Lapor Tuan Muda, Hakim Surya memberi perintah memanggilmu untuk datang ke pengadilan!!" Pratu Didin datang dalam keadaan keringat dingin. Ia tau pesan ini hanya akan membuat Reza Wiraguna marah. "Brukh!!" Benar saja, mendengar laporan itu Reza Wiraguna langsung menghempaskan apa saja yang ada di meja, ia sudah bisa menebak kalau rencana mereka akan terganggu."Apa yang terjadi? bukankah dia dalam masa berlibur?" tanya Reza Wiraguna dengan rahang yang mengeras. "Hakim Surya memang masih dalam masa berlibur Tuan Muda, tidak ada yang tau alasan mengapa Hakim merubah rencananya dan mengetahui soal Rama!!" jelas Oeatu Didin menjelaskan. "Statusku apa?" tanya Reza Wiraguna, ia berharap setidaknya bisa menghindar hingga Sersan Tio datang. "Saksi Tuan Muda!!" jelas Pratu Didin kemudian. " Hahaha..."Reza terbahak, sepertinya keberuntungan kali ini berpihak padanya."kalian kan, bisa beri alasan kalau aku tidak ada di Mekaragung? Kenapa urusan seperti ini saja kalian tidak bisa mengurusny
"Apa mungkin kau melakukan interaksi dengan warga asing?" tanya Hakim Surya lagi. "Sudah jelas pak tua, aku kan seorang pedagang, setiap pedagang pasti berinteraksi dengan berbagai macam pembeli maupun penjual!!" jelas Rama, ia sudah tau mereka akan menyalahkannya dengan cara itu. "Sudah pasti kau akan kesulitan melawan mereka jika mereka membawa saksi palsu untukmu!!" jelas Hakim Surya, sepertinya ia sudah bisa membaca apa yang akan terjadi pada Rama. "Hahaha... Tidak akan bisa!!" Rama tertawa dengan santai. Ia bahkan sudah tau akan seperti itu, namun musuhnya tidak tau kartu As yang dimiliki Rama. "Bagaimana mungkin tidak bisa, orang-orang seperti mereka pasti akan melakukan segala cara untuk menjatuhkanmu?" tanya Hakim Surya lagi, ia bahkan tidak bisa membaca rencana Rama. "Pak tua, jika mereka memfitnahku mereka pasti menghadirkan saksi palsukan?" tanya Rama, Hakim Surya mengangguk setuju."tapi bagaimana saksi palsu itu akan memfitnahku, aku akan bertanya setidaknya jika
"Jadi bagaimana, apa kau sudah mengumpulkan informasi dari prajurit perbatasan?" tanya Hakim Surya pada Prada Raji. Pratu Samsul bilang Prada Raji berada di tenda perbatasan yang dekat dengan tenda perbatasan utama yang kabarnya terkena penyakit menular. "Tuan, aku mempunyai beberapa teman seangkatan di tenda-tenda utama yang terkena penyakit menular itu!! Menurut informasi yang aku dapatkan, Sersan Harjuna Adipati membawa beberapa pawang obat yang menolong, salah satunya memang ada yang bernama Rama, lebih tepatnya Rama Adipati," kata Prada Raji, ia melirik sebentar pada Hakim Surya yang terlihat sangat mengagumkan. Prada Raji baru kali ini menemui seorang Hakim. "Lanjutkan..." pinta Hakim Surya. "Setau mereka saat itu Tuan Rama dan tim yang ia bawa membantu mengobati para prajurit, kemudian ia juga menyediakan tenda-tenda baru, tenda itu sangat bagus, besar dan tebal Hakim Ketua!! Kemudian ia juga menyediakan kasur empuk, kata Prada yang aku kenal, katanya kasur itu hanya beris
"Apakah di sini ada Tuan Muda yang bernama Rama Adipati?" tanya Kemal kebetulan pada pak Bima yang sedang berada di depan rumah. "Ini rumah keluarga Adipati, siapa kalian? Darimana kalian mengenal Rama anakku?" tanya pak Bima, ia dan ibu Sri sedang bersiap untuk menjenguk Rama di penjara. "Kami warga kampung nelayan, ada hal penting yang harus kami laporkan pada Tuan Muda!!" kata Kemal lagi. Pak Bima memandangi ibu Sri, "kalau ingin bertemu Rama, ikutlah bersama kami." kata pak Bima lagi."naik kereta kuda kami saja!!"tawar pak Bima ketika menyadari bahwa Kemal dan Baron datang dengan berjalan kaki. Kemal dan Baron saling menatap, kaki mereka memang sudah teramat lelah dengan perjalanan jauh ini, jadi mereka menurut untuk ikut bersama di dalam kereta kuda. Namun mereka langsung terpesona dengan kemewahan kereta kuda milik pak Bima. Kali ini yang menjadi kusir adalah Alan dan Toni, Jaya tetap berada di desa, sesuai pesan Rama, Jaya harus melatih pemuda di desa mereka. Jaya tidak
Harjuna terkejut, saat ini begitu banyak tamu berada di rumahnya. Ia baru saja kembali melapor pada Brigjen Raditya, jadi ia memang baru pulang dari ibukota untuk berlibur selama 3 hari. Tapi melihat banyaknya tamu dirumah, membuat Harjuna sepertinya akan mengurungkan liburnya. Terlebih ketika ia melihat pak Bima dan ibu Sri memasuki halaman. Ternyata mereka semua datang dengan satu urusan yang sama, karena Rama dipenjara. "Lapor Sersan, aku adalah Pratu Samsul!! Hakim Ketua memintaku untuk memintamu menjadi saksi pada kasus Rama Adipati." jelas Pratu Samsul, Harjuna mengangguk paham. "Kapan kasusnya dibuka?" "Besok Sersan!!" "Baiklah, kau boleh pergi, aku akan menghadap besok!!" kata Harjuna. Pratu Samsul langsung menangkupkan tangan dan berlalu pergi. Kemudian ada prajurit suruhan pak Arya, karena mereka saling mengenal dengan pak Bima dan ibu Sri, mereka lalu menemui Harjuna bersama. "Siapa kau?" tanya Harjuna pada pengawal pak Arya. "Lapor Sersan, aku adalah pengawa
"Ada mayat!! Ada mayat!!" Jami yang sedang mencari kerang dipinggiran pantai terkejut ketika melihat tubuh Prada Uji tergeletak di pinggir pantai tidak jauh darinya. Mendengar itu Baron dan Kemal Kepala Desa segera menghampirinya, mereka langsung menuju ke tempat yang Jami maksud. Benar saja, tubuh yang mereka kenal dari seragamnya adalah seorang prajurit perbatasan, tergeletak di pinggir pantai. "Bug!!" Baron langsung menggeplak pelan kepala Jami, "orang masih hidup kau teriaki mayat!!" katanya setelah memastikan napas dan detak jantung Prada Uji. "Hei, apa dia diserang kapal besar itu?"kapal itu yang dimaksud Jami adalah kapal bangsa Bar-Bar yang berada di laut yang biasa mereka jadikan tempat mencari ikan. "Kemungkinan besar iya, kita harus segera melaporkan masalah ini kembali!!" sahut Baron. "Setidaknya kita harus merawat prajurit ini terlebih dahulu..." kata Kemal, ia begitu miris melihat keadaan Prada Uji,"sepertinya ia berjuang keras untuk hidup, padahal kapal itu san
"Bawa Rama Adipati masuk ke ruang peradilan!!" Perintah Hakim Surya. Rama yang tadinya berada diluar peradilan dibawa masuk, tangan Rama dalam keadaan terikat. Ketika Rama masuk beberapa Wali Hakim memandang tidak suka padanya, kali ini Argumen dari Sersan Tio memenangkan hati mereka. "Rama Adipati, mengapa kau memiliki obat untuk menyembuhkan penyakit menular?" tanya Hakim Surya. Mendengar suara Hakim Surya yang terdengar akrab membuat Rama menoleh keatas, ia melihat pak tua yang biasa menghampirinya ternyata adalah Hakim Ketua. "Turunkan kepalamu, kau dilarang memandang Hakim!!" Tegur Hakim kedua, Hakim Herry. Rama kemudian menurunkan kepalanya, sepertinya Hakim Ketua yang membuat kasusnya dibuka. "Tuan, aku bisa meracik obat, jadi aku tidak mendapatkan obat itu dari siapapun!!" jelas Rama. "Benarkah, lalu bagaimana caramu meracik obat itu?!" Cerca Sersan Tio, ia tak percaya Rama bisa meracik obat itu, karena hanya mereka yang tau, obat itu hanya dimiliki oleh bangsa ba
"Brakh!! Bukk!! Prang!!" Mayjen Jaka mengamuk, ia menghamburkan semua yang bisa ia jangkau, semua prajurit yang ada di ruangan hanya bisa diam menyaksikan Mayjen Jaka menghancurkan setiap barang, ia bahkan sudah memukuli Sersan Tio dan Reza Wiraguna saat melapor padanya. Jika saja tidak dihalangi, mungkin Sersan Tio dan Reza Wiraguna bisa mati. Bahkan kondisi Reza Wiraguna sangat parah, Sersan Tio masih mending karna ia sudah terbiasa dengan pukulan seperti itu. "Aku minta kalian untuk mengurus Rama dengan cepat, kenapa tidak dibunuh saja sekalian waktu kalian membawanya hah?!" Bentak Meyjen Jaka. "Tuan Besar, banyak orang yang melihat kami ketika membawanya!! Jelas orang akan curiga pada kita!" jelas Reza Wiraguna menahan sakit di sekujur tubuhnya. "Halah!! Kalian ini bisanya cuma alasan, tugas seperti ini saja kalian tidak bisa menyelesaikannya!!" "Maafkan kami Tuan Besar!!" Sersan Tio dan Reza Wiraguna memilih untuk tidak mendebat Mayjen Jaka yang sedang emosi. Mayjen Ja
Andonesia, tahun 2075 Dunia hari ini mengalami kehancuran karena pengrusakan lingkungan oleh perusahaan maupun perorangan. Tapi, manusia tak peduli. Mereka justru berperang di bawah iklim yang berubah total dan tak sadar sebuah batuan besar dari langit menghantam bumi. Semua orang dalam keadaan panik, berlari tanpa tujuan. Bumi gelap seketika ketika kabut hitam aneh datang sementara listrik tengah padam. "Uuuhhh....!" Seorang pria tiba-tiba terbangun dengan tubuh yang terasa pegal, seolah-olah ia sudah tiduran terlalu lama. Pria itu menatap sekitarnya hingga akhirnya beradu pandang dengan perawat yang baru saja memasuki ruangannya dengan ekspresi terkejut. "Dokter Angel! Pasien nomor 10 akhirnya sadar." Perawat tersebut langsung mengabari seorang dokter cantik yang sedang menulis di ruangannya. Mendengar pasien dengan nomer 10 akhirnya sadar, Angel langsung mengikuti perawat yang tadi mengabarinya. "Klek!" Angel membuka pintu itu dan menatap pasien nomer 10 dan langsung
"Dar!!" "Tuan Muda!" jerit Lilia. "Kau sangat berani!!" Baxia mengayunkan ekornya untuk menghantam Jenderal Kris, tubuh Jenderal Kris melayang jauh hingga menghantam badan kapal yang lain, ia mengeluarkan darah dan mati di tempat. 'Bagaimana dengan Tuan Muda?'tanya Lilia. 'Tenanglah baby, aku akan membawa Tuan kembali setelah memberi mereka pengajaran.' Baxia berbalik dan memperlihatkan aura yang sangat dominan serta mengerikan, seketika air laut di sekitar kapal Mamarika bergemuruh. "PULANGLAH DAN JANGAN KEMBALI!! ATAU AKU AKAN BUAT PERHITUNGAN DAN MENGHANCURKAN BANGSA KALIAN!" suara Baxia menggema hingga memekakkan telinga yang mendengarnya, sehingga mereka harus menutup telinga agar tidak terlalu sakit. Jenderal Sean mengangguk sembari menutup telinganya. Mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Baxia berbalik membawa tubuh Rama ke kapal mereka. Pasukan bayangan sudah menunggu Baxia dengan perasaan khawatir. Rama tidak sadarkan diri, saat diperiksa tidak ada tanda-tand
"Fatta, apa kau berhasil menjalin kontrak dengan Naga?" tanya Rama ketika melihat Fatta dan Baxia datang setelah 2 hari berkelana dialam Hewan Spiritual. 2 hari berkelana di alam Hewan Spiritual sama dengan 2 minggu berlalu di alam manusia. Baxia dan Fatta tersenyum, seekor hewan seperti mahluk purba muncul di punggung belakang Fatta, bentuknya sepertinya dinosaurus dengan ukuran mini setinggi setengah meter. Melihat hewan Spiritual milik Fatta, spontan Jaya tertawa terbahak-bahak."Kau berburu Naga, tapi malah mendapatkan Saurus?hahaha...Hewanmu sangat lucu Fatta!" Melihat itu Fatta dengan wajah datarnya memberi perintah kepada Barats, nama yang ia berikan kepada Hewan Spiritualnya untuk menunjukkan bakat uniknya. "Barats, perlihatkan wujud aslimu!!" Barats melompat dari punggung Fatta, ia kemudian memperlihatkan bentuknya yang semakin membesar hingga sebesar Baxia, "RAAAAAOOOOWWWW!!!" Barats memperlihatkan aumannya yang keras di wajah Jaya, Jaya tak mampu berbuat apapun, ia h
"Tuan Muda, apakah kau dari alam Hewan Spiritual?" tanya Fatta yang melihat Rama, Lilia dan Baxia datang bersamaan dari portal keluar alam Hewan spiritual. "Iya, ada apa? Apa ada masalah ketika aku pergi?" tanya Rama lagi, ia melihat ekspresi yang tidak biasa dari Fatta. "Tuan Muda, seharusnya kau mengajakku, aku juga ingin melakukan kontrak dengan Naga," sahut Fatta dengan ekspresi kecewa. Rama menghela napas lega, ia tak menyangka masalahnya seperti itu, ia bahkan sudah berpikiran yang tidak-tidak tadi. "Oho, aku bisa menemanimu!" kata Baxia, ia kemudian membuka kembali portal ke dunia alam Hewan Spiritual. Fatta kemudian menatap Rama dengan tatapan memohon untuk diizinkan pergi. "Baiklah, pergilah!" sahut Rama kemudian. "Terima kasih Tuan Muda," kata Fatta kemudian menghilang bersama Baxia di balik portal alam Hewan Spiritual. "Fatta itu termasuk manusia luar biasa, kekuatannya tidak seperti manusia biasa, apa mungkin dia manusia istimewa? Tapi tidak mudah menjalin kont
Sesampainya mereka di alam Hewan Spiritual, Rama dan Lilia di sambut dengan hangat. Namun para Naga bingung dengan Naga mini yang mengikuti Rama dan Lilia. "Apa Lilia punya anak?""Setauku tidak, Lilia belum memasuki masa kawin,""Lalu kenapa ada bayi Naga?""Mungkin Lilia menemukannya dan kasihan padanya,""Kau benar, bisa jadi seperti itu, tapi bukankah kita para Naga tidak pernah menelantarkan bayinya?""Aaahh.... Kau benar juga, lalu bayi siapa itu?"Semua Naga mulai menebak siapa bayi Naga yang mengikuti Rama dan Lilia, bahkan Ketua Naga terlihat bingung dengan Naga kecil yang mereka bawa. Rama tersadar dengan tatapan aneh sedari tadi yang mereka terima. "Baxia, kau boleh mengubah wujudmu kalau di sini," kata Rama, sepertinya wujud Baxia yang menggemaskan membuat para Naga bertanya-tanya. Mendengar itu Baxia lalu berubah ke wujud asalnya, Naga yang tadinya lucu dan menggemaskan berubah menjadi Naga yang mendominasi, gagah dan sangat kuat. melihat tanda di wajahnya Ketua Naga l
"Jadi apa nama untukku?" tanya Naga jantan yang telah menjalin kontrak dengan Rama itu, bahkan Lilia menatap dengan tidak percaya, bagaimana bisa 2 Naga menjalin kontrak dengan Tuan yang sama, bukan kah Tuan itu tidak akan mampu, tapi yang terjadi Rama terlihat mampu dan tidak kenapa-kenapa. "Kita sudah menjalin kontrak?" tanya Rama memastikan, ia memang merasa ada yang berbeda pada dirinya ketika menjalin kontrak dengan Naga jantan, tidak seperti ketika ia menjalin kontrak dengan Lilia. Bahkan Lilia tersadar, ada perubahan pada bulu putih di bagian wajah Naga jantan, bulu putih itu berkilau keemasan, di bagian sayap juga begitu, Namun ia masih berwarna biru muda, selain itu dan cahaya tadi tidak terjadi apapun kepada Naga jantan. "Apa yang kau lakukan kepada Tuanku?" tanya Lilia, ia khawatir Rama yang malah mendapat imbasnya. "Aku membagi kekuatanku padanya, aku tidak mungkin mencelakainya my love, jika dia mati kau dan aku akan mati juga," sahut Naga jantan, Lilia bersyukur atur
"Maksudmu ada Naga lain selain dirimu saat ini?" tanya Rama, ia melihat Lilia menggeram marah dan mencoba mencari sumber bau itu. "Tuan Muda, aku akan pergi sebentar!" pamit Lilia, ia kemudian menjauh dari desa Mekarsari menuju bukit. 'Lilia, berhati-hatilah dan tetap pertahankan komunikasi kita."pinta Rama, ia terlihat khawatir melihat Lilia yang pergi begitu saja. 'Tentu Tuan Muda, aku adalah Naga penjaga sekaligus Naga petarung, jangan khawatir aku akan segera kembali,' Sesampainya di bukit kembaran, Lilia berdesis, tanda ia sedang marah, "Tunjukan dirimu, aku tau kau ada di dekatku!" seru Lilia, ia terlihat sangat marah. Kemudian seekor Naga yang lebih tinggi dari Lilia muncul, Naga itu memiliki warna biru muda dengan warna putih sayap di bagian mata. Matanya berwarna hitam pekat, sudah bisa ditebak Naga ini adalah Naga jantan. "Aku tak menyangka kau akan menyadari kehadiranku, "Naga itu terlihat sangat mendominasi, berbeda dengan Naga jantan yang biasa Lilia temui. Lili
'Lilia, apa yang terjadi?'tanya Rama. Lilia menatap ke arah bangungan Houston yang tak jauh dari dirinya, Xiao Wang Li dan Jessica berada. 'Tuan Muda, bangsa Mamarika sepertinya membuat senjata baru untuk memerangi kita,' 'Senjata baru, Seperti apa?'tanya Rama kembali. 'Senjata itu memiliki pelontar, berbentuk bulat berduri, diberi api dan ketika meluncur serta mengenai target, maka akan meledak di waktu tertentu, "jelas Lilia, ia menggeram marah. Ingin rasanya Lilia menghancurkan bangsa Mamarika sekarang juga, kalau saja bukan Rama yang melarang maka Lilia sudah membumihanguskan bangsa itu. 'Lilia tenanglah, bawa Xiao Wang Li dan adiknya kembali terlebih dahulu ke Mekarsari,' pinta Rama. "Xiao, Tuan Muda meminta kita untuk kembali terlebih dahulu ke Mekarsari," jelas Lilia setelah selesai berkomunikasi dengan Rama. Xiao Wang Li dan Jessica terlihat kebingungan sebelum akhirnya Lilia kembali bersuara. "Aku dan Tuan Muda terjalin kontrak, karena itu kami bisa berkomunikasi sec
"Lilia!!" Kali ini Xiao Wang Li sangat senang bertemu Lilia, ia tak menyangka kalau Lilia selama ini bersamanya. "Rrrrrgggghhhh... Rrrrrgggghhhh... " Lilia mulai berdesis, ia siap mengeluarkan laharnya kapanpun ia mau, jika ada yang berani mendekat siap-siap saja dibakar sampai hangus. "Prajurit!!" Jenderal Kris berteriak memanggil prajurit bersenjata api. Para prajurit mulai mengepung Lilia dan Xiao Wang Li, mereka juga mulai siaga dengan mengompa senjata api. "Jangan mendekat atau kalian aku bakar!!" ancam Lilia lagi, pasukan Mamarika mulai gentar, terlebih dengan apa yang baru mereka lihat. Naga benar-benar nyata!! Bukannya takut, Jenderal Kris menjadi berambisi untuk menjinakkan Lilia dan menjadikannya hewan milik mereka, mereka tidak tau jika hewan spiritual yang menjalin kontrak tidak bisa dijinakkan. "Tangkap Naga itu!!" perintah Jenderal Kris, pasukan Mamarika agak kebingungan, dengan apa mereka harus menangkap Naga yang memiliki tinggi 2 kali lipat lebih dari manusia.