Ketika mereka tiba di rumah Xiao Yuan, dengan segera Xiao Yuan menyuruh para pelayan di rumahnya untuk membuat makanan.
Dia mempersilahkan Tianlan dan Zhaoyang untuk duduk sebelum mereka memulai obrolan mereka.
"Tuan, apakah aku boleh menanyakan satu hal?" Ucap Xiao Yuan sedikit ragu.
Tianlan tidak banyak bicara, dia hanya mengangguk sebagai jawaban.
Melihat itu, Xiao Yuan menghembuskan nafas lega, tetapi dia masih terlihat ragu.
"Kemana penutup wajah yang biasa Tuan kenakan? Dulu Tuan selalu mengenakan penutup wajah."
Tianlan melihat Xiao Yuan dengan sebelah alis terangkat.
Merasa gugup, dengan segera Xiao Yuan mengibaskan kedua tangannya ke samping, "Ah! Saya mengenali Tuan karena melihat Zhaoyang. Saya mengenal Zhaoyang, jadi saya menyimpulkan bahwa yang berada bersama Zhaoyang pastilah Tuan Xie."
Tianlan masih tidak menjawab. Di saat bersamaan, makanan yang Xiao Yuan minta segera disiapkan di atas meja.
Zhao
Malam itu, Tianlan berangkat sendirian menuju bukit awan. Zhaoyang ia tinggalkan di penginapan. Bocah itu terlihat sangat letih dan mengantuk, jadi sebaiknya Tianlan tidak membawa anak itu bersamanya sekarang. Tianlan ke sana hanya untuk melihat-lihat, jika memang benar ada sesuatu seperti monster atau pun iblis, maka Tianlan hanya perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan makhluk itu sebelum melakukan pemusnahan. Rute menuju Sekte tersebut terbilang sangat sulit. Jalan yang dulunya sering digunakan oleh murid-murid Sekte kini tak lagi tampak karena ditutupi oleh akar-akar dan pepohonan rindang. Tianlan saja harus menghabiskan waktu hampir 15 menit untuk bisa sampai ke gerbang masuk menuju Sekte. Tianlan melihat gerbang besar di hadapannya. Gerbang itu sangat unik. Kedua pilar berdiri kokoh di tempat masing-masing dengan dihiasi oleh banyak Giok berwarna hijau. Ada sebuah papan di antara kedua pilar yang dicoret menggunakan tinta emas. "Sekte Awan Giok." Gumam
Duarr "Tidak, dia bukan iblis tingkat atas," Gumam Tianlan saat melihat tubuh Pelukis Hua Rong yang terhempas kencang ke belakang, menyebabkan beberapa pohon yang ada di sana tumbang. Lalu? Seberapa tinggi tingkat Kultivasi Pelukis Hua Rong Sampai Tianlan sendiri tidak bisa memastikannya? Entahlah, Tianlan juga tidak tahu pasti. Tetapi sepertinya tingkat Kultivasinya lebih tinggi dibanding Tianlan. Pertarungan terus berlanjut, kekuatan yang dimiliki Iblis itu semakin kuat dari waktu ke waktu. Gerakannya semakin gesit dan lincah, aura hitam yang dikeluarkannya juga semakin pekat. Berbeda dengan Iblis Cheng Yu yang hanyalah Iblis tingkat rendah level 3, dari pengamatan Tianlan, Iblis yang ini adalah Iblis tingkat menengah. Sudah pasti Iblis ini lebih kuat dibanding Iblis Cheng Yu. Di bawah sana, Pelukis Hua Rong terus menghindari serangan demi serangan yang ditujukan padanya. Tianlan tidak mengerti kenapa pria it
Sunyi dan tenang.Rasanya situasi ini sedikit tidak mengenakkan bagi Tianlan.Tianlan menoleh ke samping untuk melihat Hua Rong yang saat ini tengah berdiri diam menatap ke depan, tepatnya ke arah Iblis berkepala kerbau di depan sana."Bagaimana kau bisa tahu kalau Iblis itu sedang tertidur?" Tanya Tianlan saat dia mengingat ucapan Hua Rong ketika mereka bersembunyi beberapa saat yang lalu."Kekuatan iblis itu sudah terkuras banyak akibat dari pertarungan kami. Untuk memulihkan diri, Iblis tingkat menengah harus tidur."Tianlan mengerti sekarang. Dengan kata lain, Iblis itu sedang memulihkan kekuatannya sekarang."Lalu, kenapa kita tidak menyerangnya sekarang?" Tanya Tianlan lagi ketika menyadari bahwa ada peluang besar bagi mereka untuk menyerang iblis itu. Pertahanan seseorang ketika tidur sangat lemah, jadi sangat mungkin bagi mereka untuk melumpuhkan iblis itu sekarang.Hua Rong menatap Tianlan dan tersenyum, "Cobalah."Tia
"Apakah iblis tingkat menengah memiliki kesadaran manusia ketika siang dan menjadi monster ketika malam?" Tanya Tianlan dengan berbisik pada Hua Rong. "Tidak salah, perkataanmu benar adanya. Iblis tingkat menengah memiliki setengah kesadaran manusia. Itu adalah anugerah yang diberikan oleh Raja Iblis Luo kepada mereka. Namun, mereka tidak bisa mengontrol kemampuan itu dengan mudah. Mereka akan kembali menjadi monster ketika malam hari. Hanya Raja Iblis Luo sajalah yang bisa mengendalikan kesadaran mereka dengan benar." Jelas Hua Rong tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari iblis berkepala kerbau di depan sana. Pada awalnya Tianlan mengerti dengan penjelasan Hua Rong, tetapi kalimat terakhir yang pria itu ucapkan membuatnya sedikit kebingungan, "Mengendalikan kesadaran mereka?" "Ketika mereka memiliki kesadaran manusia, kekuatan mereka akan jauh lebih kuat dibandingkan ketika mereka menjadi monster. Jadi ... Kau mengerti, bukan?" Tianlan menger
Matahari semakin naik, bersinar menandakan hari sudah tak lagi malam, dan langit juga sudah mulai menunjukkan hamparan birunya. Tepat di sebuah lapangan luas, arena bertarung milik Sekte Awan Giok, 2 makhluk berbeda jenis berdiri saling berhadapan. Arena bertarung yang telah lama terbengkalai, dan arena yang tak pernah lagi digunakan setelah bertahun-tahun ditinggalkan, sebentar lagi akan kembali terpakai. 2 makhluk berbeda jenis tersebut tak menunjukkan pergerakan yang berarti. Keduanya hanya diam sembari menatap satu sama lain. Angin berhembus pelan, menerbangkan ujung pakaian yang dikenakan Tianlan. Helai rambutnya yang panjang juga ikut terbawa angin, sedikit anak rambut menutupi sebagian wajahnya. Matanya menyipit pelan saat anak-anak rambut tersebut mengenai ujung matanya. Tianlan menatap tajam ke arah makhluk berkepala kerbau di depan sana. Ia tidak boleh bertindak gegabah, saat ini Iblis itu sedang berada pada kesadaran manusia, Iblis itu akan menjadi jauh lebih cerdas da
Para warga desa Zao kini terlihat telah memenuhi kaki bukit. Mereka berkerumun di sana karena penasaran dengan apa yang terjadi di atas sana. "Apa yang terjadi?" "Apakah kau juga mendengarnya? Ledakannya sangat besar." "Apa yang menyebabkan ledakan sebesar itu?" "Apakah terjadi sesuatu?" Masing-masing dari mereka melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tak seorangpun bisa menjawabnya. Ditengah kebingungan para warga, tampak seekor hewan berbentuk kucing mirip rubah dengan seorang anak laki-laki di atas punggungnya berlari cepat, menerobos kerumunan. Hewan tersebut beserta anak laki-laki di punggungnya berlari cepat menuju ke atas bukit. "Apa itu tadi?" "Kemana mereka akan pergi?" "Apakah mereka berniat untuk naik ke atas bukit? Bukankah di sana ada monster pemakan manusia?" "Hei! Bocah! Jangan ke sana! Terlalu berbahaya!" Seolah tuli, anak laki-laki tersebut tidak mendengar teriakan dari kerumunan dan terus menunggangi hewannya menuju ke atas bukit. Hewan itu tak berhenti
Mengingat semua kejadian itu, Fushao semakin marah. Ia marah dengan dirinya sendiri karena telah bertindak bodoh. Sekuat tenaga Fushao berusaha bergerak, urat-urat dari leher dan kedua lengannya muncul. Fushao menggertakkan giginya, berpikir bahwa dengan begitu maka kekuatannya akan bertambah. Pada akhirnya Fushao berhasil terlepas dari teknik jarum hantu Tianlan. Namun, itu tak berlangsung lama, karena Tianlan kembali membuat Fushao tidak bergerak setelah ia mengeluarkan teknik jarum hantu untuk yang kedua kalinya. Kali ini tekniknya memiliki kapasitas kekuatan yang lebih kuat. Jadi, sekuat apapun musuh, jika ia ingin lepas, maka ia harus memohon kepada Tianlan hingga Tianlan mau melepaskannya. Fushao kehabisan tenaga, ia tak bisa terus-terusan menguras tenaganya karena ia yakin, bahwa ia tak akan bisa melepaskan diri dari jebakan ini. Tianlan menyadari bahwa tenaga qi-nya masih berlimpah. Teknik jarum hantu yang ia gunakan dikenal dengan penggunaan qi-nya yang lumayan besar.
Setelah beberapa detik terdiam, Tianlan kembali merapikan rambut Zhaoyang yang masih sedikit berantakan dan menatap Hua Rong. "Tidak." Angin berhembus sesaat setelah Tianlan memberikan jawabannya, melewati jarak antara dirinya dan Hua Rong. "Kenapa?" Hua Rong kembali bertanya, ingin mengetahui alasan dibalik penolakan sang Kultivator jenius di hadapannya. Tianlan mengangkat sebelah alisnya, merasa heran dengan pertanyaan Hua Rong. Ia berpikir bahwa dengan hanya 1 penolakan darinya, maka Hua Rong tidak akan bertanya lagi. Namun, ternyata dugaannya salah, Hua Rong sepertinya bukanlah tipe orang yang mudah menerima penolakan. "Aku tidak bisa percaya kepada orang asing yang baru saja kutemui," jawab Tianlan jujur. Hua Rong menyipitkan kedua matanya, sedikit terkesan dengan jawaban yang diberikan Tianlan. Senyum di bibirnya mengembang, sudut bibirnya yang runcing semakin menambah kesan licik pada dirinya. Semua yang ada pada dirinya mirip sekali dengan seekor rubah, tajam dan memani