Bab 73 penyusuran
Setelah melakukan pemeriksaan dan pencarian di sekitar lokasi terjadinya kecelakaan, anehnya tak ada satupun korban dalam kendaraan itu, bahkan penyusuran sudah dilakukan hingga beberapa kali, Arkan tak puas saat penyusuran pertama di lakukan, tak mungkin mobil melaju sendiri, pikirnya.Dan tak mungkin sopir mobil tersebut bisa selamat terjun dari ketinggian beberapa meter jika semua tidak di rencanakan dengan matang.Di lokasi tepat di dalam mobil, ditemukan cincin milik Evellyn yang terpasang GPS, kerudung Evellyn tersangkut ranting kering berkibar tertiup angin, berada dekat keberadaan mobil. Bahkan satu sepatu yang dikenakan wanita hamil itu masih tertinggal di dalam mobil.Mereka pun kembali ke atas tanpa hasil memuaskan. Semua berfikir dengan spekulasi masing-masing. Para pemburu berita ramai menunggu konfirmasi dari pihak kepolisian terkait kecelakaan ini.Tempat terjadinya perisBab 74. Berpindah.Di luar kamar terjadi keributan, beberapa orang merangsek masuk kedalam rumah yang di duga Evellyn di sekap. Penjaga di area rumah di mana Evellyn berada dilumpuhkan lalu dimasukkan ke dalam salah satu kamar, tangan dan kaki mereka diikat dan mulut mereka di lakban.Seorang wanita masuk ke dalam kamar yang di duga terdapat Evellyn si wanita hamil. Dengan gerakan jari Azalea memerintahkan Ivan membopong wanita yang sedang terlelap itu.***Arkan mengepalkan tangan, guci di sebelahnya berhamburan karna lemparan yang begitu keras membentur tembok.Selambar kertas yang dia baca membuatnya murka. [ Anda dapat menguasai semua lini dalam bisnis, tapi Anda tak mampu melindungi istrimu ].Dengan cepat dia pergi meninggalkan kantor, melihat hal tersebut Ervan mengikuti dari belakang, Sinta melihat cemas ke arah kedua pria berkuasa itu. Pasalnya sudah beberapa hari s
Bab. 75. Tak Terduga." Anda baru tadi malam di bawa ke sini, Nona Azalea sendiri yang menggantikan pakain anda, katanya khawatir terpasang pelacak," ucap Wanita tersebut meyakinkan.Evellyn masih diam dia belum bisa seratus persen percaya, bisa saja mereka berkomplot. " Bagai mana kalau saya coba dulu makanan nya sedikit, " Wati nama yang tertera di name tag yang terpasang di dadanya memberi saran lagi melihat Evellyn tak juga menyentuh makanan yang dia hidangkan.Tanpa bicara wanita hamil ini menyodorkan piring di hadapannya, wati pun memakan makan tersebut lalu meminum sedikit susu yang dia tuang ke gelas yang lain. " Saya siapkan air mandi dulu Nona." pamit wati menuju Ke dalam kamar mandi setelah mencicipi hidangan milik wanita hamil tersebut.Evellyn mengikuti wati dari belakang, dia mengamati wanita paruh baya yang sedang bergerak lincah menyiapkan air di dalam bathtub. Tak ada perubahan setelah
Bab. 76 Mencari Barang Bukti.Setelah menunggu akhirnya Evellyn tenang, Arkan pun menjelaskan semua kejadian yang menimpanya. Sulitnya pencarian terhadap dirinya dan frustasinya Arkan saat pertama dia kira mobil yang ditumpangi Evellyn mengalami kecelakaan.Lelaki maskulin ini menangkup wajah istrinya, " Eve aku ke sini bukan untuk menemui Azalaea seperti yang kamu pikirkan. Aku ke sini untuk mencari informasi tentangmu darinya, mengerti, 'kan? "Evellyn ternganga, strategis itu kah drama penculikannya, sekarang Evellyn merasa sangat bersyukur di selamatkan Azalea. kepala wanita hamil ini mengangguk, Evellyn pun menceritakan awal dia sadar bukan di tempat ini, dan di jaga dua orang berwajah menyeramkan. " Dengar Eve, ikuti rencana Azalea, diam di sini sampai semuanya terungkap, oke." Arkan memberi arahan pada istrinya."Aku belum yakin Azalea tidak terlibat, beberapa hari lagi,
Bab 78. Dendam Menghancurkan Mu.Bram berteriak keras, apapun benda yang di dekatnya tak luput dari amukannya. Isi rumah sudah porak poranda, pecahan kaca bercecer di mana-mana.Orang-orang suruhannya terkapar tak berdaya di hantam bertubi-tubi. Beruntung kesadaran masih dimiliki sehingga tak menghabisi nyawa para suruhan yang gagal menyekap Evellyn.Lelaki yang juga mampu menaklukan kaum hawa dengan pesonanya itu menangis seolah putus asa. Semua rencananya gagal. Bahkan sekarang dia tak memiliki siapapun yang mencintai dan mendukungnya.Setelah di deportasi dari Indonesia, Bram kembali pada istrinya, tetapi perlahan istrinya mengetahui kasus yang dialami Bram dan juga perselingkuhannya dengan Allena. Betapa terkejutnya Bram saat istrinya melihat vidio panasnya dengan Allena. Ada satu vidio yang Bram simpan, karna ia ingin mengenang Allena yang sudah mengambil sebagian hatinya.Walaupun dalam pergum
Bab 79. Kepulangan.Sudah dua hari Bram tak keluar dari kamar hotel yang dia tempati, pikirannya masih kacau, otaknya terus berputar mencari manufer elok agar rencana dapat berhasil di laksanakan.saat pikirannya di penuhi dengan rencana-rencana kurang matang, ponsel miliknya berdering, setelah menerima panggilan tersebut wajahnya merah padam. Benar prasangka Bram selama ini, Lea - anak Dad - yang menolong Evellyn wanita sekapannya.Lelaki yang sedang di landa gundah itu kembali mengambil gawai dan menghubungi orang-orang suruhannya. " Kabari jika ada pergerakan dari mereka, " ucap Bram marah."Jika mereka terliahat keluar rumah lekas kabari, aku sendiri yang akan menghabisi mereka, " ucap Bram geram.Kilatan kemarahan terlihat jelas di bola mata lelaki tampan ini. Kali ini kemarahan Bram sudah sampai puncak. Entah apa lagi rencana yang akan dia lakukan, dendam menutup semua aka
Bab 80. Celaka." Udah siap Kak?" tanya Azalea si gadis blasteran pada wanita hamil di hadapannya yang terlihat jelas, jika dia sangat bahagia saat ini.Evelyn mengangguk, senyum terukir sejak siang tadi, ia pun berpamitan pada Wati, berterimakasih sudah melayani dengan baik selama ia di sini."Nanti sering-sering main ke sini, Non. Biar Non Lea ada temannya." Wati mengelus tangan Evellyn lembut."Insha Allah, Bibi yang sehat ya, semoga kita bisa bertemu kembali, " Evellyn berucap, wanita hamil itu memperhatikan Azalea entah sedang berbincang apa dengan seorang lelaki bule."Kak ayo, " Lea si gadis blasteran menggandeng wanita hamil yang terlihat aura cantiknya.Dengan perlahan Evellyn masuk ke dalam mobil hitam mengkilap yang terlihat mahal ini. Azalea membantu memasangkan sabuk pengaman. " Sesak gak, Kak? " tanya Lea."Udah pas, Lea,"
Bab 81. Allena terciduk bekerja sama.Mereka sampai pada sebuah ruangan, tertulis di situ ruang operasi. "Pak siapa di antara kalian suami si wanita hamil? " tanya wanita berpakaian serba putih."Mana berkas-berkas yang harus di tanda tangani?" ucap Ervan tegang.Suster menyodorkan map berisi kertas-kertas. " Bos, tanda tangan dulu nanti aku jelaskan." Setelah Ervan menerima berkas yang di berikan perawat lalu Ervan memberikannya pada Arkan yang masih belum seratus persen mencerna ada apa ini. "Cepat Bos, istrimu harus cepat-cepat mendapatkan pertolongan." Ervan menatap dengan tegas pada lelaki di hadapannya.Arkan menangkup wajahnya dengan telapak tangan, duduk di bangku yang tersedia di depan ruang operasi, Ervan berdiri menyandarkan tubuh dan kepala pada dinding rumah sakit yang terasa dingin dan mencekam.Setelah Ervan menjelaskan kejadian yang menimpa istrinya, luruh tubu
Bab 82. Berusaha Lagi.Dad sedang berbincang hangat dengan Arkan. Dia menyayangkan atas keteledorannya mengawasi Putrinya, lelaki berjanggut putih ini tak menyangka Bram akan nekat melakukan hal ini."Jangan khawatir, semua yang bersangkutan dengan kasus ini sudah aku tindak lanjuti, tak ada lagi orang yang akan berani mencelakai keluargamu." terang Dad meyakinkan Arkan.Walau Dad berusaha berbincang hangat tetapi Arkan masih waspada terhadap lelaki tua yang memiliki kharisma memikat ini, Arkan pun tak menanggapi ucapan terakhir Dad."Aku turut bersedih dengan keadaan istri mu. Semoga dia cepet kembali pulih, " Dad memberikan suport semangat pada lelaki yang di gadang-gadang menjadi menantunya."Terimaksih." Hanya itu yang keluar dari mulut Arkan, dia belum bisa mempercayai kebaikan Dad seratus persen.Mira menemani Azzalea yang sudah dalam keadaan baik,
"Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.
Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem
"Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali
"Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil
Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g
"Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala
Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg
"Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma
Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber