Agatha terbangun. Ia terdiam sebentar mengamati langit-langit kamar. Apa yang terjadi semalamâĶ. Tubuhnya..Agatha menyingkirkan pelan-pelan tangan Gio dari pinggangnya. Setelah itu memungut pakaiannya yang berada di bawah. Segera memakainya. Agatha diam-diam pergi ke kamarnya sendiri. Setelah membersihkan diriâAgatha berjalan ke arah lemari.Alangkah terkejutnya saat tiba-tiba pinggangnya sudah direngkuh dari belakang. âAkhâĶâ Gio segera membungkam bibir Agatha agar tidak berteriak. âSiapa yang menyuruhmu meninggalkanku?â tanya Gio berbisik tepat di telinga kanan Agatha. Diakhiri dengan kecupan gemas di leher wanita itu. Agatha berbalik. âKenapa kamuâĶâ menatap Gio. Pria itu masih dengan tampilan tadi malam. âKenapa kamu masih seperti ini?â tanya Agatha. âKamu bisa terlambat ke kantor.â Agatha mendorong tubuh Gio namun sayangnya tidak bergerak sama sekali. Gio malah menarik pinggang Agatha dan memeluk tubuh Agatha kembali. âAku malas ke kantor,â ucap Gio. âJangan malas.
21++Setelah rapat selesai. Gio kembali ke ruangannya. Dadanya terasa nyeri. Ia menghela nafas pelan-pelan dan memilih untuk menyandarkan dirinya di kursi. Ia memejamkan mata.. Setelah nyeri itu perlahan mereda, ia membuka mata kembali. Sekarang hampir menunjukkan pukul 8 malam. Gio menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi. Kembali larut dengan pekerjaannya. Tentang hari ini, ada satu proyek yang diserahkan kepadanya. Ia tidak ingin lagi mengecewakan orang-orang. Apalagi orang tuanya. Untuk itu ia bekerja keras untuk membuat proyek ini berhasil apapun yang terjadi. Beberapa jam terlewatiâĶ Akhirnya Gio selesaiâĶ Ia berjalan keluar dari kantor yang sudah sepi. Bahkan lampu-lampu sudah padam. Gio berjalan sampai di depan kantorâĶ Sampai pandangannya terhenti pada seorang perempuan yang tengah melambaikan tangannya. Bibir Gio tidak bisa menahan senyuman. Ia berjalan mendekatâbegitupun dengan Agatha. Kedua tangannya terbukaâĶ Agatha memeluk Gio dengan ceria.
âAku tidak mau pergiâĶâ lirih Gio sembari memeluk Agatha dari belakang. Agatha mengambil pakaian keperluan Gio ke sana ke mari namun Gio tidak melepaskan Agatha sedikitpun. .Biar saja pria itu memeluk Agatha yang ke sana ke mari âHanya sebentar kan?â tanya Agatha. âDua hari palingan.â âSiapa yang bilang?â Gio menarik tubuh Agatha agar menghadapnya. âAku pergi selama seminggu.â Agatha mengernyit. âLalu kenapa tidak membawa banyak baju?â tanyanya. Melihat koper Gio yang hanya satu. âAku biasa membeli saat di sana.â Gio mengedikkan bahu. âSeminggu itu lama..â mengeluh. âTidak masalah..â ucap Agatha. âNanti selesai bekerja langsung tidur. Supaya tidak terlalu lelah.â Bukan itu masalahnya. Agatha sungguh tidak mengerti yang dikeluhkan oleh Gio. Pria itu merindukan dirinya. Bagaimana bisa tidur sendirian jika setiap hari sudah terbiasa ada yang menemaninya. Agatha terkesiap saat Gio menariknya lagi. âSenang sekali ya membuat orang kaget?â tanyanya. Agatha menghela nafas. âSemin
Baru saja mengantar Gio. Agatha juga merasa hampa. Bagaimana jadinya seminggu yang akan datang tanpa adanya Gio. Agatha melangkah ke dalam.. Ia berhenti sejenak melihat satu orang wanita yang duduk dengan santai di sofa ruang tamu. Kaki Agatha terasa begitu kaku. âSudah puas berlagak nyonya di sini?â tanya wanita itu. Margaret berdiri. ia mendekati Agatha yang tengah berdiri. âAku sudah menyuruhmu menjauhi cucuku. Tapi kau tidak menurutinyaâĶâ âKau bilang kau tidak menyukai cucuku.â Margaret menatap Agatha. Agatha menghela nafas. âMaaf sebelumnya. Tapi tuan Gio yang membawa saya ke sini untuk bekerja. saya tidak punya pilihan lain selain menerima. Keadaan saya benar-benar mendesak.â âPada akhirnya saya bekerja di sini. namun hubunganku dan tuan Gio berkembang leibh dalam. Dan kita memiliki perasaan yang sama,â jelas Agatha. Margaret berdecih kesal. âAku sudah memberitahumu. Kalau kau ingin bersama cucuku. Setarakan dirimu dengan cucuku.â âBerlaku untuk sekar
Agatha hanya membawa beberapa baju yang berada di dalam satu tas. Ia berjalan di sepanjang trotoar. Mematikan ponselnya. Karena pasti, Gio akan meneleponnya. Agatha mengusap air matanya yang mengucur dengan deras. Tidak tahu ke mana ia akan pergi. Tidak tahu ke mana langkahnya. Agatha hanya berjalan tidak pasti. Sampai ia duduk di sebuah halte bus. Sendirian. Agatha dengan pikirannya yang kosong hanya menatap lurus. Beberapa waktu kemudianâĶ Sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di hadapannya. Agatha menatap mobil itu sampai pemiliknya keluar. âApa yang kau lakukan di sini?â tanyanya. Jordy menatap Agathaâmengamati penampilan Agatha yang lebih mirip seorang pengemis. âBukan urusanmu.â Agatha memincingkan matanya. sungguh terganggu dengan kehadiran pria itu di hadapannya. Bukannya pergi setelah diusir. Jordi justru mengambil duduk di samping Agatha. Pria itu menggunakan setelan jas yang lengkap. Sepatu yang begitu mengkilap. Belum lagi rambut yang benar-benar rapi
Sebuah rumah besar berwarna putih. 8 tahun yang lalu. Agatha meninggalkan rumah ini dengan tangan kosong. Tidak ada satupun orang yang mencegahnya pergi. Dengan kesalahan yang sama sekali tidak pernah ia perbuat. Dituduh penjahat dan diusir begitu saja. Lantas kenapa ia masih saja menginjakkan kakinya di sini. Agatha menoleh ke samping. menahan agar air matanya tidak jatuh. Jordy menoleh ke samping sebentar. âKita tidak akan membuatmu menderita lagi..â âSiapa yang tahu.â Agatha mengedikkan bahu. âTidak ada yang tahu jika diam-diam kalian berencana membunuhku.â Jordy tertawa. âTidak ada untungnya.â Agatha menyipitkan mata. âUntuk apa kau membawaku ke sini?â âSudah aku bilang, kakek ingin bertemu denganmu. Bertemulah dengannya dulu.â Agatha yang kini tertawa. âBukankah dia yang paling menentang kehadiranku?â tanyanya pada Jordy. âBahkan aku mendengar dia adalah orang yang menyuruh ibuku untuk menggugurkanku yang masih berada di dalam kandungan. Dia juga tidak pernah mengang
Entah keptusan yang benar atau salah. Agatha mengiyakan permintaan kakeknya untuk tinggal di sini. Ia kembali ke kamar ini. kamar yang ia tempati sampai belasan tahun. Untungnya mereka masih memberikan kamar yang layak untuk Agatha. Kamar ini dulu tidak sebagus ini. Entah kapan mereka merubahnya. Agatha merogoh ponselnya. akhirnya menghidupkan ponselnyaâmenerima banyak sekali pesan dari Gio. Pria itu berkali-kali mencoba menghubunginya. Sampai akhirnya pria itu kembali menghubunginya. âHalo,â ucap Agatha. âKe mana saja? kenapa tidak mengangkat panggilanku?â tanya Gio. âAku begitu kawatir. Orang-orang yang ada di rumah tidak mengatakan apa-apa tentangmu.â Agatha terdiam. tidak mungkin juga menyembunyikan hal ini pada Gio. âAku pergi,â ucap Agatha. âApa?â tanya Gio. âPergi ke mana?â tanya Gio. âPergi malam-malam.. di sana pasti malam kan? Pergi ke mana? ke minimarket? Kau sudah beli es krim banyak. Jangan pergi malam-malam. aku akan menyuruh orangku menjemput
âBoleh..â Calista tersenyum. âDuduklah di samping kakakmu.â Agatha ingin mengumpat saja. Sejak kapan dia dianggap sebagai adik Jordy. Agatha menghela nafas sebelum mengambil duduk berjauhan dengan Jordy. Sengaja. Memang sengaja menjauhi. Biar mereka tahu kalau Agatha masih membenci mereka. âAgatha kamu dulu suka melukis. Mau belajar lagi gak?â tanya kakek. Agatha menoleh. âAku sudah tidak pernah melukis semenjak semua lukisanku di buang.âAgatha melirik Calista singkat. âAku tidak memiliki hal yang aku suka. Tidak usah repot-repot mengurusiku.â Agatha masih makan dengan nyaman. Tidak terganggu dengan ucapan kakeknya. Tidak terganggu juga dengan tatapan Calista yang seakan menghunusnya. âLalu apa yang kamu sukai?â tanya Kakek. âKakek akan berusaha untuk membantu kamu.â âTidak usah..â Agatha menoleh. âTidak usah kakek..â âKakek menawarkan hal baik untuk kamu.â Calista memandang Agatha. âKakek hanya ingi kamu bisa berkemban dan melakukan banyak hal baik. apa susahnya
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpanâĶ Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. âKenapa dad di sana?â tanya Aiden mengernyit. âDad ingin membuang motorku?â tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. âWarnanya bagusâĶ helmnya juga cocok.â Gio tersenyum. âKamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?â kemudian mengangguk. âMotornya bagus.â Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. âApa yang terjadi dengan Dad?â Gio mengusap pelan bahu anaknya. âDad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamuâĶâ âDad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahanâĶâ Gio tersenyum. âDad seharusnya memuji kamu daripada
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpanâĶ Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. âKenapa dad di sana?â tanya Aiden mengernyit. âDad ingin membuang motorku?â tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. âWarnanya bagusâĶ helmnya juga cocok.â Gio tersenyum. âKamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?â kemudian mengangguk. âMotornya bagus.â Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. âApa yang terjadi dengan Dad?â Gio mengusap pelan bahu anaknya. âDad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamuâĶâ âDad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahanâĶâ Gio tersenyum. âDad seharusnya memuji kamu daripada
GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpanâĶ Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. âKenapa dad di sana?â tanya Aiden mengernyit. âDad ingin membuang motorku?â tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. âWarnanya bagusâĶ helmnya juga cocok.â Gio tersenyum. âKamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?â kemudian mengangguk. âMotornya bagus.â Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. âApa yang terjadi dengan Dad?â Gio mengusap pelan bahu anaknya. âDad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamuâĶâ âDad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahanâĶâ Gio tersenyum. âDad seharusnya memuji kamu daripada
âPuas membuat kawatir orang tua? Puas bermain-main dengan acara penting?â tanya Gio pada Aiden. Aiden berhenti. pada langkah yang ketiga di tangga. Laki-laki itu berhenti dan menghadap ayahnya. âBagaimana rasanya?â tanya Aiden sembari tersenyum. âKalian tidak pernah datang ke acara pentingku. Jadi aku ingin melakukannya jugaâĶâ âBagaimana rasanya?â tanyanya. âAiden!â Gio memijit keningnya yang terasa pusing. âKami melakukannya karena ada alasannya.â âAku juga punya alasan untuk tidak datang ke acara itu.â Aiden memutar tubuhnya. berjalanâsampai Gio memanggilnya lagi. âAcara balapan yang kamu maksud?â tanyanya. âBalapan tidak jelas seperti itu? jika ingin balapan di sirkuit bukan di jalan raya. Kamu membahayakan orang lain. kamu juga membahayakan diri kamu sendiri.â âAiden kamu jangan melakukan hal seperti ini lagi ya..â Agatha menatap putranya. âMom dan Dad tidak akan melakukan hal seperti dulu lagi.â âKalau kamu mau balapan, kamu bisa mengajak kamu ke sir
Di sinilahâĶ Raini pergi ke atap gedung. Sendirian di tengah gelap yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang bersinar dengan terang. Raini membiarkan rambutnya tertiup angin ke sana ke mari. Kedua tangannya bersandar pada dinding pembatas. Tempatnya memang di sini. Jelas dirinya dan Aiden sangat berbeda. Aiden memang lebih cocok dengan perempuan bernama Talia itu. Tadi, Raini melihat mereka dari kejauhan. Talia pasti dari keluarga yang memiliki perusahaan besar juga. Mereka memang cocok. LantasâĶ Kenapa hatinya sedikit tidak rela ya? Apa mungkin ia tidak rela jika Aiden bersama perempuan lain? Tidak! Sampai kapanpun Raini tidak boleh mendambakan apa yang tidak boleh didambakan. Tempatnya di siniâĶ Menyingkir lalu tidak terlihat oleh siapapun. âJadi seperti ini ya pemandangan kota dari atas gedung tinggi..â Raini tersenyum pelan. âMaklum orang kampungâĶâ Raini menggeleng pelan. âTernyata sangat bagus. pantas saja banyak orang kampung yang berbondong-b
Seorang pemuda dengan setelan kemeja dan jas rapi baru saja turun dari mobil. Langkahnya mantapâkemudian disusul oleh perempuan yang berada di belakangnya. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna putih. Nampak sangat cantik dengan rambut panjang yang digeraiâĶ Aiden menyodorkan lengannya. Raini tersenyum manis dan menggandeng tangan Aiden. Tahukah permintaan Aiden? Ya, membawa Raini untuk pergi ke pesta bersamanya. Lantas, Raini harus menuruti permintaan lelaki itu jika ingin lelaki itu hadir di pesta. Raini tidak pernah berhadapan dengan orang segila Aiden. Tapi mari imbangi kegilaan Raini. Bersikap seperti apa kemuan Aiden saja. Raini berjalan dengan hati-hati. di luar ternyata banyak sekali kamera wartawan yang menyorot dirinya. Pasti mereka akan membuat berita dan bertanya-tanya tentang identitasnya. Raini bersumpahâĶ Pasti setelah ini, kehidupan sekolahnya kian rumit. Pasti akan muncul rumor aneh tentan dirinya dan Aiden. Aiden dan Raini b
âDia di mana?â Agatha berkacak pinggang sembari mondar-mandir. Ia sudah berdandan rapi namun Aiden malah belum pulangâĶ Gio menggenggam tangan Agatha. âKali ini aku tidak bisa mentolerir perbuatannya..â âTunggu sebentar. dia pasti pulang.â Agatha mengeluarkan ponselnya.. Melakukan panggilan berkali-kali namun satupun tidak dijawab. âAyo kita berangkat..â nampak wajah Gio begitu dingin. Hanya berjalan beberapa langkah saja.. âBagaimana kalau kita menunggu sedikit lebih lama..â Agatha mendongak. âAku yakin dia akan segera pulang.â Gio menatap jam tangannya. âKalaupun pulang dia butuh berganti pakaian segala macam. Kita tidak ada waktu sayang.â Agatha akhirnya mengangguk. menyetujui untuk berangkat. Akhirnya dengan berat hati Agatha dan Gio berangkat tanpa anak mereka. Entah, Gio tidak mau tahu keberadaan anaknya. Di sisi lain, Raini yang melihat mereka merasa ini tidak benar. Ia harus mencari Aiden dan membuat laki-laki itu datang ke pesta ulang tahun Winston.
Raini menjadi semakin panik ketika tubuh mereka terasa benar-benar menempel. âCepat ambil,â lirih Raini. Aiden tersenyum. menunduk dan mendekatkan bibirnya pada telinga kanan perempuan itu. âCepat ambil, aku tidak akan melihatmu,â ucap Raini. âLantas kenapa wajahmu memerah seperti itu?â Raini mengerjap karena kesal akhirnya ia berbalikânamun kakinya tidak bisa berpijak dengan benar alhasilâĶ Braak! Raini memejamkan mataâbersiap menerima kerasnya lantai. Tapi yang ia dapatkan adalah pelukan dari tangan seseorang. Raini membuka mataâwajah Aiden yang sudah begitu dekat di hadapannya. KenapaâĶ Jantungnya berdetak sangat cepat. Juga, suhu tubuhnya yang tiba-tiba memanas sampai membuat pipinya begitu panas seperti terbakar. Raini baru menyadari jika Aiden masih bertelanjang dadaâĶ âBu-bu buahnya jatuh!â Raini melepaskan diri dari Aiden. Buru-buru mengambil buah itu dengan cepat. âAku tidak makan buah yang sudah jatuh.â Aiden mengamati Raini yang begitu gugup memungut
âApa aunty tahu kau menggunakan motor ke sekolah?â tanya Raini yang baru memarkirkan sepeda listriknya di halaman mansion. Aiden melepas helmnya. Pertama kalinya ia membawa motornya ke rumah. âBelum.â Aiden menggeleng. âSekarang akan tahu.â Raini mendekati Aiden. âBukankah bahaya?â tanyanya. âKau belum memiliki sim juga.â âBukan urusanmu.â Aiden menyipitkan mata. Aiden pergi begitu saja ke dalam mansion. Meninggalkan Raini yang ngomel-ngomel. Aiden pergi ke dalam rumah. disambut oleh ibunya yang selalu berada di rumah menunggunya pulang. âKamu sudah pulang..â Agatha mendekat. âDi luar itu motor kamu?â tanya Agatha. Aiden mengangguk. Agatha berhenti sejenak. âMom marah?â tanya Aiden. Agahta menggeleng. âItu hobi baru kamu kan?â Agatha mengusap pelan bahu Aiden. âAsalkan kamu menaikinya dengan hati-hati, jangan sampai terluka. Mom tidak masalah.â âMom dulu juga bisa tahu naik motor. Tapi sekarang lupa caranya..â Agatha terkekeh pelan. âMom bisa?â Agatha men