Dua pengawal wanita langsung mengarahkan Keyna. Mereka berlari sepanjang lorong. Sementara Hanson dan Ferina meladeni pertanyaan-pertanyaan paar wartawan yang penasaran.Namun ternyata, beberapa paparazzi juga mengikuti Keyna. Hingga akhirnya tetap terjadi kejar-mengejar di lorong kampus yang telah mulai sepi itu. Bersama pengawalnya Keyna terus berlari.Tiba-tiba sebuah tangan menarik Keyna. “Psttt, Keyna. Lewat sini.”Pengawal langsung menepis tangan tersebut. Dengan wajah galak, pengawal menatap wajah wanita yang menarik tangan Keyna sambil menggelengkan kepala. Apalagi, pengawal mengenali wanita itu sebagai salah satu orang yang harus dijauhi Nyonya mereka.“Ariana? Sudah, tak apa. Apa kamu tau jalan untuk keluar?” tanya Keyna.Ariana mengangguk. “Lewat sini, Key.”Mereka berjalan mengikuti Keyna. Lorong yang diliewati mereka lebih sepi. Namun kemudian berakhir di pintu samping kampus yang tersembunyi.“Sebaiknya minta penjemputmu menjemput di samping universitas. Tepatnya di depa
Esok harinya di kampus, mata Keyna mencari sosok Ariana. Ia menemukan wanita muda itu sedang berdiri di samping toilet dan membaca buku. Sebuah sapu bersandar di sampingnya.Lalu, ketika jam istirahat, Keyna melihat Ariana menyapu bagian koridor. Sementara mahasiswa-mahasiswi lain berjalan melewatinya tanpa perduli. Padahal dulunya Ariana merupakan kembang kampus yang terkenal.Pulang kuliah, Louis telah benar-benar menunggu di pintu. Penampilan putra bungsu William itu sangat kasual. Jeans belel, t-shirt putih, topi baseball dan sepatu sport kekinian.Pemuda itu segera menggandeng tangan Keyna. Melewati berbagai kamera yang terarah pada mereka. Wajah Louis tersenyum manis, sedangkan Keyna tampak tegang.“Nah, begitu, Key. Lewat saja di depan mereka dengan senyum. Tidak perlu kejar-kejaran,” tukas Louis saat mereka telah berada di dalam mobil.“Aku tidak yakin bisa sesantai kamu tadi, Lou.”“Hanya butuh latihan. Kami sudah janjian akan mengajari dan menemanimu berproses menjadi orang
“Selamat malam,” sapa Cedric santun. “Saya mau mengantarkan Sacha pulang.”William mengangguk, lalu berkata pada istrinya. “Tolong bawa Sacha ke kamarnya, Baby.”Keyna tersenyum pada sang suami, melirik sekilas pada Cedric lalu mengulurkan tangannya ke arah Sacha. Putri William langsung menyambut tangan Keyna, berpamitan pada Cedric dan masuk menjauhi ketiga lelaki itu. Saat keduanya telah membelok ke lorong mansion, William kembali menatap Cedric.“Aku tidak tau Sacha pergi denganmu,” ucap William.“Maaf, Tuan. Saya menjemput Sacha di apartemennya tadi sore. Lalu, Sacha mengatakan akan pulang ke mansion ini, jadi saya antarkan ke sini,” jelas Cedric.“Jadi, selama ini kalian bertemu di apartemen? Apa yang sudah kau lakukan pada kakakku, heh?” Louis maju ke depan Cedric.Cedric langsung mengangkat kedua tangannya di depan dada untuk menenangkan Louis. “Saya hanya menjemput Sacha di lobi saja.”“Betul begitu? Kamu tidak pernah masuk ke apartemen Kak Cha? Atau bahkan tidur dengan Kak Ch
Jam dua dini hari, Keyna terbangun. Ia mengerjapkan matanya. Ruangan itu temaram. Hanya satu lampu tidur yang menyala di samping tempat tidur Sacha.Perlahan, Keyna bangun. Wanita itu membetulkan letak selimut yang menutupi tubuh Sacha. Lalu, mengendap-ngendap keluar dari kamar.Udara dingin membuat ia memeluk tubuhnya sendiri. Berjalan di lorong mansion di jam dua pagi ini ternyata menyeramkan. Keyna merasa seperti ada yang selalu memperhatikan gerak-geriknya.Sambil menenangkan hati, Keyna terus berjalan menuju kamar utama. Lalu, saat melewati ruang kerja, ia melihat pintu itu tidak tertutup rapat. Ia juga mendengar beberapa orang lelaki yang berbicara dalam bahasa asing.“Fred? Kamu masih kerja?” seketika Keyna menatap tajam putra sulung William.Frederix terlihat menutup kamera laptopnya. Ia lalu menempelkan jari telunjuk di bibir. Keyna mendekati meja kerja dan melihat tiga gelas kopi di atas meja tersebut.“Kenapa kam
Di ruang gawat darurat, William merotasi bola matanya mencari Hanson. Ia lalu bertanya pada seorang staff rumah sakit. Staff tersebut kemudian mencoba mencari keberadaan dokter terkenal itu."Dokter Hanson masih berada di ruang operasi, Tuan.""Ya sudah. Carikan dokter terbaik kalian untuk kondisi putraku!" titah William."Tentu, Tuan. Sabar dulu. Tuan Muda Frederix sedang diperiksa dokter jaga. Setelah ini akan dirujuk ke dokter ahli."William mondar-mandir di depan ruang intensif. Keyna akhirnya menarik pelan tangan suaminya dan meminta duduk tenang. Sementara Sacha juga mencoba menenangkan sang Daddy.Seorang suster keluar. Lalu, tak lama kemudian masuk kembali beberapa orang suster. Mereka sama sekali tidak memberitahu kabar Frederix sehingga William semakin tidak sabar. Bilioner itu menahan salah satu suster."Bagaimana putraku?""Sedang diperiksa dokter ahli. Permisi, Tuan. Barusan Tuan Muda Frederix muntah-muntah hingga mengenai pakaian dokter. Kami harus membersihkan semuanya
Selesai kuliah, Keyna berjalan pelan menuju pintu keluar. Ia sempat melambai pada Ferina yang sedang membantu Professor Airien. Ferina sekarang adalah asisten dosen tersebut.Keyna harus mengantri sebentar saat akan keluar. Ia sudah melihat sosok sang suami. Bibirnya tersenyum manis melihat penampakan William yang tampil bersahaja.Meski hanya mengenakan kemeja lengan panjang yang ditekuk hingga batas siku, celana bahan dan sepatu sport, William tetap terlihat mempesona. Ia sedang berbicara dengan rektor saat pintu ruang kelas terbuka. Beberapa mahasiswa-mahasiswi menunduk santun saat melewati William dan rektor."Cup." Tanpa malu, William mengecup kedua pipi Keyna."Kita pulang sekarang?" tanya William.Kepala Keyna mengangguk. William segera pamit pada rektor dan menggenggam tangam sang istri. Mereka melewati kerumunan orang-orang dengan santai.Ternyata keadaan tidak seramai saat Louis menjemput Keyna. Beberapa orang terlihat mengabadikan penampakan William dengan wanita yang dige
William berdiri menatap kedua putra-putrinya yang sedang asyik minum kopi dan cemilan. Sacha dan Louis segera berdiri. Dengan senyum di bibir masing-masing, mereka menggandeng tangan sang Daddy dan berjalan menuju ruang perawatan Frederix.“Kakak kalian sedang sakit dan kalian meninggalkannya sendirian,” cetus William.“Kami bosan di dalam kamar, Dad,” balas Louis.“Tapi kalian bisa pergi bergantian supaya tetap ada yang menemani Fred. Kasihan kakak kalian itu.”“Iya, Dad.” Akhirnya Sacha dan Louis mengangguk berbarengan.Berbeda dengan William yang dulu. Sekarang lelaki itu memang sangat perhatian pada putra-putrinya. Sementara dulu, hanya pengasuh mereka saja yang selalu mendidik dan menemani putra-putri keluarga Dalton.“Keyna di mana, Dad?” tanya Sacha.“Di kamar menemani Frederix.”Mereka masuk ke dalam ruang perawatan. Pemandangan di sana membuat William tersentak sedikit. Keyna sedang menyuapi putra sulungnya makan.“Kalian pergi lama sekali,” protes Frederix pada Louis dan Sac
“Jangan kasar begitu pada orang yang membantu kesembuhanku, Lou,” tukas Frederix.“Aku tidak suka Cedric. Kenapa Kak Fred tidak menolak saja waktu pertama kali ia datang dan memeriksa Kak Fred?” balas Louis.“Bagaimana bisa menolak sedangkan aku tidak sadarkan diri. Saat sadar pun langsung muntah di tubuh Cedric.”“Kakak memuntahi Cedric?”“Iya.”Louis tergelak senang. “Bagus! Aku suka itu.”“Apanya yang bagus. Aku malu jika mengingat hal itu. Bagaimana mungkin lelaki dewasa seperti aku tidak dapat menahan rasa mual itu.”“Mungkin mual saat melihat wajah Cedric.”Frederix menggeleng samar. Louis memang terlihat paling antipati pada Cedric. Itu terjadi sejak ia mengetahui kisah cinta yang lalu antara Keyna dan Cedric.Ketidaksukaan Louis selalu jelas terlihat saat bertemu Cedric. Rahangnya akan mengetat dan wajahnya berubah tidak ramah. Kata-kata yang keluar dari mulutnya pun selalu ketus.“Memang kenapa sih kamu sangat tidak menyukai Cedric?”“Yaa … karena dia mantan Keyna.”“Memangny