Share

2. Kenyataan Pahit

Penulis: El Baarish
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-21 12:53:23

Bab 2

.

“Setiap orang tak bisa mengendalikan orang lain, tapi bisa mengatur hati sendiri, untuk tidak jatuh terlalu dalam.”

*

Aluna kembali membaca nama yang tertulis di kertas yang ada di tangannya. Bahkan hingga ia berulangkali membacanya, nama itu tetap sama. Sama sekali tak berubah, meski pikirannya mengatakan ini mimpi. Ini hanya kekhawatirannya. 

Namun, kenyataan sama sekali tak berubah hanya dengan berpikir ia akan berubah. Nama suami Aluna tertulis jelas di kertas itu.

Aluna yang salah, karena ia hadir setelah Haura memiliki Abian. Namun, perempuan itu tak sepenuhnya salah. Abian tak pernah mengatakan ia telah menikahi perempuan lain di luar sana. Ia merasa di bodohi, Abian menyematkan gelar yang buruk untuknya. Gelar yang paling dibenci Aluna, perebut suami orang.

Lutut Aluna terasa begitu lemas, ditambah gejolak amarah dalam hatinya kian menjadi. Hingga ia terduduk di atas lantai keramik berwarna putih mengkilap, menampakkan bayangan samar wajahnya yang hancur menyedihkan. Duduk meratapi kisah pernikahannya yang mungkin sebentar lagi akan menuju akhir.

Abian telah membohonginya, juga keluarga dan orangtuanya. Namun, ia sama sekali tak membohongi perasaannya untuk Aluna. Perasaan tak cinta yang memang kerap kali ditunjukkan oleh lelaki itu.

Sungguh! Jika saja Aluna tahu bahwa Abian telah menikah dengan Haura, ia pasti akan berusaha lebih keras untuk tak mewujudkan keinginan orangtuanya. Jika saja Aluna tahu, ia tidak akan memberikan pengabdiannya untuk seorang lelaki yang hatinya telah tercuri oleh perempuan lain. Aluna hanya tak sanggup dengan rasa sakitnya.

Aluna benar-benar menyiapkan hatinya sendiri untuk terluka. Terluka dan melukai tanpa sengaja. Melukai hati perempuan lain yang lebih dulu memiliki Abian. 

Perempuan yang mengenakan celana sebatas paha itu mulai meneteskan air mata. Ia merapatkan tubuhnya ke dinding, memeluk lutut sendiri sebagai tumpuan kekuatan. Aluna pernah berpikir untuk berjuang atas cinta Abian. Berjuang untuk mempertahan pernikahannya, karena bagi Aluna menikah adalah sekali dalam hidup. Ia telah merelakan takdir pernikahannya. Namun, lelaki itu sendiri mematahkan usahanya bahkan sebelum ia mencoba. Aluna tak bisa berjuang sendirian tanpa balasan. Ia tak bisa bertahan pada cinta yang bertepuk sebelah tangan, karena Abian sama sekali tak bisa menerimanya.

“Bodoh!” rutuk Aluna pada diri sendiri.

“Kau hanya menyakiti diri.” Kembali Aluna merasakan hantaman keras mengoyak hatinya. Sakit. Bahkan terlalu sakit untuk sekadar dijelaskan. Ia meratapi nasibnya sendirian, seolah dipaksa untuk bungkam. Bahkan, Aluna tak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Aluna hanya bisa menangis, melampiaskan amarah yang memuncak dalam hatinya.

Perempuan itu masih sesenggukan di kamar Haura. Menangis atas kebodohan yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Juga menangis atas rasa kehilangan dalam hatinya. Kehilangan yang nyata, bahwa setelah ini dan nanti, Aluna tetap tak akan ada di hati Abian. Kosong, tak pernah tereja nama Aluna di sana.

Hampir satu jam Aluna menenggelamkan diri dalam tangisan. Perempuan itu bangkit, ia menyimpan kembali buku milik Haura, menata kembali laci itu seperti semula. Lalu, keluar dari kamar yang beberapa waktu lalu membuka rahasia besar untuknya. Rahasia yang begitu menyakitkan dalam hidupnya.

Aluna menyeka sudut matanya dengan kasar. Ia tak ingin menjadi lemah hanya karena lelaki yang tak mencintainya. Ia tak akan memperlihatkan kelemahan itu pada Abian dan Haura. Bagaimana pun, ia berhak bahagia entah dengan cara apa pun.

Aluna kembali ke kamarnya, ia mengambil kunci mobil, ingin pulang ke rumah orang tuanya.

Meskipun sebenarnya, hubungan Aluna dan orangtuanya tak terlalu baik, tepatnya sebelum ia dan Abian menikah. Namun, perempuan itu merasa perlu menenangkan diri di sana. Rumah yang Aluna anggap akan menjadi titik balik kehidupan setelah menikah, hanya menyisakan rasa sakit tak berkesudahan. Pun, saat ini Abian sedang tidak ada di rumah.

“Aku akan nginap di rumah mama.” Aluna keluar dari rumah, ia berkata pada satpam yang menjaga rumahnya. Lelaki itu mengangguk tanpa bertanya, meski melihat mata majikannya sembab. 

Lelaki berusia empat puluh tahunan itu tak berani bertanya, meski ia sering melihat suasana dingin antara majikannya. Namun, tetap saja seorang pekerja tak boleh mencampuri urusan tuannya.

*

Aluna tiba di rumah orangtuanya. Kini ia berada di depan sebuah rumah megah berwarna putih gading. Ia melajukan mobilnya memasuki rumah, diiringi seorang satpam yang menunduk begitu mobilnya memasuki halaman rumah.

“Mama papa udah pulang?” tanya Aluna pada Pak Suryono, satpam yang telah bekerja lama di rumah itu. Seingat Aluna, sejak ia mulai bisa mengingat, Pak Suryono memang telah bekerja di sana.

“Belum, Non.” Pak Suryono menjawab. Aluna sudah bisa menebak jika orangtuanya tentu belum pulang.

Setelah memarkirkan mobilnya, Aluna masuk ke dalam rumah. Ia sempat mendapat sapaan dari Mbok Sumi. Wanita paruh baya itu tergopoh-gopoh berjalan saat mendengar suara pintu terbuka, sepertinya Mbok Sumi sedang mengerjakan sesuatu di dapur. 

“Non, sendirian?” tanya wanita paruh baya itu.

Aluna hanya mengangguk tersenyum dengan terpaksa, lalu tetap menaiki tangga menuju kamarnya.

Aluna membuka pintu kamarnya, terlihat rapi seperti biasanya. Kamar yang telah lama tak ia tempati sejak ia tinggal bersama Abian di rumahnya. 

Perempuan itu merogoh ponsel dari saku hoodie yang ia kenakan. Ia mencari kontak Abian untuk memberitahu bahwa malam ini dirinya tidak tidur di rumah.

“Lakukan apa yang kau sukai, dan aku juga. Tapi tidak dengan klub, bar atau sejenisnya.” Abian menegaskan saat itu, di malam pertama mereka. 

Aluna menatap wajah dingin milik Abian. Wajah dengan raut datar dan tak bersahabat yang sering ia tunjukkan pada Aluna. Untuk pertama kali, ketika Aluna mendengar ucapan dan kalimat Abian, ia merasa sakit itu benar-benar nyata. Sakit atas pernikahan yang dibangun tanpa cinta. Ia berharap Abian berubah dan menjadi suami yang baik seperti kebanyakan orang. Berhari-hari Aluna menunggu, sikap itu masih tetap sama. Dingin dan selalu mengacuhkannya.

Tak ada kecupan hangat, atau romansa manis malam pertama seperti kebanyakan pasangan pada umumnya. Karena hanya dingin dan beku yang terasa di hati keduanya. Abian bahkan berpaling sebelum Aluna menaklukkannya.

“Terserah saja.” Aluna menjawab dengan malas. Ia tak ingin banyak berdebat dengan suaminya. 

Aluna memang kerap menolak saat perjodohan itu diputuskan oleh kedua belah pihak. Namun, ia merasa ingin mencoba untuk memperbaiki suasana hati dan mempertahankan rumah tangganya. Ia ingin membuat Abian sama seperti dirinya, menerima takdir yang berlaku untuk keduanya. 

Aluna tahu, Abian tak pernah ingin mendengar apa pun tentangnya. Abian tak pernah ingin mendengar keluh kesahnya, juga tak ingin tahu apa yang dilakukan Aluna di luar sana. Abian tak peduli. Dan, baru Aluna sadari bahwa ternyata Abian memiliki alasan tersendiri. Lelaki itu punya satu nama di hatinya, perempuan yang bahkan dengan bodohnya tak bisa menyembunyikan foto pernikahannya di rumah itu.

Ck! 

Aluna berdecak pelan seorang diri. Ia tersenyum miring sambil menatap ponsel di tangannya. Menatap layar yang telah menampilkan kontak Abian. Ia ragu untuk melakukan panggilan untuk nomor itu, hanya untuk memberitahu bahwa ia akan menginap di rumah orangtuanya. Sekaku itu, Aluna terlihat miris.

Melawan rasa takut dan ragunya, Aluna malah melakukan panggilan video call. Ia ingin melihat wajah dingin itu saat sedang ketahuan telah membohongi dirinya dan keluarga.

Abian mengaku belum pernah menikah saat ia terpaksa menikahi Aluna. Itu semua ia lakukan karena ibunya, lelaki itu tak ingin kembali melihat ibunya dirawat di rumah sakit karena penyakit sesak yang dideritanya. Lelaki itu berkorban, dan mengorbankan orang lain secara bersamaan.

Aluna dan Abian sama-sama menyayangi ibunya. Mereka sama-sama tak ingin melihat keduanya terluka. Lalu, membiarkan hati sendiri remuk tak berbentuk.

Andai Aluna lebih dulu tahu tentang semua ini, ia tak akan pernah ingin menyentuh hati itu. Ia tak akan masuk ke dalam kehidupannya. Andai waktu bisa diputar kembali, Aluna tak akan pernah datang ke klub malam itu, dan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

Dua kali Aluna melakukan panggilan video call. Namun, tak ada tanda-tanda Abian akan mengangkatnya untuk melihat wajahnya. Padahal kontaknya terlihat aktif. Ah, mustahil sekali lelaki itu merindukan sosok Aluna. Tiba-tiba Aluna tertawa sedikit keras sambil mencengkeram erat ponsel di tangannya. Perempuan itu tertawa, hingga setetes air meluncur dari matanya. Tetes demi tetes itu menjadi lebih deras saat Aluna membayangkan tubuh sang suami sedang berada di pelukan perempuan lain. Aluna membayangkan Abian dan Haura sedang menikmati bulan madu mereka.

Bulan madu yang entah ke berapa.

Abian menghangatkan perempuan lain. Bukan dirinya. Kenyataan itu berdengung seolah bisikan di telinga Aluna, menghantam sisi hatinya begitu keras hingga membuatnya kembali menangis.

Keduanya mungkin sedang menyatukan rasa dalam penyatuan raga. Sedangkan Aluna hanya menikmati tangisnya sendiri di kamar yang luas itu.

[Aku nginap di rumah mama.]

Send.

Aluna mengirimkan sebuah pesan W******p untuk Abian. Berharap ia membacanya. Aluna tahu, Abian tak pernah menyukai apa pun tentangnya. Namun, di titik ini Aluna merasa nama Abian menghuni hatinya. Lelaki itu tetap suaminya, dan ia berdosa jika keluar rumah tanpa izin sang suami. Aluna memang tak pernah mendalami agamanya sendiri, tapi setidaknya itu adalah pidato sang kyai di hari pernikahan mereka.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
dasar dungu. udah tau kenapa suami mu bersikap seperti itu msh aja berharap. hanya orang dungu yg tetap bertahan setelah diperlakukan seperti itu g usah banyak alasan utk menghibur diri mu sendiri. bahagia g bahagia tergantung dirimu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjanjian Dua Akad   3. Foto Tak Terduga

    Bab 3 .“What a nonsense, Pa?” Aluna berkata dengan sedikit lantang. Ia terkejut dan melebarkan mata saat melihat beberapa lembar foto yang dilempar ayahnya di atas meja. “Kamu yang harusnya jelaskan, Luna?” ucap Farhan menyudutkan putrinya meminta penjelasan. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Aluna. Luna mengambil foto-foto itu dengan tangan yang sedikit gemetar. Ia melihat gambar dirinya dan seorang lelaki di sebuah ranjang. Keduanya tampak sedang tertidur pulas dengan selimut yang menutupi tubuh mereka hingga bagian dada. Hingga dapat terlihat bagian dada bidang milik lelaki itu, dan bahu serta leher Aluna yang putih bersih. Shit! Aluna mengumpat pelan, menatap nyalang ke hadapan disertai tangannya yang mengepal meremas gambar-gambar itu. “Seseorang meletakkannya di depan rumah, mama mengambilnya, dan sekarang ia sedang tidur di kamar. Tensinya naik, dokter bilang mama kamu harus istirahat yang banyak dan tak memikirkan hal yang berat.” Panjang lebar Farhan menjelaskan. I

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Perjanjian Dua Akad   4. Pertemuan

    Bab 4 . Aluna mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, hingga ia tiba di sebuah klub yang terkenal cukup ramai setiap malam Minggu. Perempuan itu ingin melepas beban pikirannya, dan memikirkan cara agar bisa mempertemukan Hafiz dan orangtuanya. Bukan cara mempertemukan tepatnya, tapi cara agar saat mereka bertemu, lelaki itu tak merasa terhina oleh orangtuanya. Aluna berjalan masuk ke dalam ruangan, disambut oleh penjaga di pintu masuk. Di dalam, ia disambut oleh iringan musik dan cahaya remang yang menjadi khas sebuah klub. Bahkan area dance floor sudah terlihat ramai oleh para penari yang mencari kesenangan malam. “Wine atau Vodka?” tanya seorang bartender yang melihat Aluna datang ke hadapannya. Seorang lelaki berwajah khas Eropa itu telah mengenal Aluna sebelumnya. Ia sudah tahu apa yang menjadi favorit perempuan itu jika berkunjung ke klub milik bosnya. Jika Aluna sedang begitu stres, ia akan meminta Vodka dengan kadar alkohol yang lumayan tinggi, hingga membuat gadis itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Perjanjian Dua Akad   5. Mencari Pelaku

    PERJANJIAN DUA AKAD PART 5 🍁🍁🍁 Aluna terjaga, tapi terasa sulit untuk membuka mata. Ia masih merasakan kepalanya berat, pusing dan badannya yang terasa lemas. Perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan berat berharap rasa pusingnya segera hilang. Dalam pejaman matanya, Aluna berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Apa yang ia makan hingga menjadi seperti itu. Perlahan ia membuka mata, dan seketika ia bergerak menjauh saat melihat seorang lelaki bertelanjang dada sedang tertidur pulas di sampingnya. Aluna spontan berteriak, hingga membuat lelaki itu terbangun. Lelaki yang terakhir kali dilihat Aluna sedang menikmati minumnya di sebuah klub yang sama dengannya. Abian Rajendra mengerjapkan mata, mencoba menyesuaikan cahaya dengan matanya sambil memegangi kepalanya. “Sialan! Kamu ngapain di sini, kamu apakan aku, hah?” cecar Aluna menyerang tubuh kekar lelaki itu. Abian yang tak siap menerima serangan, hanya bisa menahan pukulan Aluna dengan dua tangannya. Lelaki itu terban

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-03
  • Perjanjian Dua Akad   6. Ancaman sang Papa

    JANJI DUA AKADPART 6🍁🍁🍁Abian dan Aluna telah membuat kesepakatan tentang perubahan tubuh Aluna. Perempuan itu akan mengabarkan apa saja yang terjadi setelah malam itu. Tepatnya jika Aluna hamil atau tidak, karena itu cukup membuktikan bahwa mereka memang tidak melakukan apa pun dan murni dijebak.Seminggu kemudian, Aluna baru bisa bernapas lega saat ia mendapat tamu bulanan seperti biasanya. Aluna tak mengalami tanda-tanda kehamilan. Ia juga membeli beberapa test pack untuk mengecek kehamilan, tapi tidak ada garis yang berubah dari sana.Aluna benar-benar bisa tersenyum saat melihat benda itu di tangannya. Itu artinya ia tak kehilangan segalanya dan akan berakhir dengan masa depan yang suram.“Aku baru saja dapat tamu bulanan. Aku nggak hamil.”Aluna segera menghubungi Abian, agar lelaki itu tahu berita penting tentang ini. Tak bisa disembunyikan, keduanya benar-benar merasa lega dengan kenyataan yang mereka dapat. Tersenyum karena tak akan terpaksa harus menikah karena tragedi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05
  • Perjanjian Dua Akad   7. Gagal

    PERJANJIAN DUA AKADPART 7🍁🍁🍁Abian tak bisa membuktikan bahwa ia dan Aluna dijebak dalam sebuah kamar di hotel. Ia tak bisa membawa sang pelaku dalam kurun waktu satu kali dua puluh empat jam. Lelaki itu membanting ponselnya ke atas kasur, setelah beberapa menit lalu menerima panggilan dari utusannya yang ditugaskan untuk mencari tahu tentang kejadian malam itu.“Terlalu banyak orang di klub malam itu, Pak. Tidak ada yang merasa melihat orang mencurigakan.”Lelaki suruhan Abian memberitahu. Ia datang ke klub di mana Abian dan Aluna sempat menikmati malam mereka. Tidak ada yang bisa bersaksi atas kejadian itu. Malam itu klub terlalu ramai, dan tidak ada yang tahu mereka datang dari mana saja. Karena layaknya sebuah klub bebas didatangi oleh siapa saja.Abian benar-benar menyesal karena datang ke klub malam itu. Seharusnya kejadian itu tak terjadi andai saja ia tak mengabaikan nasihat seseorang. Seseorang yang begitu spesial dalam hidupnya.“Berjanjilah untuk tidak mabuk lagi, untu

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-14
  • Perjanjian Dua Akad   8. Egois

    PERJANJIAN DUA AKADPART 8🍁🍁🍁Dua hari kemudian, Abian terpaksa bertunangan dengan Aluna. Semuanya disiapkan dalam waktu yang singkat. Termasuk hati keduanya yang dipaksa menerima keadaan.Acara pertunangan berlangsung dengan lancar. Hanya saja kedua calon pengantin sama-sama tak memberikan ekspresi kebahagiaan. Bahkan ketika Abian memasangkan cincin pada jari manis milik Aluna, lelaki itu masih berwajah datar, hingga tatapan tajam Haris dan wajah sendu sang ibu membuatnya terpaksa menyunggingkan senyuman. Seolah tengah mengumumkan kebahagiaan pada semua yang hadir.“Kau yakin ingin menikah denganku?” tanya Abian pada Aluna.Setelah acara pertunangan dan semua tamu telah pulang, keduanya menghabiskan waktu sejenak di taman belakang rumah Aluna. Menghabiskan waktu untuk saling mengungkapkan keterpaksaan dan benci atas keadaan ini.Aluna tersenyum miring mendengar pertanyaan dari Abian. Ia menatap lelaki yang kini berdiri di depannya, sedangkan Aluna duduk di sebuah kursi taman di

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-16
  • Perjanjian Dua Akad   9. Menikah

    PERJANJIAN DUA AKADPART 9🍁🍁🍁“Saya terima nikah dan kawinnya Aluna Namira binti Farhan Adijaya dengan mas kawin tersebut tunai.”Dalam sekali tarikan napas, Abian mengucapkan ijab kabul di depan wali, dan para saksi atas pernikahannya dengan Aluna. Pernikahan tanpa cinta yang terjadi karena sebuah kesalahan yang tak pernah mereka lakukan.Pernikahan yang akan mempererat hubungan bisnis orangtua mereka masing-masing. Bukan pernikahan impian untuk mempererat hubungan sepasang pengantin yang baru saja memulai kehidupan baru seperti orang lain.Aluna yang duduk di dekat ibunya meneteskan air mata. Ia menggigit bibirnya sendiri agar isakan tertahan tak keluar dari mulutnya. Biarlah orang yang melihatnya menangis akan mengira ia menangis karena terharu. Terharu karena telah berganti status menjadi seorang istri. Memulai kehidupan baru dan mengarungi rumah tangganya.Biarlah orang melihat seperti itu, karena mereka hanya punya mata untuk melihat. Bukan hati yang peka untuk merasa apa ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • Perjanjian Dua Akad   10. Pengucilan dalam Rumah Tangga

    PERJANJIAN DUA AKADPART 10🍁🍁🍁Setelah menikah, Aluna dan Abian tinggal di hotel selama dua hari. Orangtua keduanya ingin mereka untuk saling kenal satu sama lain dan mengisi hari dengan lebih dekat. Mereka ingin anak-anaknya menikmati waktu berdua.“Pengen bulan madu ke mana?” tanya Haris pada Abian sebelum menikah.Abian mengangkat dua alisnya menatap Haris. Ia sama sekali tak memikirkan hal itu dengan Aluna. Ia sama sekali tak terpikirkan untuk meninggalkan Jakarta dan berbulan madu ke luar negeri atau bahkan luar daerah. Menikah dengannya saja sebuah takdir pahit yang terpaksa ia jalani.“Gak ke mana-mana,” jawab Abian datar.“Harus, Abian.” Abian mengusap rambutnya frustasi. Ia heran menatap orangtuanya yang selalu memaksakan kehendak.“Pa, bukankah Aluna lagi semester akhir? Papa mau dia ulang mata kuliah dengan bulan madu yang sungguh bullshit ini?” Abian mengecilkan volume suaranya, karena jika ibunya mendengar, itu akan melukai hatinya dan menambah beban pikirannya.Seje

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17

Bab terbaru

  • Perjanjian Dua Akad   63. Sama-sama Berjuang

    Bab 22.Minggu, Osaka.Siang ini Aluna dan Hafiz keluar dari hotel menuju mesjid tempat mereka dulunya biasa ikut kajian. Hari ini jadwal kajian bulanan mereka di Jepang.Setelah kajian, keduanya meminta teman-teman lainnya untuk tidak pulang dulu, karena mereka mengadakan tasyakuran atas pernikahannya. Hanya sekadar untuk memberitahu bahwa mereka telah menikah.“Diam-diam nikah nih ya,” kata salah satu teman Aluna.Aluna yang mendengar itu hanya bisa menatap Hafiz, dan keduanya tersenyum.Diam-diam nikah katanya, mereka tidak tahu apa saja yang telah dilalui keduanya.Meskipun mereka sudah seperti keluarga baru bagi Aluna, tapi cukuplah mereka tahu hal-hal baru saja tentangnya.“Oh ternyata Hafiz pulang ke Indo buat nikah nih,” goda teman Hafiz lainnya.“Iyalah, emangnya kamu jomblo terus!”“Lah, kamu sama aja!”“Beda!”“Beda apanya?”“Kelas kita beda. Kamu pemula, kalau aku mah senior.”“Senior jomblo, ah ngenes!”Suasana jadi lebih hangat karena candaan-candaan mereka. Karena sont

  • Perjanjian Dua Akad   62. Permintaan

    Bab 21.“Saya terima nikahnya Aluna Namira Hussein binti Farhan Adijaya dengan mas kawin tersebut tunai.” Hafiz mengucapkan itu dalam sekali tarikan napas.Ada keyakinan, keteguhan, dan kebahagiaan dalam nadanya.Aluna duduk di samping mama yang masih menggunakan kursi roda itu, di sampingnya juga ada Sisil, sahabat terbaiknya.“Sah?” tanya bapak penghulu kepada semua saksi.Mereka mengangguk dengan tersenyum sambil mengatakan, “sah!”“Alhamdulillah …,” seru orang-orang yang berhadir di sana secara bersamaan.Ada yang mengalir begitu sejuk di hati Aluna saat Hafiz berulang kali menatapnya sebelum ia menjabat tangan penghulu. Juga saatbini, setelah para saksi mengatakan mereka telah sah menjadi suami istri.Mengalir ketenangan akan sebuah keyakinan pada lelaki yang menikahinya.Apalagi kini Hafiz mendekat padanya, sejenak keduanya saling menatap dalam rasa bahagia.Hafiz memegang puncak kepala Aluna dan melafalkan doa setelah ijab kabul. Doa untuk sepasang pengantin yang benar-benar m

  • Perjanjian Dua Akad   61. Seorang Ayah

    Bab 20.Hari itu tepat setelah keputusan sidang perceraian Aluna, saat semuanya telah selesai dan pulang, Abian menghubungi papa Aluna dan meminta waktu untuk bertemu.Farhan mengiyakan karena Abian bilang ada hal yang penting untuk dibicarakan. Sebagai seorang ayah juga seorang lelaki, Farhan memang sakit hati pada Abian, tapi kembali lagi bahwa pada dasarnya ia dan orangtua Abian sendiri yang salah.Seharusnya mereka tak memaksakan kehendak untuk kepentingan diri sendiri. Harusnya sejak awal mereka sadar bahwa seringkali tak ada yang berujung indah dari sebuah pemaksaan. Apalagi urusan hati.Keduanya bertemu di sebuah restoran mewah, dan berbicara setelah selesai makan.“Meskipun berulang kali, aku gak pernah bosan minta maaf pada papa atas apa yang kulakukan untuk Aluna. Aku baru paham ketika aku memiliki Hulya, dan aku gak bisa terima jika ada lelaki yang memperlakukan Hulya seperti aku memperlakukan Aluna. Maaf, Pa …,” ucap Abian panjang lebar.Sudah berulang kali ia meminta maa

  • Perjanjian Dua Akad   60. Kejelasan Hafiz

    Bab 19.Aluna maaf … aku tidak jadi pulang. Aku akan menikah.Aluna membelalakkan mata membaca pesan itu, lalu perlahan matanya mulai meredup. Ada yang terasa perih dalam dadanya.Apa maksudmu, Hafiz? Aku menunggumu sejak tadi.Aluna membalas pesan itu. Namun, sayangnya tak ada lagi balasan Hafiz setelah itu. Hanya pesan yang tercentang dua warna biru, menyisakan rasa yang teramat menyakitkan dalam hati Aluna.Perlahan raut wajahnya berubah, matanya kembali basah. Ia tak menyangka Hafiz akan memberikan luka baru untuknya. Ternyata semua lelaki sama saja, hanya menyisakan trauma bagi Aluna.Lalu, bagaimana ia kini menyembuhkan luka-luka dalam hatinya, disaat lelaki yang ia anggap adalah obat, nyatanya sama saja menyuguhkan racun paling mematikan. Mematikan jiwa dan rasa cintanya.Aluna menangkupkan dua telapak tangan di wajahnya. Ia benar-benar menangis, tak peduli ada banyak orang yang melihatnya. Ia tak habis pikir dengan jalan takdirnya.Bahkan saat ini ia masih duduk di tempat sem

  • Perjanjian Dua Akad   59. Dia Pernah Mencobanya

    Bab 18.Aku sudah bebas, Hafiz. Aku juga sudah selesai masa Iddah.Aluna mengirimkan sebuah chat beserta gambar surat cerai untuk Hafiz. Iya, dia memang ingin memberitahu Hafiz bahwa ia bebas sekarang.Gimana perasaanmu? Hafiz membalas chat Aluna.Jangan ditanya. Aku lega luar biasa. Sekarang aku menantikan nasib baru yang lebih bahagia.Kembali Aluna membalas chat Hafiz. Harusnya tak perlu ditanya, karena Aluna sudah pernah menjelaskan hal ini pada Hafiz sebelumnya.Lusa, aku akan pulang!Kata Hafiz pada akhirnya. Membaca sebaris kalimat itu membuat Aluna bahagia luar biasa.Apa alasanmu pulang adalah aku?Aluna bertanya lagi.Kamu pasti sudah tau itu!Jawab Hafiz.Kupastikan kali ini kita tak akan terhalang restu.Aluna mengakhiri chatnya dengan kalimat itu.Hari ini, tepat pukul lima sore hari, Aluna sudah tiba di bandara demi menunggu kepulangan Hafiz.Beberapa kali ia bahkan melirik ke pintu kedatangan, tapi sayangnya Hafiz belum kelihatan.Aluna tetap menunggu.Ingatan Aluna k

  • Perjanjian Dua Akad   58. Berdamai

    Bab 17.Seminggu setelah itu, sidang kedua perceraian Aluna dan Abian dilangsungkan kembali. Tidak ada hasil dari proses mediasi.“Saya telah diceraikan beberapa waktu yang lalu, disaksikan oleh keluarga saya,” kata Aluna pada pihak pengadilan.“Apakah benar?” tanya pihak pengadilan pada Abian.“Ya,” jawabnya.“Dari awal saya memang tidak mencintainya. Saya hanya terpaksa menikahinya. Sampai kapan pun saya merasa … tidak ada rasa cinta untuk Aluna,”“Saya tidak ingin terus menerus terjebak dalam pernikahan ini.”Begitu jawaban-jawaban Abian saat ia ditanyai oleh pihak pengadilan agama.Separuhnya kenyataan. Sementara separuhnya lagi adalah kebohongan.Ia memang tidak mencinta Aluna, menikah dengannya sebab terpaksa dengan latar belakang jebakan itu.Namun, setelah semua yang terjadi, setelah semua rasa bersalahnya menghampiri, ia merasa mulai ada rasa yang berbeda untuk Aluna.Sayangnya, waktu sudah tak lagi mendukung mereka bersama. Abian melepaskan Aluna, agar gadis itu tak melulu

  • Perjanjian Dua Akad   57. Yang Terbaik

    Bab 16.Semalaman bermandikan hujan, membuat Abian terserang demam, dan tak bangun berhari-hari.Malam itu, ia tetap menunggu Aluna kembali keluar hingga pukul dua pagi ia masih duduk di teras rumah Aluna. Duduk dengan tangan terlipat di dada, menahan dingin dna gigil.Namun, sampai berapa lama pun, tak ada yang keluar. Aluna pun terlihat tak peduli.Beberapa kali security di rumah itu menyarankan Abian untuk pulang, tapi tak diindahkan oleh lelaki itu.Hingga akhirnya ia merasa tubuhnya begitu dingin dari sebelumnya. Ia menggigil, tapi badannya bersamaan terasa panas. Lalu, ia memutuskan pulang dan menyetir dengan cukup hati-hati.“Beri saya obat, sepertinya saya demam!” kata Abian pada asisten rumah tangganya yang saat itu memang terjaga karena sadar bahwa beberapa jam yang lalu tuan rumah pergi entah ke mana.Paginya, Abian menyuruh seorang asisten rumah tangga untuk menghubungi seorang dokter langganan di keluarganya.“Hanya demam biasa karena Anda terlalu lama di bawah hujan. Ta

  • Perjanjian Dua Akad   56. Layakkah?

    Bab 15.“Selama proses mediasi, berjanjilah jangan pernah temui aku!” Aluna menegaskan pada Abian sesaat setelah mereka keluar dari ruang persidangan.Aluna yang didampingi oleh kuasa hukum telah menggugat cerai Abian di kantor pengadilan agama terdekat.Semua bukti sudah ia kumpulkan, mulai dari video saat Abian mencium Haura, saat mereka bahagia dengan kabar kehamilan itu. Video saat Abian diam-diam jalan-jalan ke cafe bersama Haura. Juga kertas perjanjian antara Aluna, Abian dan Haura yang saat itu ditulis tangan dan ditandatangani di atas materai.Aluna menyiapkan semuanya, dikumpulkan dalam satu berkas dan diserahkan pada kuasa hukumnya.Ia berharap, dalam sekali sidang gugatan perceraiannya langsung diterima. Namun, pihak pengadilan harus melakukan proses mediasi.Aluna menjelaskan tentang awal mula pernikahannya dengan Abian. Juga kebohongan-kebohongan yang terjadi dalam pernikahan itu, yang Aluna tak bisa terima.Ia juga menjelaskan posisi Abian yang sejak awal sudah bersalah

  • Perjanjian Dua Akad   55. Hulya Lathifa

    Bab 14.“Aku menepati janji, Pa!”Setelah dari rumah Aluna, Abian pulang ke rumah orangtuanya. Ia langsung masuk ke ruangan kerja sang papa dan berbicara dengan papanya.Haris berdiri di dekat jendela, memandangi entah ke arah mana fokusnya. Ia menoleh saat mendengar suara Abian.Ia mengangguk, karena tadi sudah diberitahukan oleh Farhan bahwa Aluna sudah pulang dengan selamat.“Hulya sedang tidur siang,” kata Haris seraya menatap putranya itu.Hari ini, Abian pulang setelah menepati janji untuk membawa Aluna kembali ke rumah.Ia juga sudah lama menanti hal ini. Abian sudah sangat merindukan buah cintanya bersama Haura. Kurang lebih setahun lamanya Abian tidak bertemu dengan putrinya.Abian mengangguk lesu. Ia rindu, tapi Hulya sedang tidur, sayang jika dibanguni tiba-tiba. Abian tak sabar melihat setumbuh apa putrinya sekarang.Umurnya sudah satu tahun, pasti Hulya sudah bisa berjalan dengan baik. Ia pasti sudah memiliki gigi yang lebih kuat untuk makan.Ah, Abian melewatkan semua

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status