Sunyi dan tenang.
Rasanya situasi ini sedikit tidak mengenakkan bagi Tianlan.
Tianlan menoleh ke samping untuk melihat Hua Rong yang saat ini tengah berdiri diam menatap ke depan, tepatnya ke arah Iblis berkepala kerbau di depan sana.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau Iblis itu sedang tertidur?" Tanya Tianlan saat dia mengingat ucapan Hua Rong ketika mereka bersembunyi beberapa saat yang lalu.
"Kekuatan iblis itu sudah terkuras banyak akibat dari pertarungan kami. Untuk memulihkan diri, Iblis tingkat menengah harus tidur."
Tianlan mengerti sekarang. Dengan kata lain, Iblis itu sedang memulihkan kekuatannya sekarang.
"Lalu, kenapa kita tidak menyerangnya sekarang?" Tanya Tianlan lagi ketika menyadari bahwa ada peluang besar bagi mereka untuk menyerang iblis itu. Pertahanan seseorang ketika tidur sangat lemah, jadi sangat mungkin bagi mereka untuk melumpuhkan iblis itu sekarang.
Hua Rong menatap Tianlan dan tersenyum, "Cobalah."
Tia
"Apakah iblis tingkat menengah memiliki kesadaran manusia ketika siang dan menjadi monster ketika malam?" Tanya Tianlan dengan berbisik pada Hua Rong. "Tidak salah, perkataanmu benar adanya. Iblis tingkat menengah memiliki setengah kesadaran manusia. Itu adalah anugerah yang diberikan oleh Raja Iblis Luo kepada mereka. Namun, mereka tidak bisa mengontrol kemampuan itu dengan mudah. Mereka akan kembali menjadi monster ketika malam hari. Hanya Raja Iblis Luo sajalah yang bisa mengendalikan kesadaran mereka dengan benar." Jelas Hua Rong tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari iblis berkepala kerbau di depan sana. Pada awalnya Tianlan mengerti dengan penjelasan Hua Rong, tetapi kalimat terakhir yang pria itu ucapkan membuatnya sedikit kebingungan, "Mengendalikan kesadaran mereka?" "Ketika mereka memiliki kesadaran manusia, kekuatan mereka akan jauh lebih kuat dibandingkan ketika mereka menjadi monster. Jadi ... Kau mengerti, bukan?" Tianlan menger
Matahari semakin naik, bersinar menandakan hari sudah tak lagi malam, dan langit juga sudah mulai menunjukkan hamparan birunya. Tepat di sebuah lapangan luas, arena bertarung milik Sekte Awan Giok, 2 makhluk berbeda jenis berdiri saling berhadapan. Arena bertarung yang telah lama terbengkalai, dan arena yang tak pernah lagi digunakan setelah bertahun-tahun ditinggalkan, sebentar lagi akan kembali terpakai. 2 makhluk berbeda jenis tersebut tak menunjukkan pergerakan yang berarti. Keduanya hanya diam sembari menatap satu sama lain. Angin berhembus pelan, menerbangkan ujung pakaian yang dikenakan Tianlan. Helai rambutnya yang panjang juga ikut terbawa angin, sedikit anak rambut menutupi sebagian wajahnya. Matanya menyipit pelan saat anak-anak rambut tersebut mengenai ujung matanya. Tianlan menatap tajam ke arah makhluk berkepala kerbau di depan sana. Ia tidak boleh bertindak gegabah, saat ini Iblis itu sedang berada pada kesadaran manusia, Iblis itu akan menjadi jauh lebih cerdas da
Para warga desa Zao kini terlihat telah memenuhi kaki bukit. Mereka berkerumun di sana karena penasaran dengan apa yang terjadi di atas sana. "Apa yang terjadi?" "Apakah kau juga mendengarnya? Ledakannya sangat besar." "Apa yang menyebabkan ledakan sebesar itu?" "Apakah terjadi sesuatu?" Masing-masing dari mereka melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tak seorangpun bisa menjawabnya. Ditengah kebingungan para warga, tampak seekor hewan berbentuk kucing mirip rubah dengan seorang anak laki-laki di atas punggungnya berlari cepat, menerobos kerumunan. Hewan tersebut beserta anak laki-laki di punggungnya berlari cepat menuju ke atas bukit. "Apa itu tadi?" "Kemana mereka akan pergi?" "Apakah mereka berniat untuk naik ke atas bukit? Bukankah di sana ada monster pemakan manusia?" "Hei! Bocah! Jangan ke sana! Terlalu berbahaya!" Seolah tuli, anak laki-laki tersebut tidak mendengar teriakan dari kerumunan dan terus menunggangi hewannya menuju ke atas bukit. Hewan itu tak berhenti
Mengingat semua kejadian itu, Fushao semakin marah. Ia marah dengan dirinya sendiri karena telah bertindak bodoh. Sekuat tenaga Fushao berusaha bergerak, urat-urat dari leher dan kedua lengannya muncul. Fushao menggertakkan giginya, berpikir bahwa dengan begitu maka kekuatannya akan bertambah. Pada akhirnya Fushao berhasil terlepas dari teknik jarum hantu Tianlan. Namun, itu tak berlangsung lama, karena Tianlan kembali membuat Fushao tidak bergerak setelah ia mengeluarkan teknik jarum hantu untuk yang kedua kalinya. Kali ini tekniknya memiliki kapasitas kekuatan yang lebih kuat. Jadi, sekuat apapun musuh, jika ia ingin lepas, maka ia harus memohon kepada Tianlan hingga Tianlan mau melepaskannya. Fushao kehabisan tenaga, ia tak bisa terus-terusan menguras tenaganya karena ia yakin, bahwa ia tak akan bisa melepaskan diri dari jebakan ini. Tianlan menyadari bahwa tenaga qi-nya masih berlimpah. Teknik jarum hantu yang ia gunakan dikenal dengan penggunaan qi-nya yang lumayan besar.
Setelah beberapa detik terdiam, Tianlan kembali merapikan rambut Zhaoyang yang masih sedikit berantakan dan menatap Hua Rong. "Tidak." Angin berhembus sesaat setelah Tianlan memberikan jawabannya, melewati jarak antara dirinya dan Hua Rong. "Kenapa?" Hua Rong kembali bertanya, ingin mengetahui alasan dibalik penolakan sang Kultivator jenius di hadapannya. Tianlan mengangkat sebelah alisnya, merasa heran dengan pertanyaan Hua Rong. Ia berpikir bahwa dengan hanya 1 penolakan darinya, maka Hua Rong tidak akan bertanya lagi. Namun, ternyata dugaannya salah, Hua Rong sepertinya bukanlah tipe orang yang mudah menerima penolakan. "Aku tidak bisa percaya kepada orang asing yang baru saja kutemui," jawab Tianlan jujur. Hua Rong menyipitkan kedua matanya, sedikit terkesan dengan jawaban yang diberikan Tianlan. Senyum di bibirnya mengembang, sudut bibirnya yang runcing semakin menambah kesan licik pada dirinya. Semua yang ada pada dirinya mirip sekali dengan seekor rubah, tajam dan memani
"Iya," jawab Hua Rong santai, seraya menyesap tehnya.Tianlan mengedipkan matanya.Bukan tanpa alasan Tianlan terkejut, pasalnya selama ia berada di dunia ini, semua orang selalu mengatakan bahwa ia cantik, cantik, dan cantik. Tidak ada kata lain selain cantik yang bisa ia dengar.Seperti waktu itu, saat Tianlan bergabung dengan beberapa pemuda yang sedang bergosip tentang rumor Sekte, bahkan mereka mengira bahwa Tianlan adalah seorang nona muda.Baru kali ini ada yang memujinya tampan setelah terdampar di dunia ini. Tianlan merasa tidak sia-sia baginya menerima Hua Rong, ternyata ia menerima orang yang waras."Apakah cuaca begitu panas hingga membuat telinga anda merah Tuan Muda Xie?" ucap Hua Rong saat melihat rona merah di telinga Tianlan.Dengan cepat, Tianlan menutupi telinganya menggunakan kedua tangannya. Dalam hati ia merutuki tingkahnya yang terlihat memalukan.Setelah menyadari tindakannya, perlahan Tianlan melepaskan telinganya. Suasananya jadi sedikit canggung."Terima kas
Waktu berlalu begitu cepat dan hari berikutnya tiba.Kini, Tianlan dan Hua Rong, beserta para warga Desa yang masih bersedia membantu Tianlan telah bersiap dengan peralatan di tangan mereka masing-masing.Beberapa diantara mereka membawa peralatan tukang, seperti palu, gergaji, paku dan cat.Tianlan kembali mengarahkan beberapa orang untuk mengurus bagian-bagian yang telah ia tentukan. Beberapa orang akan memperbaiki dinding-dinding bangunan yang sudah rusak, dan beberapa lainnya akan mengurus sisanya.Para warga terlihat sangat bersemangat, mereka mengerjakan semua yang diarahkan Tianlan dengan senang hati.Ditengah pekerjaan, mereka selingi dengan nyanyian-nyanyian untuk membakar semangat mereka.Tianlan juga tidak tinggal diam. Selain mengarahkan, Tianlan juga ikut membantu beberapa tugas yang dikiranya memerlukan sedikit bantuan darinya.Kini Tianlan telah selesai membantu yang lainnya. Ia dan Hua Rong saat ini sedang memeriksa sekitar Sekte.Banyak bangunan yang awalnya rusak par
Tak menunggu waktu lama, Tianlan langsung menyanggupi syarat yang terbilang sangat mudah tersebut. Ia mendudukkan dirinya di lantai untuk melihat pertunjukan yang akan Hua Rong bawakan.Hua Rong mengambil sebuah kuas dan tinta serta sebuah kertas yang ia temukan di dalam kuil ini.Persis seperti saat ia melakukan pertunjukan di Desa Zao hari itu, Hua Rong melukis terlebih dahulu di atas kertas sebelum kemudian lukisannya menjadi hidup seperti sihir dan melakukan tugasnya.Pada awalnya Hua Rong melemparkan kertas yang telah diisi dengan lukisannya ke atas.Sama seperti waktu itu, kertas itu tak segera jatuh ke tanah, melainkan masih tertahan di udara.Hua Rong kali ini tidak menari seperti saat di Desa Zao. Ia terlihat hanya menggerakkan kuas di tangannya, seolah melukis sesuatu.Tak lama, Hua Rong berhenti melukis. Matanya terpejam, sosoknya berdiri tegak dengan ciri khas seorang sarjana.Saat Hua Rong membuka matanya, sesosok pria berjubah emas yang sama persis dengan yang Tianlan li
Zhaoyang yang melihat Tianlan sudah sadar langsung menghampiri lelaki itu dengan sebuah nampan berisi obat di tangannya.Tianlan menatap Zhaoyang.“Lan-ge, apakah kau baik-baik saja?” tanya Zhaoyang.Tianlan bangkit dari tempat tidur dan merasa punggungnya agak kebas. Mungkin karena lukanya belum sembuh, jadi masih terasa berdenyut.“Berapa lama aku tidak sadarkan diri?” tanya Tianlan..“Tiga hari,” jawab Zhaoyang.Mata Tianlan terbelalak mendengar itu. “Tiga hari? Apa saja yang terjadi saat aku sedang tidak sadarkan diri? Bagaimana keadaan Sekte?”Zhaoyang meletakkan nampan yang ia pegang di atas meja dan menjawab. “Saat kau pingsan, para iblis mundur secara tiba-tiba. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan mereka mundur, tapi Master Hua Rong juga langsung pergi setelah mengantarmu ke kamar.”“Lalu di mana Hua Rong sekarang?” tanya Tianlan.Zhaoyang menggeleng. “Aku tidak tahu, dia tidak mengatakan padaku akan pergi ke mana, dia hanya memintaku menjagamu.”Mendengar itu, Tianlan langsun
Akhirnya, Pangeran Xie pergi untuk melaksanakan tugasnya. Ia membawa pasukan terlatih bersamanya. Sesampainya di dua daratan, pangeran Xie beserta pasukannya mulai menyebarkan rumor yang memicu konflik antara dua daratan itu. Mereka berhasil mengadu domba dua daratan dan meredakan konflik kekaisaran. Membuat para rakyat berhenti mempertanyakan pemerintah kekaisaran. Setelah tugasnya selesai, pangeran Xie kembali ke kekaisaran. Awalnya semuanya berjalan baik-baik saja. Tetapi, situasinya mulai tak terkendali. Konflik antara kedua daratan kian hari kian memanas. Bahkan, sudah ada beberapa kasus penyerangan yang menewaskan beberapa rakyat. Hingga puncaknya, perang besar pecah antara dua daratan itu. Mereka saling menyerang, dan saling membunuh. Tidak ada belas kasihan dalam perang ini. Bukan hanya pasukan militer, tapi anak-anak, para wanita dan para lansia juga ikut menjadi korban. Perang ini berlangsung sampai berhari-hari, yang membuat Pangeran Xie merasa sangat bersalah. Ak
Luo Beng menatap pedang ditangannya dengan wajar sumringah. Ia lalu berdiri dan mengayun-ayunkan pedangnya dengan lihai. Senyum lebar tak pernah luntur dari wajahnya yang rupawan. Tianlan melihat ayunan pedang yang Luo Beng lakukan. Walaupun saat ini Luo Beng hanya sedang bermain-main dengan pedang itu, Tianlan bahkan bisa merasakan kekuatan dari setiap ayunannya. Gerakannya halus dan mengalir tanpa hambatan, tidak berlebihan tetapi kuat. Teknik pedang yang ia gunakan adalah teknik pedang tingkat tinggi. Bahkan di usianya yang masih 16 tahun ini, Luo Beng sudah bisa menggunakan teknik pedang tingkat tinggi. Tidak heran jika nanti dia bisa menjadi Raja Iblis terkuat di alam bawah. Luo Beng sudah selesai mengayun-ayunkan pedangnya dan kembali menghampiri Pangeran Xie. "Apa kau menyukainya?" tanya pangeran Xie. Luo Beng mengangguk antusias. "Karena Kakak Xie yang memberikannya, aku akan menamai pedang ini Zhaoyang Hong, yang artinya matahari terbit. Pedang ini akan bersinar ter
Karena sibuk memikirkan siapa dalang dibalik penyerangan ini, Tianlan tidak bisa fokus dengan para Iblis yang terus menerus menyerang. Ia terlalu shock karena mengetahui banyak fakta yang mengejutkan."Lan-ge!" Zhaoyang berteriak memanggil Tianlan saat melihat salah satu iblis yang ingin menyerang pria itu. "Sial!"Zhaoyang berlari kencang ke arah Tianlan untuk menghentikan iblis itu. Namun, ia sedikit terlambat, karena iblis itu sudah terlebih dahulu mencakar punggung Tianlan. Darah merembes dari punggung Tianlan. Bagian belakang hanfunya kini telah basah oleh darahnya sendiri.Wajahnya pucat, pandangannya buram. Melihat mayat-mayat muridnya yang bergelimpangan, serta kekacauan yang terjadi di sekitarnya. Entah kenapa, rasanya Tianlan seperti pernah melihat moment seperti ini sebelumnya. Di mana ia pernah melihat kejadian seperti ini, semuanya sama persis.Bayangan-bayangan acak kembali muncul dalam benaknya. Ia melihat pedang yang berlapis emas, lalu ia juga melihat topeng berwajah
Guhao menatap keluar jendela istana. Ia menyeringai lebar. Asap hitam menyelimuti tubuhnya yang tegap di bawah sinar rembulan.Istana malam ini terasa sunyi."Sebentar lagi, kekuatanku akan melampaui Raja Iblis Luo. Tetapi bukan dengan cara beradu kekuatan, melainkan beradu kelihaian."Tawanya menggema di seluruh ruangan. Seringaiannya semakin melebar seiring waktu, ia menggenggam erat giok hijau di tangannya.Tubuh yang saat ini ia tempati hanyalah wadah. Selama 700 tahun ia berkelana. Sudah banyak tubuh yang ia rasuki.Tubuh aslinya hanya berupa asap hitam. Jika ia bisa merasuki tubuh Luo Beng, maka ia akan abadi dan menjadi yang paling kuat diantara yang lainnya. "Hahahah." Tawa menggelegar kembali ia keluarkan.Wajah Xie Tianlan muncul dalam benaknya. Semakin ia mengingat wajah itu, maka semakin senang pula hatinya.Reinkarnasi Pangeran Xie telah muncul kembali setelah 700 tahun menghilang. Dia sudah bereinkarnasi untuk yang ke-6 kalinya, namun Luo Beng masih belum bisa mematahka
Tianlan berusaha memejamkan matanya, ia ingin fokus bermeditasi. Konsentrasi penuh ia lakukan hanya untuk mendapatkan ketenangan.Namun, setiap kali dia ingin berkonsentrasi, ada saja hal yang membuyarkan pikirannya. Dari mulai suara langkah kaki para prajurit yang berjaga, lalu suara dahan yang tertiup angin, dan bahkan suara angin itu sendiri. Semunya mengganggu. Tianlan membuka mata, ia menghembuskan nafas lelah. Karena pembicaraannya dengan Guhao beberapa saat yang lalu, ketenangannya terganggu. Bahkan ia tidak melihat Hua Rong sampai sekarang. Ia bertanya-tanya, kemana pria rubah itu pergi sampai selama ini? Ini hanya membuatnya makin stress. "Pangeran Mahkota datang!" Teriak Kasim dari luar kamar Tianlan.Tianlan melihat ke arah pintu, di sana nampak Pangeran Hanji yang sedang berjalan memasuki kamar peristirahatan Tianlan."Maaf mengganggu waktumu Tuan Muda Xie," ucap Pangeran Hanji seraya membungkukkan tubuhnya memberi hormat.Tianlan berdiri dan ikut memberi hormat. Walaupu
'Tidakkah kau merasa seperti De javu pada tempat ini?' Ruan Ning balas bertanya.Sejak awal Tianlan memang merasa pernah datang ke sini dan mengenali tempat ini. Tetapi untuk de javu atau semacamnya, Tianlan belum pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya.Namun, tak lama kemudian Tianlan ingat. Saat di danau bersama Hua Rong malam itu, ia pernah melihat gambaran-gambaran sekilas, yang menyebabkan kepalanya pusing hingga ia hampir tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya."Aku pernah melihat beberapa gambaran. Seperti topeng, lalu jubah, dan kemudian lentera. Aku seolah melihat benda-benda itu secara bergantian," jawab Tianlan sambil mengingat gambaran-gambaran itu.Ruan Ning tidak mengatakan apa pun lagi. Untuk beberapa saat mereka terdiam. Tidak ada yang membuka suara, sehingga ruangan itu berubah sunyi.'Tidakkah mau berpikir bahwa itu adalah ingatan dari kehidupan masa lalumu? Mungkin dari kehidupanmu yang sebelum-sebelumnya, yang kau lupakan dan muncul lagi saat ini.'Tianlan terliha
"Apakah kau mengira kau akan bisa melampauiku dengan cara seperti ini?"Tawa remeh pria misterius itu menggema di penjuru pasar yang telah sepi. Karena insiden Iblis tadi, tidak ada lagi orang-orang yang berani keluar rumah. Mereka semua kembali ke rumah masing-masing dan mengunci pintu rapat-rapat. Berlindung di dalam rumah yang menurut mereka tempat paling aman untuk bersembunyi."Siapa sangka aku akan bertemu Raja Iblis Luo secepat ini." Masih dengan tawa remeh, pria misterius itu tak melonggarkan sedikit pun kewaspadaannya. "Bukankah pertemuan pertama kita ini terlalu tegang? Bagaimana jika kita minum teh bersama dan mengingat masa lalu, bagaimana menurutmu Hua Rong? Ah tidak, maaf karena telah salah menyebut namamu. Biar kuulangi sekali lagi ... Bagaimana menurutmu, Raja Iblis Luo?"Hua Rong masih berdiri diam seperti patung. Jika ada orang awam yang melihatnya saat ini, pasti mereka mengira bahwa Hua Rong bersikap terlalu tenang. Namun, yang tak mereka ketahui adalah, di balik s
Ketika ia menyerahkan anaknya dulu ke keluarga Bei. Ia selalu mengunjungi keluarga itu satu kali dalam sebulan. Ia memberikan keperluan yang dibutuhkan keluarga Bei, agar bisa merawat anaknya dengan baik.Sejujurnya bukan keinginannya untuk menyerahkan putranya ke keluarga Bei. Namun, pada saat itu para penasehat istana, mentri-mentri dan para pejabat lainnya terus menerus mendesaknya untuk membuang anak tersebut.Saat putranya baru dilahirkan, ratunya meninggal. Menciptakan kesedihan tak berkesudahan dari rakyat kekaisaran Tang. Ia juga mendapat kabar bahwa putranya memiliki masalah dengan matanya.Mulai saat itu, kekaisaran dilanda masalah. Semakin putranya bertumbuh besar, masalah di kekaisaran semakin parah.Para pejabat istana menganggap bahwa semua masalah yang dihadapi kekaisaran adalah akibat dari kelahiran putranya yang buta. Mereka menganggap putranya sebagai pembawa sial dan aib kekaisaran. Karena takut keselamatan putranya terancam, kaisar membawa putranya ke desa Dan, te