“Kak Winda, aku kan pernah bilang kalau Kakak bisa dapat laki-laki yang lebih baik daripada dia. Pak Hengky nggak menghormatimu sebagai istrinya. Mana mungkin laki-laki kayak dia layak untuk jadi suamimu?” ujar Martin sambil menatap Winda. Hengky langsung memicingkan matanya lalu berkata sambil mencibir, “Berani sekali kamu ngomong begitu di hadapanku?”Martin menatap Hengky seakan siap menantangnya lalu berkata, “Sekarang dia memang masih menjadi istrimu. Tapi sebentar lagi dia tidak akan lagi menjadi istrimu.”Kemudian Martin berjalan mendekati Hengky lalu berkata dengan nada dingin, “Apa kamu masih bisa melarangku untuk bertemu dengannya kalau kalian berdua sudah bercerai?” Winda tersentak ketika mendengar kata bercerai. Dia langsung menoleh ke arah Hengky yang masih bersikap acuh tak acuh. Kemudian Winda menatap Martin seraya berkata dengan tegas, “Terima kasih atas perhatianmu. Tapi kami berdua tidak akan bercerai.”Mata dingin Hengky seketika terlihat sedikit menghangat ketika
“Cemburu? Nggak ada alasan lain yang ada di pikiranmu selain itu?” balas Hengky sambil mencibir. “Gimana aku bisa tahu kalau kamu saja nggak mau ngomong sama aku?” gumam Winda pelan. Winda menyadari kalau ada yang aneh dengan Martin. Namun, dia tidak memiliki bukti apa pun. Selain itu, beberapa orang asing yang menyerangnya juga mengakui kalau Romalah yang melakukannya. Namun, bagaimanapun juga kemunculan Martin yang sangat kebetulan saat itu sudah berhasil menyelamatkan nyawanya. Lagi pula, Winda juga tidak mengerti kenapa Hengky sangat benci dengan Martin. Padahal Matin sudah berkali-kali berhasil menyelamatkannya dan sama sekali tidak pernah menyakiti Winda.“Kamu itu nggak sadar atau memang menikmati dikejar sama laki-laki kayak dia?” tanya Hengky sinis. Kemudian Hengky kembali berkata dengan nada penuh ancaman, “Pokoknya kamu nggak akan bisa keluar dari sini kalau kamu nggak menuruti semua perkataanku!”Winda langsung menarik tangan Hengky lalu berkata dengan serius, “Kamu jan
“Saya akan mengurus semua masalah ini sendiri. Jadi, dia tidak perlu tahu,” jawab Hengky singkat. Santo langsung mengerutkan keningnya lalu kembali berkata, “Tapi sepertinya Bu Winda salah paham dengan Bapak ….”Hengky dengan cepat menatap Santo tajam yang berhasil membuat Santo menutup mulutnya rapat-rapat, bahkan sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya. Kemudian Hengky memalingkan wajahnya dan mulai berjalan seraya bertanya, “Apa ada tindakan yang dilakukan keluarga Dirawa akhir-akhir ini?”“Pak Ferdinand tidak melakukan tindakan apa pun. Tapi sekarang istrinya yang banyak membuat ulah. Sepertinya istri dari Pak Ferdinand tidak akan membiarkan masalah ini berlalu begitu saja,” jawab Santo sambil mengikuti Hengky di belakangnya. Semua orang di Kota Jenela juga tahu kalau Dania jauh lebih menyayangi putranya Roma daripada dirinya sendiri. Jadi, wajar saja kalau dia tidak bisa bersikap tenang ketika suatu hal buruk terjadi kepada putranya. “Kamu nggak perlu mengkhawatirkan perem
Martin menatap Ethan sambil tersenyum dingin lalu berkata, “Kamu pastinya sudah tahu apa yang mau aku tanyakan.”Senyuman Martin tiba-tiba menghilang dari wajahnya lalu dia kembali berkata dengan suara dalam, “Apa itu kamu?”Ethan sempat terdiam selama beberapa saat lalu mengangguk perlahan seraya berkata, “Ya, akulah orang yang bilang tentang kedatanganmu pada Hengky. Tapi, kamu seharusnya juga sudah tahu maksud dari apa yang aku lakukan.”“Ya, aku tahu. Bagaimanapun juga, kamu tetap saja orang suruhan ibuku,” jawab Martin sambil mencibir. “Ibumu itu mencemaskanmu. Dia nggak mau kamu terus meratapi apa yang sudah berlalu. Kamu seharusnya mengerti semua pengorbanan yang sudah dia lakukan untukmu,” balas Ethan. Martin langsung mencibir seraya berkata, “Maksudmu itu kakekku?”“Kamu kan tahu bagaimana posisi ibumu di keluarga Yadira. Jadi, kamu jangan terus mempersulit hidupnya,” balas Ethan sambil mengerutkan keningnya. “Kak Ethan, aku memang sudah berencana untuk pulang, sekalipun ka
Namun, Dania sama sekali tidak memedulikan perkataan Ferdinand. Dia justru menatap tajam ke arah suaminya lalu berbalik dan berjalan keluar rumah. Ferdinand bergegas memerintahkan bawahannya untuk segera menghentikan Dania. “Cepat, hentikan dia! Jangan sampai dia keluar dari rumah ini! Siapa pun tidak ada yang boleh membantunya keluar dari sini!” seru Ferdinand tegas. Seorang pelayan langsung melangkah maju dan berusaha menghentikan Dania dengan berkata, “Bu Dania, dengarkan saja perintah suami Ibu ….”Dania langsung memelototi si pelayan lalu mendorongnya tanpa menunggu si pelayan menyelesaikan kalimatnya dan berkata, “Pergi kamu! Jangan ada yang coba menghentikanku!”Pelayan itu didorong sampai hampir menabrak tembok. Namun, pelayan yang lain tetap tidak menyerah untuk menghentikan langkah Dania. Wajah Dania membiru karena marah. Dia buru-buru berbalik untuk menghampiri Ferdinand lalu berkata dengan penuh amarah, “Ferdinand, aku tahu kalau kamu itu pengecut! Tapi jangan coba-coba
Winda tersentak dengan jawaban perawat itu. Kemudian dia menatap si perawat dengan tatapan curiga.Si perawat langsung tersenyum lalu berusaha untuk menjelaskan masalah ini dengan berkata, “Pak Hengky pernah menanyakan apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dari luka Ibu ini ketika Ibu baru masuk ke rumah sakit dengan luka-luka di tubuh Ibu. Jadi, pastinya sekarang Pak Hengky tidak perlu terlalu khawatir lagi dengan keadaan Ibu karena luka-luka Ibu sudah pulih dengan baik.”Winda sama sekali tidak tahu akan hal ini. Hampir semua urusannya diurus oleh Santo. Bahkan dia juga sulit untuk bertemu dengan Hengky. Jadi, dia pikir ….Winda tiba-tiba saja mendengar suara langkah kaki di belakangnya ketika dia sedang memikirkan perkataan si perawat.“Pak Hengky, saya sudah memeriksa luka Bu Winda dan tidak ada masalah serius sama sekali. Jadi, Bu Winda sudah bisa pulang hari ini,” ujar si perawat sebelum Winda sempat menoleh. “Saya sudah tahu. Sekarang suster bisa keluar dulu,” balas Hengky d
Winda mengerutkan keningnya lalu menarik lengan Hengky seraya berkata, “Aku memang agak emosional malam itu. Aku tahu ….”“Kamu nggak perlu jelasin apa pun lagi sama aku. Aku nggak mau mendengarnya,” balas Hengky menyela perkataan Winda sambil melepaskan cengkeraman tangan Winda dari lengannya. Suasana hangat yang sempat dirasakan mereka tiba-tiba kembali dingin. Winda menggigit bibirnya lalu bergegas mencium bibir Hengky agar laki-laki itu tidak lagi bisa mengatakan kata-kata yang menyakitkan dari mulutnya. Ciuman Winda terasa dangkal, tapi juga menggairahkan di saat yang bersamaan seakan dia melakukannya dengan sengaja untuk menghukum Hengky. Hasrat Hengky yang sempat memudar tiba-tiba kembali bangkit karena ciuman itu. Namun, Hengky tetap berusaha untuk menahan diri. Dia tidak membalas ciuman itu dengan hangat, tapi juga tidak menolaknya seakan dia menikmatinya dan menyerahkan semua kendali kepada Winda. Winda perlahan membuka matanya dan menemukan kedua mata Hengky yang terliha
Membuktikan? Winda tercengang dengan permintaan Hengky. Bagaimana dia bisa membuktikan perkataannya?Winda menatap Hengky sambil terus berpikir selama beberapa saat. Akhirnya, Winda berinisiatif memegang bahu Hengky lalu mencium bibir sampai lehernya. Mata Hengky seketika berubah gelap ketika dia melihat Winda yang berlutut dan mulai berusaha melepaskan celana Hengky. Hengky bergegas menarik perempuan itu lalu mendorongnya ke atas tempat tidur. Winda melihat Hengky yang mulai melepas jas dan kancing bajunya dengan tatapan bingung. “Apa aku harus melakukannya sendiri?” tanya Hengky sambil mencibir. Winda akhirnya mengerti maksud dari perkataan Hengky. Akhirnya, dia bergegas bangkit dari tempat tidur lalu memeluk leher Hengky seraya berbisik, “Biar aku yang melakukannya.”Winda mulai membuka kancing kemeja Hengky dan menciumi leher serta dada Hengky dengan lembut. Perempuan ini terlihat tidak memiliki pengalaman dalam hal seperti ini, tapi tetap saja apa yang dilakukannya berhasil me