"Cepat bergerak!!" seorang Pratu mengarahkan para tahanan untuk pergi ke hutan yang berada di belakang penjara. Hutan tersebut masih terhubung dengan penjara dan dikelilingi tembok yang tinggi, sangat tidak memungkinkan para tahanan untuk kabur. Tangan para tahanan tidak di ikat, namun kaki mereka di beri rantai agar tidak bisa pergi jauh karena membuat mereka kesulitan saat bergerak. Tapi bagi Rama dengan tangan bebas tak terikat membuatnya lebih leluasa membeli barang di onshop. "Cari kayu bakar sebanyak mungkin dan kumpulkan di sini!! siapa yang tidak mendapatkan kayu bakar yang banyak maka akan dihukum!!" teriak Pratu itu sembari mengarahkan para tahanan. Terlihat beberapa prajurit penjaga di setiap tembok pengawas dengan busur ditangan mereka, para tahanan mulai menyebar mencari kayu bakar, tak ada yang berani kabur dengan tembok yang tinggi serta para penjaga yang mengawasi mereka dengan busur ditangan. "Fatta!!" Rama menarik Fatta keluar dari kotak penyimpanan, saat ini
Lapor Tuan Muda, Hakim Surya memberi perintah memanggilmu untuk datang ke pengadilan!!" Pratu Didin datang dalam keadaan keringat dingin. Ia tau pesan ini hanya akan membuat Reza Wiraguna marah. "Brukh!!" Benar saja, mendengar laporan itu Reza Wiraguna langsung menghempaskan apa saja yang ada di meja, ia sudah bisa menebak kalau rencana mereka akan terganggu."Apa yang terjadi? bukankah dia dalam masa berlibur?" tanya Reza Wiraguna dengan rahang yang mengeras. "Hakim Surya memang masih dalam masa berlibur Tuan Muda, tidak ada yang tau alasan mengapa Hakim merubah rencananya dan mengetahui soal Rama!!" jelas Oeatu Didin menjelaskan. "Statusku apa?" tanya Reza Wiraguna, ia berharap setidaknya bisa menghindar hingga Sersan Tio datang. "Saksi Tuan Muda!!" jelas Pratu Didin kemudian. " Hahaha..."Reza terbahak, sepertinya keberuntungan kali ini berpihak padanya."kalian kan, bisa beri alasan kalau aku tidak ada di Mekaragung? Kenapa urusan seperti ini saja kalian tidak bisa mengurusny
"Apa mungkin kau melakukan interaksi dengan warga asing?" tanya Hakim Surya lagi. "Sudah jelas pak tua, aku kan seorang pedagang, setiap pedagang pasti berinteraksi dengan berbagai macam pembeli maupun penjual!!" jelas Rama, ia sudah tau mereka akan menyalahkannya dengan cara itu. "Sudah pasti kau akan kesulitan melawan mereka jika mereka membawa saksi palsu untukmu!!" jelas Hakim Surya, sepertinya ia sudah bisa membaca apa yang akan terjadi pada Rama. "Hahaha... Tidak akan bisa!!" Rama tertawa dengan santai. Ia bahkan sudah tau akan seperti itu, namun musuhnya tidak tau kartu As yang dimiliki Rama. "Bagaimana mungkin tidak bisa, orang-orang seperti mereka pasti akan melakukan segala cara untuk menjatuhkanmu?" tanya Hakim Surya lagi, ia bahkan tidak bisa membaca rencana Rama. "Pak tua, jika mereka memfitnahku mereka pasti menghadirkan saksi palsukan?" tanya Rama, Hakim Surya mengangguk setuju."tapi bagaimana saksi palsu itu akan memfitnahku, aku akan bertanya setidaknya jika
"Jadi bagaimana, apa kau sudah mengumpulkan informasi dari prajurit perbatasan?" tanya Hakim Surya pada Prada Raji. Pratu Samsul bilang Prada Raji berada di tenda perbatasan yang dekat dengan tenda perbatasan utama yang kabarnya terkena penyakit menular. "Tuan, aku mempunyai beberapa teman seangkatan di tenda-tenda utama yang terkena penyakit menular itu!! Menurut informasi yang aku dapatkan, Sersan Harjuna Adipati membawa beberapa pawang obat yang menolong, salah satunya memang ada yang bernama Rama, lebih tepatnya Rama Adipati," kata Prada Raji, ia melirik sebentar pada Hakim Surya yang terlihat sangat mengagumkan. Prada Raji baru kali ini menemui seorang Hakim. "Lanjutkan..." pinta Hakim Surya. "Setau mereka saat itu Tuan Rama dan tim yang ia bawa membantu mengobati para prajurit, kemudian ia juga menyediakan tenda-tenda baru, tenda itu sangat bagus, besar dan tebal Hakim Ketua!! Kemudian ia juga menyediakan kasur empuk, kata Prada yang aku kenal, katanya kasur itu hanya beris
"Apakah di sini ada Tuan Muda yang bernama Rama Adipati?" tanya Kemal kebetulan pada pak Bima yang sedang berada di depan rumah. "Ini rumah keluarga Adipati, siapa kalian? Darimana kalian mengenal Rama anakku?" tanya pak Bima, ia dan ibu Sri sedang bersiap untuk menjenguk Rama di penjara. "Kami warga kampung nelayan, ada hal penting yang harus kami laporkan pada Tuan Muda!!" kata Kemal lagi. Pak Bima memandangi ibu Sri, "kalau ingin bertemu Rama, ikutlah bersama kami." kata pak Bima lagi."naik kereta kuda kami saja!!"tawar pak Bima ketika menyadari bahwa Kemal dan Baron datang dengan berjalan kaki. Kemal dan Baron saling menatap, kaki mereka memang sudah teramat lelah dengan perjalanan jauh ini, jadi mereka menurut untuk ikut bersama di dalam kereta kuda. Namun mereka langsung terpesona dengan kemewahan kereta kuda milik pak Bima. Kali ini yang menjadi kusir adalah Alan dan Toni, Jaya tetap berada di desa, sesuai pesan Rama, Jaya harus melatih pemuda di desa mereka. Jaya tidak
Harjuna terkejut, saat ini begitu banyak tamu berada di rumahnya. Ia baru saja kembali melapor pada Brigjen Raditya, jadi ia memang baru pulang dari ibukota untuk berlibur selama 3 hari. Tapi melihat banyaknya tamu dirumah, membuat Harjuna sepertinya akan mengurungkan liburnya. Terlebih ketika ia melihat pak Bima dan ibu Sri memasuki halaman. Ternyata mereka semua datang dengan satu urusan yang sama, karena Rama dipenjara. "Lapor Sersan, aku adalah Pratu Samsul!! Hakim Ketua memintaku untuk memintamu menjadi saksi pada kasus Rama Adipati." jelas Pratu Samsul, Harjuna mengangguk paham. "Kapan kasusnya dibuka?" "Besok Sersan!!" "Baiklah, kau boleh pergi, aku akan menghadap besok!!" kata Harjuna. Pratu Samsul langsung menangkupkan tangan dan berlalu pergi. Kemudian ada prajurit suruhan pak Arya, karena mereka saling mengenal dengan pak Bima dan ibu Sri, mereka lalu menemui Harjuna bersama. "Siapa kau?" tanya Harjuna pada pengawal pak Arya. "Lapor Sersan, aku adalah pengawa
"Ada mayat!! Ada mayat!!" Jami yang sedang mencari kerang dipinggiran pantai terkejut ketika melihat tubuh Prada Uji tergeletak di pinggir pantai tidak jauh darinya. Mendengar itu Baron dan Kemal Kepala Desa segera menghampirinya, mereka langsung menuju ke tempat yang Jami maksud. Benar saja, tubuh yang mereka kenal dari seragamnya adalah seorang prajurit perbatasan, tergeletak di pinggir pantai. "Bug!!" Baron langsung menggeplak pelan kepala Jami, "orang masih hidup kau teriaki mayat!!" katanya setelah memastikan napas dan detak jantung Prada Uji. "Hei, apa dia diserang kapal besar itu?"kapal itu yang dimaksud Jami adalah kapal bangsa Bar-Bar yang berada di laut yang biasa mereka jadikan tempat mencari ikan. "Kemungkinan besar iya, kita harus segera melaporkan masalah ini kembali!!" sahut Baron. "Setidaknya kita harus merawat prajurit ini terlebih dahulu..." kata Kemal, ia begitu miris melihat keadaan Prada Uji,"sepertinya ia berjuang keras untuk hidup, padahal kapal itu san
"Bawa Rama Adipati masuk ke ruang peradilan!!" Perintah Hakim Surya. Rama yang tadinya berada diluar peradilan dibawa masuk, tangan Rama dalam keadaan terikat. Ketika Rama masuk beberapa Wali Hakim memandang tidak suka padanya, kali ini Argumen dari Sersan Tio memenangkan hati mereka. "Rama Adipati, mengapa kau memiliki obat untuk menyembuhkan penyakit menular?" tanya Hakim Surya. Mendengar suara Hakim Surya yang terdengar akrab membuat Rama menoleh keatas, ia melihat pak tua yang biasa menghampirinya ternyata adalah Hakim Ketua. "Turunkan kepalamu, kau dilarang memandang Hakim!!" Tegur Hakim kedua, Hakim Herry. Rama kemudian menurunkan kepalanya, sepertinya Hakim Ketua yang membuat kasusnya dibuka. "Tuan, aku bisa meracik obat, jadi aku tidak mendapatkan obat itu dari siapapun!!" jelas Rama. "Benarkah, lalu bagaimana caramu meracik obat itu?!" Cerca Sersan Tio, ia tak percaya Rama bisa meracik obat itu, karena hanya mereka yang tau, obat itu hanya dimiliki oleh bangsa ba