Kembali ke rutinitas awal. Agatha yang menyiapkan segala keperluan Gio sebelum berangkat ke kantor. Tapi kali ini.. Kegitan mereka lebih romantis. Seperti saati ini. Gio menunduk—menatap Agatha yang sibuk memasngkan dasinya. Ia tersenyum melihat wajah Agatha yang begitu serius. “Jangan tertawa.” Agatha mendongak sebentar. “Nanti kalau kurang sempurna aku disuruh mengulang..” Gio menunduk lagi—kali ini mensejajarkan tubuhnya dengan Agatha. Cup!Mengambi kecupan di bibir Agatha dengan cepat. “Tidak usah menggangguku!” Agatha memundurkan kepalanya. Gio tertawa pelan. tangannya malah menarik pinggang Agatha. “Dress yang kau gunakan cantik,” ucapnya. Agatha mendongak. “Bilang saja kalau aku cantik. kenapa kau begitu gengsi?” tanyanya sembari tertawa pelan. “Kau berani sekali sekarang..” “Memang.” Agatha tersenyum. jemarinya dengan berani mengusap bahu Gio. Agatha berani karena ia nyaman bersama Gio. Agatha juga tidak canggung lagi. Pembicaraan mereka yang terakhir kali me
Agatha selesai melakukan pekerjaannya karena Gio sudah berangkat. Ia duduk di taman. Ada beberapa maid yang sibuk melakukan pekerjaan. Ia hanya menatap mereka. Tidak boleh membantu juga. Mereka bisa dimarahi Gio jika Agatha membantu. Perkataan Gio masih terngiang-ngiang di kepalanya. Melamun entah beberapa lama sampai akhirnya ponselnya berbunyi. Agatha mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut. “Mina.” “Agatha..” panggil Mina. “Ya?” tanya Agatha. “Kenapa kau tiba-tiba meneleponku?” “Aku ingin memberitahumu sesuatu hal yang begitu besar.” “Apa?” tanya Agatha sembari mengernyit. “Riska dikeluarkan. Dia terkena kasus buli. Dia juga melakukan kekerasan pada adiknya sendiri. Dia sekarang ditahan di kantor polisi,” jelas Mina. Terdengar jika wanita itu menggebu-gebu. “Aku sangat senang. Dia dikeluarkan langsung, ternyata bukan hanya Riska saja. tapi semua maid yang terlibat dengannya di keluarkan. Sekarang tinggal beberapa maid yang baik tersisa di sini.” Agatha
Siang hari. Ternyata cuaca memang tidak begitu bagus. Agatha menaiki taksi untuk pergi ke kantor Gio. Ia harus berlari masuk ke dalam karena tidak punya panyung. Meskipun sudah berusaha tidak kehujanan, tetap saja tubuh Agatha basah. ia masuk ke dalam ruangan Gio dengan membawa bekal. “Sudah minum obat?” tanya Agatha melihat Gio yang begitu sibuk. “Belum,” balas singkat Gio. Gio menyingkirkan kacamata yang bertengger di hidung mancung. Kemudian berdiri dan mendekati Agatha. Agatha berjongkok menyusun bekal yang sudah di bawanya ke atas meja. “Tubuhmu.. kau kehujanan?” tanya Gio. Agatha mengangguk. “Sedikit.” Agatha melihat celana jeansnya yang sedikit basah. Juga kaos crop yang digunakannya juga sedikit basah. “Kaosmu..” Gio menghela nafas melihat kaos putih yang digunakan Agatha basah. Bahkan garis pakaian dalam Agatha tercetak dengan jelas. Gio menahan kekesalannya. Bagaimana jika ada yang melihat? Pria mana yang melihat Agatha seperti ini. Membayan
Tok tok! Agatha segera turun dari pangkuan Gio. Gio berdecak sebal sebelum mempersilahkan sekretarisnya masuk. Gio berdiri dan melihat dokumen yang dibawa oleh sekretarisnya. Agatha duduk dengan canggung. ia merapikan rambutnya. Jangan lupa—bibirnya juga. Bagaimana kalau lipstiknya belepotan dari akibat perbuatan mereka. “Sir..” Panggil Agatha setelah sekretaris itu pergi. “Aku mau pergi,” ucap Agatha. “Pergi sekarang?” tanya Gio. Gio berjalan mendekat sembari melihat jam tangannya. “Tunggu sampai waktu istirahat selesai.” “Berapa menit lagi?” tanya Agatha. Gio mengernyit. “Kau ingin segera pergi ya?” “Bukan itu sih..” Agatha mendongak. “Nanti aku ingin pergi bermain dengan temanku. aku janji aku akan pulang sebelum kamu sampai rumah.” “Pergi dengan siapa?” tanya Gio. “Dengan temanku. namanya Mina, dia bekerja di mansion nenek kamu. Aku dan dia sudah lama tidak bertemu. Jadi… aku ingin bertemu dengannya nanti.” Jelas Agatha tidak ada yang ditutupi. Ia mela
Agatha pergi ke mall di mana ia dan Mina akan bertemu. “Agatha!” panggil Mina.Mina berlari dan langsung memeluk Agatha. “Bagaimana kabarmu?” tanya Mina. Ia mengguncang pelan bahu Agatha. “Tubuhmu semakin berisi. Apa kau bahagia/” tanyanya. Agatha tersenyum. “Mungkin.” “Sungguh…” Mina menatap tubuh Agatha lagi dari atas hingga bawah. “Tubuhmu tidak sekurus dulu. Beberapa bulan yang lalu, pertama kali kau datang ke mansion. Tubuhnya kurus, lalu semakin kurus.” “Tapi sekarang..” Mina tersenyum. “Tubuhmu berisi. Kau semakin cantik juga.”Agatha tertawa.”Terima kasih ya…” “Ayo..” Mina menarik lengan Agatha dengan senang. “Aku ingin menata rambutku.” “Ayo.” Agatha mengangguk. “Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa kau senang? Mereka memperlakukanmu dengan baik?” tanya Mina beruntun. “Baik. lingkungannya juga baik. teman-temanku di sana juga sangat baik. Majikanku juga tidak pelit. Gajiku juga lumayan..” “Heei…” Mina menyenggol lengan Agatha gemas. “Pasti gajimu lebih banyak. Ayo tra
“Ada apa dengan kartu ini?” tanya Agatha bingung. “Ini kartu..” Agatha bingung sendiri menjelaskannya. “Ini kartu kredit biasa.” “Bukan.” Mina menggeleng. “Ini adalah kartu kredit unlimited Agatha.. tidak bisa dimiliki sembarangan orang.” Mina menatap Agatha curiga. “Kita sebagai maid, bayaran pas-pasan tidak mungkin bisa memiliki kartu ini.” “Katakan padaku ini milik siapa?” tanya Mina. Agatha terdiam. tidak mungkin ia bilang ini adalah milik Gio. Pasti sangar ribet, nanti ia harus menjelaskan bagaimana. Lebih baik memang tidak usah diberi tahu. “Milik…” Mina menatap Agatha. “Agatha..” panggilnya. “Aku tidak mau ikut campur dalam hidupmu. Tapi, aku akan selalu mengingatkanmu untuk mencari uang dengan cara yang benar. Di luar sana banyak berita jika anak muda banyak menjadi sugar baby pria beristri.” “Bahkan menjual diri di luar sana. kau cantik, kau punya tubuh yang bagus. tidak ada lelaki yang mampu menolakmu. Tapi, kau harus ingat, segalanya yang didapatkan den
Agatha mendongak. Seketika tubuhnya membeku. Ia terdiam sesaat sebelum berdiri. “Ayo pergi dari sini,” ucapnya bersama Mina. Pria itu menatap Agatha. pria yang menggunakan setelan jas lengkap itu mencekal pergelangan tangan Agatha. “Tunggu.” Pria itu menghadang Agatha. “Aku harus berbicara denganmu.” Agatha menghempaskan tangan pria itu. “Tidak ada yang perlu dibicarakan.” “Aku mencarimu..” lirihnya. “Untuk apa mencariku?” tanya Agatha. “Bukankah aku sudah dibuang?” tanyanya. “Agatha aku harus bicara denganmu,” ucap pria itu lagi. Pria itu tidak membiarkan Agatha pergi begitu saja. Pada akhirnya Agatha dan pria itu pergi untuk berbicara empat mata. Agatha sungguh muak. Ia tidak menatap pria itu karena benar-benar sudah muak sekali. “Katakan,” ucap Agatha. “Kembalilah.” Agatha mengepalkan tangannya. “Kembali? Kembali ke mana yang kau maksud?” tanyanya. “Kembalilah ke rumah. Kakek ingin kau pulang.” Jordy Alastair Harper. Putra satu-satunya seorang Br
Gio sudah berada di depan mansion. Lebih dari 1 jam Agatha tidak kunjung pulang. Telepon wanita itu mati. Ia tidak tahu harus menghubungi Agatha dengan cara apa. Akhirnya Gio berbalik dan ingin mengambil coat dan mencari Agatha. Namun baru satu langkah ia hendak masuk, justru Agatha memanggilnya. “Sir..” itu Agatha. Dengan tubuh yang basah karena kehujanan. Agatha berjalan dengan lemas masuk ke dalam Mansion. “Maaf kalau lantainya kotor,” ucap Agatha pelan. Gio mendekat—kemudian memegang bahu Agatha. “Kau telat. Kau dari mana saja? kenapa tidak mengangkat teleponku?” tanya Gio. Agatha mendongak. “Aku ada urusan sebentar.” “Tapi setidaknya kau bilang, jangan menghilang dan membuatku takut.” Agatha mendongak. “Tidak ada yang perlu anda takutkan sir. Jika saya kenapa-kenapa. Itu bukan tanggung jawab anda.” Gio menyipitkan mata. “Apa kau bilang?” tanyanya. “Aku menerima hukumannya.” Agatha menyingkirkan tangan Gio dari bahunya. “Aku akan membersihkan diri se
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri