Bab 127"Ar, mulai saat ini ibadah jangan di tinggal, ya," Ervan mengecup puncak kepala Aryanti setelah mereka selesai beribadah bersama. Aryanti mengangguk, setelah beribadah memang hatinya terasa tentram, jiwanya tenang. Sedikit demi sedikit dia bisa melupakan masa kelamnya. Ervan memberikan cinta dengan sepenuh hati. Tetapi apakah cinta Ervan tak akan berkurang jika lelaki tampan ini tau jika rahimku bermasalah, 'pikir Aryanti. Aryanti terus bermunajat pada Tuhan sang pencipta kehidupan. Memasrahkan diri, entah apa yang nanti terjadi, akan dia hadapi. Setelah melakukan ibadah menjelang tidur Ervan mengajak Aryanti tidur. "Ar, jika kamu punya beban yang ingin kamu keluarkan, keluarkanlah," Ervan menatap lekat netra indah Aryanti. Wanita ayu ini tak dapat beradu tatap dengan netra lelaki tampannya. Dia mengalihkan pandangan. "Udah yuk tidur, besok tugasku padat, soalnya tadi banyak pasien yang di cancel." Ervan tak lagi membahas, dia pun Membaringkan tubuh di sebelah Aryanti
Bab 128."Kakak ngado apa?" tanya Azalea penuh selidik. "Buka aja. Pasti bikin kalian senang," ucap Evellyn pelan, walau pelan, tetap kedua pria ini mendengar. Arkan mengernyit, bertanya lewat pandangan mata, kado apa yang diberi? "Udah gak usah kepo," ujar Evellyn pada Arkan. Mereka tertawa. Ervan pun hadir bersama Aryanti. Tak ketinggalan Aksara dan juga Indah hadir di sana. Ternyata perusahaan yang dipimpin Aksara memiliki kerjasama dengan perusahaan yang dikelola Ivander.Mereka reuni di tempat pernikahan Azlaea. Tamu-tamu undangan eksekutif berdatangan. Banyak juga kolega yang Arkan kenal. Aryanti, Indah juga Evellyn bercengkrama. Tak ada lagi rasa cemburu di hati Aryanti pada Indah. Toh Indah kini memiliki hubungan dengan Aksara, 'pikir Aryanti. "Mau cemilan apa? Aku ambilin," tanya Aryanti pada kedua teman bicaranya. "Apa aja 'lah," jawab Evelly. "Aku mager buat bangun, Dok. Sorry ya," kekeh Evellyn. "It's oke." Aryanti menautkan jari jempol dan telunjuk.Indah masih s
Bab 129.Sepasang pengantin sudah berada di dalam kamar. Azalea sengaja membawa bungkusan kado yang diberikan Evellyn. Dia begitu penasaran apa isi kado yang diberikan mantan kaka madunya itu. Gadis blasteran ini sudah berada di atas ranjang. Tangannya lihai membuka kotak berbungkus kertas koda motif bunga tulip. Ivander masih di dalam kamar mandi, membersihkan diri. Azalea terlihat kesulitan membuka bungkus. Dia foto kado yang masih tergeletak. [Kak susah di buka]. Send.Tak berapa lama notif pesan masuk. [Berusaha dong].Berikutnya emot menangis yang gadis blasteran ini berikan. Ivander keluar hanya dengan melilitkan handuk di pinggang, membuat Azalea tercekat. Gadis ini memalingkan muka, lalu merebahkan tubuh membelakangi Ivander. "Kok gak jadi di buka?" tanya Ivander saat melihat bungkus kado masih tergeletak di atas tempat tidur. "Susah gak,bisa di buka," suara Azalea terdengar kesal. Ivander mencari sesuatu untuk membuka kotak kado yang dibungkus lakban. Lelaki bule ini
Bab 130Pagi menyapa, memancarkan kehangatan setiap insan di muka bumi. Tak pandang bulu, siapapun dia asal terkena paparan sinar matahari, sang surya akan memberikan semua manfaat dari sinar yang dia pancarkan. Dua pasang pengantin baru masih di dalam kamar."Abang gendong mau?" tanya Ivan pada wanita di hadapan yang sudah berpakaian rapih. "Malu Lea, masa di gendong. Bilang aja Lea masih mandi," ujar gadis blateran ini. Enggan sekali dia mau turun, pasalnya dia mengangkang tadi begitu berjalan. "Semua orang sudah menunggu di restoran," ucap Ivander."Ya udah, Lea jalan pelan-pelan," Wanita blasteran ini menggandeng tangan Ivander. Ponsel Lea berdering ketika mereka melewati pintu kamar. "Hallo Bu. Iya Lea sudah di depan kamar," ucap Lea. Pelan Lea berjalan, dengan tangkas Ivan akhirnya membopong Azalea. "Bang turunin, malu," ujar Azalea. Tetapi Ivan abai, lelaki dengan tinggi di atas rata-rata orang Indonesia ini membopong Azalea hingga kursi yang akan mereka duduki. Mira d
Bab 131"Ar." Ervan memanggil Aryanti, yang kini sedang menghadap wastafel mencuci wajahnya, agar air mata yang tak dapat dia bendung, tidak terdeteksi oleh Ervan. Tangan Aryanti meraih handuk, lalu menyeka wajah ayu yang kini sayu ini. Terlihat lelah di matanya. "Tumben belum tutup. Banyak pasien? 'kan aku bilang kurangi pasien," Ervan meraih pinggang Aryanti. Mengecup bibir mungil wanita ayu ini. Menatap bola mata kecoklatan milik wanita pujaannya. "Tadi ada pasien, maksa konsultasi, padahal sudah di bilang tutup." Aryanti mencoba beralibi, dia tau Ervan sedang mencari kebenaran lewat bola matanya."Suamiku tersayang, cinta banget ya, sama Dokter cantik ini?" Aryanti mencoba mengalihkan pembicaraan. "Cinta banget, makanya jangan kebanyakan kerja, jangan terlalu lelah, biar lelaki ini dapat terpuaskan di ranjang." Ervan melumat bibir Aryanti. "Memang selama ini tak terpuaskan?" Suara Aryanti sudah terdengar serak. Setelah dicium Ervan dengan lembut tetapi menggebu. "Sangat pu
Bab 132 Hiruk pikuk kota Jakarta, kemacetan, kebisingan, membuat sebagian besar para pekerja rentan mengalami setres.Evellyn duduk di dalam kendaraan ekslusif bersama sang suami. Tak ada percakapan berarti. Beberapa menit kemudia mereka turun di sebuah Ball Room. Beberapa orang pun terlihat menyambut mereka. Arkan menggandeng erat wanitanya, begitu pun Evellyn menautkan erat jemari tangan pada lengan kokoh lelaki metropolish ini. Para kolega sudah menunggu. Pertemuan penting kali ini Arkan membawa serta Evellyn, ia ingin Evellyn faham seperti apa pertemuan-pertemuan besarnya. Arkan memperkenalkan Evellyn pada semua kolega bisnisnya, ia ingin semua kolega bisnisnya tau seperti apa wajah dari istri Arkan Putra Maulana. Bukan untuk memamerkan tetapi hanya ingin memperkenalkan setidaknya jika Arkan berada di luar negri Evellyn bisa dengan mudah menghandle semua kinerjanya. "Tuan Arkan," seorang menghampiri Arkan, menggandeng seorang wanita yang sangat Arkan kenal. "Mr Sam. Apa ka
Bab 133 Mobil yang ditumpangi Evellyn dan Arkan akhirnya sampai di depan rumah. "Mas kamu nakal banget," ujar Evellyn kesal. "Kenapa gak menolak." Arkan mendekatkan kepala mencium lagi ceruk leher istri yang penuh dengan tanda merah. Evllyn kembali menegang. "Aku gak tahan juga, kalo kamu udah mulai. Udah Mas, di lanjut di dalem aja." Evellyn mendorong tubuh sixpack Arkan. Evellyn mengikat rambut asal, menyampirkan hijab yang berantakan. "Cd ku mana? Evellyn mencari benda pembungkus aset berharganya. "Ya ampun celana kamu kotor begitu." Evellyn terlihat gelisah, ini kali pertama dia melakukan di dalam mobil. "Pak Sobri tadi pasti denger, Mas," ucap Evellyn. Arkan menarik dagu Evellyn, melumat kembali bibir yang sejak tadi tak berhenti bicara. Tangannya meraba benda kesukaan. "Udah Mas, Ntar aja!!" Evellyn mencubit lengan lelaki tampan ini. "Gak usah resah seperti itu, besok juga ketemu pakaian dalem kamu," ucap Arkan enteng, dia membuka pintu. "Mas benerin dulu
Bab 134Ibu malu mau ngomong, ayah kamu bener-bener, Nak. Kemarin ibu dapet ini." Amelia menyerahkan amplop coklat. Walau kaget setelah melihat isinya, tetapi Arkan dapat mengendalikan keterkejutan. Kasusnya hampir sama dengan kasus yang dia alami dulu. "Ayah mengaku?" tanya Arkan. "Nggak...." Amelia menggeleng. "Ayah kamu gak ngaku, sampai akhirnya ibu ke sini, gak sudi ibu liat ayah kamu," ujar Amelia dengan mimik kesal. "Sekarang tenangkan diri Ibu, nanti aku cari tau informasi ini, karna jaman sekarang banyak foto-foto yang hanya jebakan," ucap Arkan, pelan. "Maksudnya," tanya Amelia menatap putra semata wayang. "Sekarang banyak foto-foto editan. Nanti aku cari tau, nanti sore aku sama Evellyn mau terbang ke Singapore, Ibu ikut ya," ajak Arkan. "Nggak, kalian saja, ibu di rumah saja," ucap Amelia. "Ya sudah sekarang makan dulu, jangan sampai sakit, Bu." Evellyn mengambilkan nasi ke dalam piring Arkan juga Amelia. Setelah makan lelaki tampan ini masuk ke dalam kamar