William dan Bastian saling melirik. Hening sejenak. Kemudian, bilioner itu menjawab, “Maksudnya ujian untuk menjadi terapis fisioterapi, Lou. Keyna membutuhkan sertifikat untuk melatih otot-ototku.”“Jadi, setelah mendapat sertifikat, Keyna sendiri yang akan melatih Daddy?”“Ya, betul, seperti itu.”“Syukurlah. Keyna memang perawat yang cekatan dan cerdas. Daddy lebih cocok ditangani oleh Keyna dibanding terapis-terapis lain.”Sambil menunggu telepon mereka dibalas Keyna atau Dokter Jaslan, Louis mencari-cari di internet tentang salep-salep yang tersedia. Namun, semakin lama membaca, ia semakin pusing saja.Lalu, telepon genggam Bastian berdering. Nama Dokter Jaslan tertera pada layar. Pelayan setia itu segera memberikan teleponnya kepada Louis.“Uncle Jaslan,” sapa Louis.“Ya, Lou. Ada apa? Maaf, tadi, Uncle sedang mengawasi ujian mahasiswa,” balas Jaslan.Louis terdiam sejenak mendengar pernyatan Jaslan. Namun kemudian, langsung ke pokok masalah setelah mendengar, sahabat Daddy-nya
William tersenyum penuh haru mendapat pernyataan dari putra bungsunya. Dalam hati ia berjanji untuk tekun berlatih otot agar dapat berjalan kembali. Melawan sisa-sisa racun dalam tubuh yang menyebabkan dirinya lumpuh.“Jadi, Daddy sudah mendukungku menjadi pembalap kan?”“Sesungguhnya masih terasa berat bagi Daddy. Tetapi, Daddy akan mencoba untuk mengerti bahwa obsesimu memang ke arah sana.”Wajah Louis ceria. “Itu sudah cukup. Terima kasih, Dad. Aku juga belajar bisnis dari pertandingan ini lho, Dad.”“Bisnis bagaimana?”“Yaah … banyak yang menawarkan kerjasama. Menjadi sponsor atau iklan sebuah produk automatif. Mobil yang aku pakai nanti saat bertanding juga merupakan mobil sponsor.”Kepala William mengangguk-angguk. “Siapa yang mengurusi semua kontrakmu?”“Managerku, Dad.”“Kapan-kapan kenalkan dia pada Daddy.”“Siap, Dad. Aku akan memintanya datang ke sini nanti. Mungkin dia juga perlu banyak belajar bisnis dari Daddy karena dia mengaku sudah mulai kewalahan dengan semakin banya
Akhir minggu ini, Keyna tidak kuliah. Setelah ujian, ia mendapatkan libur selama tiga hari. Akhirnya, setelah membilas diri dan berpakaian, wanita itu bermalas-malasan di sofa kamar dan menonton televisi.Sebenarnya ia ingin sekali menengok keadaan tuannya. Namun, mengingat masih ada Serena yang pastinya akan menghalangi dengan segala kesombongannya, ia memilih tetap di dalam kamar. Paling tidak, semua rutinitas dan kegiatan William sudah ia catat dan berikan pada Bastian.Meski demikian, dengan alasan tanggung jawab, akhirnya Keyna menanyakan keadaan William pada Bastian. Pelayan setia itu hanya mengatakan bahwa William sedang sarapan bersama Serena dan Louis di ruang makan.Sementara itu, di ruang makan.“Bagaimana iritasi kulitnya, Dad? Sudah membaik?” tanya Louis penuh perhatian.“Sepertinya semakin parah karena terasa perih dan agak gatal,” keluh William.“Aku sudah memberikan salep, kok,” tukas Serena.“Apa sebelum diberi salep, iritasinya dibersihkan dulu dengan steril water?”
Wajah Keyna maupun William memerah secara bersamaan. Walaupun mereka tau, Louis hanya sedang bercanda. Tetapi, keduanya merasa malu mendengar ucapan pemuda tersebut.“Ngawur kamu, Lou!” desis William.“Bercanda, Dad. Lagipula, bukankah itu hal yang baik jika ternyata benar Daddy sudah bisa bercinta?”“Bisakah kamu mengganti topik pembicaraan ini? Lagipula, bukankah tadi kamu sudah pamit akan pergi? Mengapa masih di sini?”“Tidak jadi, Dad. Itu sebabnya aku mencari Daddy. Sepertinya, aku harus pergi ke Jerman besok pagi untuk daftar ulang perlombaan,” ucap Louis.William mengembuskan napas berat. Ia baru saja akrab dengan putra bungsunya itu. Namun, kini, lelaki muda itu sudah harus kembali beraktifitas.“Jadi pertandingan balapnya nanti akan diadakan di Jerman?”“Betul, Dad.”“Kapan?”“Enam bulan lagi.”William mengangguk. “Apa ada yang bisa Daddy bantu?”“Ada!”“Apa?”“Berlatihlah dengan keras agar nanti Daddy benar-benar dapat melihatku bertanding di sirkuit.”Lelaki yang hampir ber
Keesokan harinya, ranjang dengan matras orthopaedic datang. Matras tersebut agak keras namun baik untuk kesehatan tulang punggung. Terdapat palang-palang yang bisa diatur di sekeliling ranjang tersebut. Palang-palang itu akan digunakan sebagai pegangan William saat akan berganti posisi.Hari ini, terapi William berfokus pada penggunaan palang-palang di ranjang. Keyna mengajari suami pura-puranya membalik tubuh dengan tumpuan kedua tangannya. sedikit demi sedikit, lelaki itu mulai bisa menyeret tubuh bagian bawahnya.William benar. Ranjang itu lebih nyaman ditiduri. Ranjang hidrolik kini telah dikeluarkan dari kamar. Sehingga hanya ada satu ranjang di sana. Sofabed yang digunakan Keyna tetap berada di pojok ruangan.Seharusnya Keyna merasa lega karena tidak perlu bersempit-sempit berbaring berdua dengan William. Namun, ia malah merasa kehilangan. Biasanya tanpa sadar, William menggenggam tangannya atau kakinya bergeser merapat kepada kakinya. Karena ranjang baru ini lebih besar, otomat
“Jadi, Daddy tidak dapat memilih sendiri? Kalian tidak percaya pada pilihan Daddy?”“Seperti Serena itu?” tanya Sacha seraya mencebikkan bibirnya.“Kamu belum pernah bertemu dengannya. Kenapa kamu seperti membencinya, Sacha,” ucap William sambil terkekeh.“Sacha pernah bertemu di kantor Daddy, kok. Dia bergaya seolah dia telah menjadi istri syah Daddy. Menyebalkan!”“Oh ya? Kapan itu?”“Satu minggu setelah kami di sini. Aku dan Kak Fred sedang bekerja di perusahaan Daddy dan tiba-tiba saja ia muncul seperti hantu di siang bolong.”William spontan menyemburkan tawanya. Lelaki itu lalu mendengar bagaimana pertemuan pertama Sacha dan Fred dengan Serena.“Daddy tidak serius ‘kan dengan wanita itu?”“Tidak. Kamu juga pasti sudah mendengar kabar bahwa Daddy mengusir Serena dari mansion ini, bukan?”“Iya. Tetapi, Louis hanya bercerita singkat tentang itu.”“Intinya Daddy dan Serena sebenarnya tidak memiliki hubungan khusus. Hanya, Serena selalu berpikir bahwa suatu saat Daddy akan melamarnya
“Kau gila, Jas!” umpat William seraya menghempas teleponnya ke ranjang.Kepala bilioner itu menggeleng-geleng keras. Selalu saja bicara dengan Jaslan membuatnya semakin kesal. Sahabatnya itu selalu tepat menggodanya.“Tapi apa benar ia telah jatuh cinta pada perawat kurus itu?” William kembali menggelengkan kepala.“Bastian!” teriak William.Tak lama, Bastian masuk tergopoh. “Ada apa, Tuan?”“Bantu aku mandi.”Bastian mengangguk. Ia segera mengikuti Tuannya ke kamar mandi. Pelayan setia itu mengisi bathtub dan mengatur kehangatan air di dalamnya.Susah payah, Bastian mengangkat bobot tubuh atletis tuannya masuk ke dalam bathtub. Setelah itu, ia mengangkat kedua kaki William untuk masuk ke dalam air. Pelayan itu keluar saat William sudah berendam santai.Sambil menggosok tubuhnya, William kembali memikirkan apa yang diucapkan sahabatnya. Memang, ia akui, beberapa kali hasratnya tersulut melihat Keyna. Bahkan, kejantanannya mulai dapat menegang beberapa kali saat mendapat sentuhan peraw
Dua minggu kemudian, William dan Keyna semakin akrab. Perawat itu kini mulai tampak lebih cerewet dan ceria. Bahkan, William kerap kali tertawa terbahak-bahak saat bercanda dengan Keyna.Seperti saat ini ketika mereka sedang sarapan bersama. William mengatakan akan kedatangan tamu para arsitek yang akan membangun aviary. Lalu, lelaki itu meminta Keyna mendampinginya.“Tuan sengaja, ya, membuat jadwal pertemuan sore hari agar aku bisa ikut?”“Iya.”“Tuan takut pingsan hingga membutuhkan saya mendampingi Anda?”William mengerutkan keningnya. “Kenapa kamu menduga saya akan pingsan?”“Tuan pasti sangat shock melihat proposal pembangunan aviary tersebut. Apalagi melihat biayanya,” cetus Keyna.Tawa William akhirnya meledak. Sudut matanya sampai mengeluarkan air mata karena tertawa. Kepalanya menggeleng pelan.“Menurutmu begitu?”“Iya.”“Atau mungkin kamu yang akan pingsan, Key?”“Benar juga. Lalu siapa yang akan membantuku jika aku pingsan?”“Bastian.”“Kalau begitu, Bastian juga harus iku