryan akan menerima dan merawat bayi itu, sebab lelaki tersebut sudah tahu jika dia tidak bisa memiliki anak lagi. Namun, dugaannya salah Ryan tidak mau mengadopsi bayi itu bahkan warga lain pun juga tidak mau hingga akhirnya bayi itu pun diberikan ke panti asuhan. Sherly memakai baju gamis yang besar juga kerudung, wajahnya pun ditutup oleh cadar sehingga tidak ada yang menyadari jika orang tersebut adalah Sherly. "Biarlah bayi itu hidup di panti asuhan atau di manapun, aku sudah tidak pe
Dengan sangat percaya diri Ryan melamar kerja di restoran SS kitchen, tetapi karena memang sedang tidak ada lowongan lelaki itu pun langsung di tolak."Mbak, tolong lah. Saya janji akan jadi karyawan yang rajin, teman saya juga kerja di sini," ucap Ryan."Maaf, Saya sudah katakan disini sedang tidak ada lowongan kerja, jika ada lowongan kerja pasti ada aku pengumuman di depan restoran," ucap Karyawan.Ryan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Sabrina, tetapi wanita itu sejak tadi tak terlihat membuat Ryan bingung apa jabatan mantan istrinya itu di restoran sebenarnya.Beberapa kali karyawan meminta Ryan untuk pergi karena takut menganggu pelanggan, akhirnya Ryan pun terpaksa pergi meski belum bisa melihat mantan istrinya lagi."Gak ada lowongan di restoran itu, sepertinya aku harus mencari pekerjaan di sekitar sini. Meski tidak satu tempat kerja, minimal dekat dan bisa bertemu setiap hari jadi bisa mendekati dia lagi," ucap Ryan.Lelaki itu tak kenal lelah, melakukan segala car
"Jadi menurutmu aku berubah?" tanya Athar."Iya, aku merasa kamu tidak seperti Athar yang dulu," ucap Sabrina.Athar menghala nafas dan menatap Sabrina dengan sendu, wanita itu belum juga menyadari jika Athar cemburu pada laki-laki yang mendekati Sabrina Karena rasa cintanya, tak ingin Sabrina dimiliki oleh lelaki lain, sehingga bola tangan ini menjadi lebih posesif."Aku akan memberitahu kamu apa alasanku berubah, tapi tidak sekarang!" ucap Athar."Kenapa tidak sekarang?" tanya Sabrina."Akan ada waktu yang tepat, tapi Aku ingin balik bertanya padamu. Apakah kamu merasa terganggu dengan perubahan sikapku ini? Jika kamu memang merasa terganggu maka aku akan menjauh dari kamu."Sabrina terdiam tidak tahu harus menjawab apa, ia hanya merasa aneh dengan perubahan sikap sahabatnya itu. Namun, ia tak ingin Athar menjauh darinya karena hanya dia satu-satunya sahabat yang Sabrina punya sejak dulu. Melihat Sabrina terdiam, hati Athar merasa goyah. Ia takut wanita itu terganggu dengan sikap p
"Syifa, aku ingin bicara denganmu lebih lama," ucap Ryan."Aku rasa sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi," ucap Sabrina seraya berusaha melepaskan tangan dari Ryan.Sabrina sampai merasa kesakitan karena Ryan menggenggam tangannya dengan kuat, ia jadi teringat kepada Athar kembali. Andai ada lelaki itu di sini pasti ia tidak akan membiarkan Ryan melakukan hal seperti ini kepada Sabrina."Ryan lepaskan, tanganku sakit!" ucap Sabrina.Ryan merasa kesal karena Sabrina terus berusaha lepas darinya, dulu Sabrina adalah wanita yang lemah lembut dan selalu tersenyum manis padanya sehingga membuat ia jatuh cinta. Namun, kini Sabrina terlihat berbeda seakan tak ingin dekat dengannya.Ryan mengira jika Sabrina berubah karena kini sudah tahu bahwa dia adalah anak orang kaya, padahal Sabrina seperti itu, tidak mau dekat dengan Ryan karena luka hati yang pernah Ryan buat belum sepenuhnya sembuh dan Sabrina tidak mau berususan dengan lelaki itu lagi."Aku tahu sekarang kamu anak orang kay
"Siapa perempuan ini, Mas?" tanya Syifa saat sang suami baru pulang kerja dan membawa wanita cantik ke rumah mereka."Kenalkan ini Sherly, istri baruku," jawab Ryan.Syifa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, dua tahun menikah dengan Ryan ia yakin jika suaminya itu setia dan tak pernah mendua. Ryan adalah suami yang baik dan selalu bersikap romantis padanya, tak pernah sekalipun Ryan membuat Syifa kecewa jadi wanita itu tak percaya jika wanita yang dibawa suaminya adalah istri baru suaminya."Jangan bercanda dong, Mas. Gak lucu bercanda seperti itu," ucap Syifa seraya menatap wanita cantik bernama Sherly dari atas sampai bawah."Aku tidak bercanda, Syifa. Dia istri baruku dan akan tinggal bersama kita di rumah ini mulai hari ini," ucap Ryan dengan nada serius.Syifa menegakkan punggungnya, ia kembali menatap Ryan dan Sherly bergantian. Wanita cantik yang dibawa suaminya itu terlihat jauh lebih muda darinya, pakaian yang dikenakan begitu seksi hingga membentuk lekuk tubuh. Jantung Sy
"Aku menikah dengan Sherly baru satu bulan. Aku tidak tahu berapa usia kandungannya karena Sherly baru memberitahu aku tentang kehamilannya Minggu lalu," ucap Ryan.Tubuh Syifa melemas seakan tak memiliki tulang mendengar pengakuan sang suami. Bagaimana bisa ia tak tahu suaminya memiliki wanita lain di belakangnya dan itu sudah berjalan selama satu bulan.Tidak ada tingkah dan gelagat aneh yang Ryan tunjukan selama satu bulan ini, dia tetap menjadi suami yang baik dan penuh perhatian, bahkan selalu tidur di rumah dan tidak pernah pulang larut malam. Hal itu membuat Syifa tidak pernah mencurigai sang suami dan begitu syok saat mendengar pengakuan suaminya tadi."Jadi sudah satu bulan kamu membagi cintamu, sudah satu bulan kamu duakan aku, dan sudah satu bulan kamu membohongi aku, Mas?" tanya Syifa.Air mata wanita cantik itu masih mengalir di pipi putih yang kini mulai memerah, Ryan berusaha menggenggam tangan Syifa. Namun, Syifa menarik tangannya tak terima di sentuh oleh sang suami.
"Apa syaratnya, Syifa?" tanya Ryan.Syifa menghela nafas panjang lalu menatap Sherly dan Ryan bergantian, sejujurnya ia belum bisa menerima kehadiran wanita yang tengah hamil muda tersebut. Namun, ia belajar untuk ikhlas menerima takdirnya jika memang harus merasakan poligami dalam berumah tangga. "Pertama kamu harus bisa adil dalam memperlakukan aku dan Sherly. Kedua, harus semakin meningkatkan ketakwaanmu kepada Allah. Ketiga, harus dapat menjaga aku dan Sherly, baik menjaga agama maupun kehormatan kami," ucap Syifa.Syifa mengatakan hal itu setelah ia membaca tentang syarat-syarat poligami, ia berharap sang suami bisa melakukan ketiga hal tersebut agar rumah tangga mereka bisa akur dan damai."Aku akan berusaha melakukan hal yang tadi kamu sebutkan, Syifa. Terima kasih mau menerima Sherly dan calon anaknya dalam rumah tangga kita," ucap Ryan.Syifa menganggukkan kepalanya lalu kembali meneguk segelas air putih yang ada di hadapannya, sejujurnya di sudut hati yang lain menolak keha