21++Setelah rapat selesai. Gio kembali ke ruangannya. Dadanya terasa nyeri. Ia menghela nafas pelan-pelan dan memilih untuk menyandarkan dirinya di kursi. Ia memejamkan mata.. Setelah nyeri itu perlahan mereda, ia membuka mata kembali. Sekarang hampir menunjukkan pukul 8 malam. Gio menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi. Kembali larut dengan pekerjaannya. Tentang hari ini, ada satu proyek yang diserahkan kepadanya. Ia tidak ingin lagi mengecewakan orang-orang. Apalagi orang tuanya. Untuk itu ia bekerja keras untuk membuat proyek ini berhasil apapun yang terjadi. Beberapa jam terlewati… Akhirnya Gio selesai… Ia berjalan keluar dari kantor yang sudah sepi. Bahkan lampu-lampu sudah padam. Gio berjalan sampai di depan kantor… Sampai pandangannya terhenti pada seorang perempuan yang tengah melambaikan tangannya. Bibir Gio tidak bisa menahan senyuman. Ia berjalan mendekat—begitupun dengan Agatha. Kedua tangannya terbuka… Agatha memeluk Gio dengan ceria.
“Aku tidak mau pergi…” lirih Gio sembari memeluk Agatha dari belakang. Agatha mengambil pakaian keperluan Gio ke sana ke mari namun Gio tidak melepaskan Agatha sedikitpun. .Biar saja pria itu memeluk Agatha yang ke sana ke mari “Hanya sebentar kan?” tanya Agatha. “Dua hari palingan.” “Siapa yang bilang?” Gio menarik tubuh Agatha agar menghadapnya. “Aku pergi selama seminggu.” Agatha mengernyit. “Lalu kenapa tidak membawa banyak baju?” tanyanya. Melihat koper Gio yang hanya satu. “Aku biasa membeli saat di sana.” Gio mengedikkan bahu. “Seminggu itu lama..” mengeluh. “Tidak masalah..” ucap Agatha. “Nanti selesai bekerja langsung tidur. Supaya tidak terlalu lelah.” Bukan itu masalahnya. Agatha sungguh tidak mengerti yang dikeluhkan oleh Gio. Pria itu merindukan dirinya. Bagaimana bisa tidur sendirian jika setiap hari sudah terbiasa ada yang menemaninya. Agatha terkesiap saat Gio menariknya lagi. “Senang sekali ya membuat orang kaget?” tanyanya. Agatha menghela nafas. “Semin
Baru saja mengantar Gio. Agatha juga merasa hampa. Bagaimana jadinya seminggu yang akan datang tanpa adanya Gio. Agatha melangkah ke dalam.. Ia berhenti sejenak melihat satu orang wanita yang duduk dengan santai di sofa ruang tamu. Kaki Agatha terasa begitu kaku. “Sudah puas berlagak nyonya di sini?” tanya wanita itu. Margaret berdiri. ia mendekati Agatha yang tengah berdiri. “Aku sudah menyuruhmu menjauhi cucuku. Tapi kau tidak menurutinya…” “Kau bilang kau tidak menyukai cucuku.” Margaret menatap Agatha. Agatha menghela nafas. “Maaf sebelumnya. Tapi tuan Gio yang membawa saya ke sini untuk bekerja. saya tidak punya pilihan lain selain menerima. Keadaan saya benar-benar mendesak.” “Pada akhirnya saya bekerja di sini. namun hubunganku dan tuan Gio berkembang leibh dalam. Dan kita memiliki perasaan yang sama,” jelas Agatha. Margaret berdecih kesal. “Aku sudah memberitahumu. Kalau kau ingin bersama cucuku. Setarakan dirimu dengan cucuku.” “Berlaku untuk sekar
Agatha hanya membawa beberapa baju yang berada di dalam satu tas. Ia berjalan di sepanjang trotoar. Mematikan ponselnya. Karena pasti, Gio akan meneleponnya. Agatha mengusap air matanya yang mengucur dengan deras. Tidak tahu ke mana ia akan pergi. Tidak tahu ke mana langkahnya. Agatha hanya berjalan tidak pasti. Sampai ia duduk di sebuah halte bus. Sendirian. Agatha dengan pikirannya yang kosong hanya menatap lurus. Beberapa waktu kemudian… Sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di hadapannya. Agatha menatap mobil itu sampai pemiliknya keluar. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya. Jordy menatap Agatha—mengamati penampilan Agatha yang lebih mirip seorang pengemis. “Bukan urusanmu.” Agatha memincingkan matanya. sungguh terganggu dengan kehadiran pria itu di hadapannya. Bukannya pergi setelah diusir. Jordi justru mengambil duduk di samping Agatha. Pria itu menggunakan setelan jas yang lengkap. Sepatu yang begitu mengkilap. Belum lagi rambut yang benar-benar rapi
Sebuah rumah besar berwarna putih. 8 tahun yang lalu. Agatha meninggalkan rumah ini dengan tangan kosong. Tidak ada satupun orang yang mencegahnya pergi. Dengan kesalahan yang sama sekali tidak pernah ia perbuat. Dituduh penjahat dan diusir begitu saja. Lantas kenapa ia masih saja menginjakkan kakinya di sini. Agatha menoleh ke samping. menahan agar air matanya tidak jatuh. Jordy menoleh ke samping sebentar. “Kita tidak akan membuatmu menderita lagi..” “Siapa yang tahu.” Agatha mengedikkan bahu. “Tidak ada yang tahu jika diam-diam kalian berencana membunuhku.” Jordy tertawa. “Tidak ada untungnya.” Agatha menyipitkan mata. “Untuk apa kau membawaku ke sini?” “Sudah aku bilang, kakek ingin bertemu denganmu. Bertemulah dengannya dulu.” Agatha yang kini tertawa. “Bukankah dia yang paling menentang kehadiranku?” tanyanya pada Jordy. “Bahkan aku mendengar dia adalah orang yang menyuruh ibuku untuk menggugurkanku yang masih berada di dalam kandungan. Dia juga tidak pernah mengang
Entah keptusan yang benar atau salah. Agatha mengiyakan permintaan kakeknya untuk tinggal di sini. Ia kembali ke kamar ini. kamar yang ia tempati sampai belasan tahun. Untungnya mereka masih memberikan kamar yang layak untuk Agatha. Kamar ini dulu tidak sebagus ini. Entah kapan mereka merubahnya. Agatha merogoh ponselnya. akhirnya menghidupkan ponselnya—menerima banyak sekali pesan dari Gio. Pria itu berkali-kali mencoba menghubunginya. Sampai akhirnya pria itu kembali menghubunginya. “Halo,” ucap Agatha. “Ke mana saja? kenapa tidak mengangkat panggilanku?” tanya Gio. “Aku begitu kawatir. Orang-orang yang ada di rumah tidak mengatakan apa-apa tentangmu.” Agatha terdiam. tidak mungkin juga menyembunyikan hal ini pada Gio. “Aku pergi,” ucap Agatha. “Apa?” tanya Gio. “Pergi ke mana?” tanya Gio. “Pergi malam-malam.. di sana pasti malam kan? Pergi ke mana? ke minimarket? Kau sudah beli es krim banyak. Jangan pergi malam-malam. aku akan menyuruh orangku menjemput
“Boleh..” Calista tersenyum. “Duduklah di samping kakakmu.” Agatha ingin mengumpat saja. Sejak kapan dia dianggap sebagai adik Jordy. Agatha menghela nafas sebelum mengambil duduk berjauhan dengan Jordy. Sengaja. Memang sengaja menjauhi. Biar mereka tahu kalau Agatha masih membenci mereka. “Agatha kamu dulu suka melukis. Mau belajar lagi gak?” tanya kakek. Agatha menoleh. “Aku sudah tidak pernah melukis semenjak semua lukisanku di buang.”Agatha melirik Calista singkat. “Aku tidak memiliki hal yang aku suka. Tidak usah repot-repot mengurusiku.” Agatha masih makan dengan nyaman. Tidak terganggu dengan ucapan kakeknya. Tidak terganggu juga dengan tatapan Calista yang seakan menghunusnya. “Lalu apa yang kamu sukai?” tanya Kakek. “Kakek akan berusaha untuk membantu kamu.” “Tidak usah..” Agatha menoleh. “Tidak usah kakek..” “Kakek menawarkan hal baik untuk kamu.” Calista memandang Agatha. “Kakek hanya ingi kamu bisa berkemban dan melakukan banyak hal baik. apa susahnya
Agatha mengambil tasnya. Ia menghela nafas berkali-kali untuk menenangkan dirinya sendiri. Agatha segera menghapus air matanya yang berjatuhan. Ia tidak akan kembali ke rumah ini ia berjanji tidak akan membiarkan orang lain menginjak-injak dirinya sendiri. Agatha berjalan keluar. Namun ia terdiam ketika mendengar percakapan mereka. “Jangan biarkan Agatha pergi,” ucap kakek. “Bagaimanapun dia memegang saham perusahaan,” ucap Calista. “Dia bisa pergi jika menyerahkan sahamnya.” Jordy berdiri memandang mereka berdua. “Apakah itu penting sekarang? Agatha sudah mau pulang itu adalah hal yang baik.” “Kata kakek ingin menebus semua kesalahan di masa lalu. untuk saat ini memikirkan saham bukanlah hal yang penting.” “Agatha adalah bagian dari keluarga ini. Dia tidak bisa diperlakukan semene-mena terus oleh kalian.” “Kalian?” tanya Calista. “Bukankah kamu dulu juga membencinya? Kenapa sekarang malah mendukungnya?” tanya Calista. “Jangan sampai kamu menyukai adik tiri kam
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk