Bab .66 Bikin Iri.
"Kenapa? Ibu mau kaya mereka lagi? Yuk kita ulang, " Maulana menaik turunkan Alis menatap wanita setengah abad itu, senyumnya menggoda."Iihhh Ayah, bikin baper aja, " gelendot Amelia pada tangan suminya yang sudah tak sekekar dulu, mereka pun berlalu menuju kamar."Jangan ngiri, Rit," ucap Bik Sum yang melihat Rita sedang memandang adegan romantis dua pasangan beda jaman."Semoga aku dapet suami kaya Tuan sama Mas. Anak sama Bapak sama-sama romantis sama pasangannya," Rita tersenyum membayangkan dirinya mendapatkan suami model-an Arkan yang bucin abis."Aamiin," ucap Bik Sum."Sudah sana mumpung kamar Mas Arkan kosong bersihkan lagi," perintah Bik Sum yang langsung dilaksanakan oleh Rita.Makan malam berlangsung harmonis keluarga Maulana berkumpul di ruang makan malam ini. Annisa berceloteh riang, bibir Ibu selalu tersunggBab 67 Mulai Menyebalkan.Sinta menunduk saat menaruh gelas kopi di hadapan lelaki yang selalu membuat jantungnya berdegup. Buah dadanya terlihat menyembul dari kemeja broken white yang dia kenakan. Tanpa sengaja Arkan melihat penampakan gunung kembar milik sekretarisnya itu. Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya. "Kopinya, Tuan. " Sinta berucap, netranya melirik pada lelaki di hadapannya. Hhhmmm... Hanya gumaman yang diberikan Arkan, netranya terfokus pada kertas-kertas dihadapnnya tangannya terus bergerak memberikan tanda tangan.Setelah menaruh gelas kopi Sinta berlalu dari hadapan bosnya. Setelah pintu terdengar tertutup lelaki maskulin itu menengadahkan wajahnya dan menghembuskan nafas kasar. Klek... Pintu kembali terbuka. "Bos." Suara Ervan menggetkan Arkan dia kira Sinta yang muncul di hadapannya. "Ada apa, Bos? Kau tampa
Bab 61Melihat para karyawan yang seolah kecewa menunggu lama tapi tak membeli, Arkan pun memgucapkan maaf pada mereka. Lelaki itu menangkupkan kedua tangannya, yang di angguki para karyawan. "Buseettt deh tu laki sabar banget ya, udah ganteng sabar, dan kayanya tajir deh." kasak kusuk para karyawan setelah dua sejoli itu meninggalkan toko. "Ke foodcourt yu, sayang," ajak Evellyn. Dia seolah tak melihat wajah suaminya yang sudah masam. "Ini sudah malam Eve, foodcourt pasti sudah tutup. Kita pesen makan di restoran aja di atar ke atas ya? " tawar Arkan masih dengan mode sabar. "Liat dulu aja, gak afdol kalo belum di lihat. " Wanita hamil itu memaksa, membawa langkahnya menuju foodcourt yang lumayam jauh dari tempatnya sekarang berada. Dan setelah sampai. " Yaa... Udah tutup semua, tertulis tulisan closed di setiap tempat pembelian makanan. Pulang aja deh udah gelap Mall nya. Lelaki
Bab 69. Gak Mempan.Evellyn mengendus keberadaan suaminya sudah ada di sebelah dia berada. Wanita itu menjulurkan tangan melingkarkan pada perut rata lelaki tampan yang masih dalam ke adaan pulas. Merasa ada yang menyentuh, Arkan membuka mata melihat jarum jam, dia terlonjak kaget." Eve kita kesiangan." lelaki itu bangun dan membopong istrinya ke dalam kamar mandi.Setelah melakukan ibadah yang tertinggal Arkan bergegas mandi, pikirannya sedikit kacau oleh masalah baru di kantornya. Bahkan pagi ini godaan yang di lancarkan istrinya tak membuatnya bergeming, saat ini pikirannya hanya fokus pada perusahaan. Hasrat yang lama ingin dia tumpahkan seolah terlupakan. "Eve... Aku berangkat dulu, jangan lelah-lelah," Arkan mengecup singkat bibir istrinya. Setelah suaminya pergi Evellyn duduk di kursi, seperti ada yang berbeda dari suaminya. Sejak dia hamil belum pernah Ia di sentuh, dan saat
Bab 70. Dapat Di Andalkan Evellyn mengelus lengan suaminya menyalurkan hawa kedamaian, agar Arkan mengendalikan emosi."kejar Dad sampai dapat kali ini aku tak akan mengampuninya. ""Mereka sudah pergi ke tempat asal mereka, membawa serta putrinya sebulan yang lalu, aku kecolongan, selama ini aku pikir kita sudah memenangkan peperangan terhadap Dad, ternyata dia melakukan rencana di luar dugaan ku. " Arkan mendesah panjang, menyesalkan kegagalannya kali ini."Sudah lah, sekarang yang perlu kita lakukan memperbaiki keadaan," ucap Arkan, kali ini perusahaanya benar-benar diporak porandakan, semua kolega menarik uangnya dengan alasan desain iterior yang tak memuaskan."Maaf, sepertinya saya bisa bantu untuk meyakinkan para investor. " kedua lelaki tampan itu berbarengan menatap Evellyn - wanita cantik yang saat ini menggunakan hijab toska. "Eve... Nanti kamu lelah," ujar Arkan, Evellyn menge
Bab 71. Penculikan "Gak usah pegang-pegang, udah mau punya anak masih ke goda ama perempuan," sewot Evellyn, bibirnya mengerucut terlihat kecemburuan di wajahnya."Ha ha ha.... Cemburu sama diri sendiri?" Arkan tertawa melihat tingkah istrinya.Evellyn melirik suaminya yang tertawa terbahak keningnya terlipat menandakan bertanya apa maksudnya?. "Iya perempuan yang bisa ngalahin aku itu namanya Evellyn. Ngambekan, suka marah plus manja." Arkan mendekatkan bibirnya mencium pipi wanitanya tangannya mengelus-elus perut Evellyn.Seketika senyum mengembang dari bibir wanita cantik ini. "Beneran?" tanyanya."Bener, mana ada perempuan yang bisa ngalahin aku kalo bukan kamu. Udah yuk berangkat, atau kamu mau...." Evellyn langsung bangkit mematikan benda segi empat yang tadi di setel dan berlalu menuju pintu sebelum suaminya melakukan hal yang tak terduga pagi ini. Mereka pun pergi ke kantor masing-masing dengan di antar sopir mereka masing-masing."Din, hati-hati di jalan," pesan Arkan saat
ab 63Flash back sebelum kejadian."Kak, Tuan sudah datang." Dina menghampiri Evellyn yang sedang menunggu di loby kantor, kebiasaan setiap sore Arkan selalu menjemputnya. Jika tak menjemput maka akan mengabari sebelumnya.Evellyn melirik pergelangan tangan. "Suamiku on-time banget Din," ucapnya sumringah, wanita yang sudah terlihat tonjolan di perutnya bangun dengan sedikit sulit."Udah berat ya Kak?" tanya Dina sambil membatu Evellyn bangun."Nggak ko biasa aja," jawab Evellyn ringan menuju mobil suaminya yang terparkir di depan lobby.Dina pun tanpa curiga membukakan pintu mobil tanpa melihat siapa orang di dalam, pun Evellyn langsung masuk dan duduk di sebelah lelaki yang dia kira adalah suaminya.Setelah Evellyn masuk Dina segera menutup pintu, setelah pintu di tutup perlahan Pak Sopir menjalankan kuda besi berwarna hitam yang sama persis seperti milik penguasa Maulana Group.
Bab 73 penyusuranSetelah melakukan pemeriksaan dan pencarian di sekitar lokasi terjadinya kecelakaan, anehnya tak ada satupun korban dalam kendaraan itu, bahkan penyusuran sudah dilakukan hingga beberapa kali, Arkan tak puas saat penyusuran pertama di lakukan, tak mungkin mobil melaju sendiri, pikirnya.Dan tak mungkin sopir mobil tersebut bisa selamat terjun dari ketinggian beberapa meter jika semua tidak di rencanakan dengan matang.Di lokasi tepat di dalam mobil, ditemukan cincin milik Evellyn yang terpasang GPS, kerudung Evellyn tersangkut ranting kering berkibar tertiup angin, berada dekat keberadaan mobil. Bahkan satu sepatu yang dikenakan wanita hamil itu masih tertinggal di dalam mobil.Mereka pun kembali ke atas tanpa hasil memuaskan. Semua berfikir dengan spekulasi masing-masing. Para pemburu berita ramai menunggu konfirmasi dari pihak kepolisian terkait kecelakaan ini.Tempat terjadinya peris
Bab 74. Berpindah.Di luar kamar terjadi keributan, beberapa orang merangsek masuk kedalam rumah yang di duga Evellyn di sekap. Penjaga di area rumah di mana Evellyn berada dilumpuhkan lalu dimasukkan ke dalam salah satu kamar, tangan dan kaki mereka diikat dan mulut mereka di lakban.Seorang wanita masuk ke dalam kamar yang di duga terdapat Evellyn si wanita hamil. Dengan gerakan jari Azalea memerintahkan Ivan membopong wanita yang sedang terlelap itu.***Arkan mengepalkan tangan, guci di sebelahnya berhamburan karna lemparan yang begitu keras membentur tembok.Selambar kertas yang dia baca membuatnya murka. [ Anda dapat menguasai semua lini dalam bisnis, tapi Anda tak mampu melindungi istrimu ].Dengan cepat dia pergi meninggalkan kantor, melihat hal tersebut Ervan mengikuti dari belakang, Sinta melihat cemas ke arah kedua pria berkuasa itu. Pasalnya sudah beberapa hari s
"Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.
Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem
"Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali
"Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil
Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g
"Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala
Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg
"Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma
Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber