“Kamu mau alasan apa?” Hengky menatapnya dengan tajam. Dia mengangkat dagu Winda dan berkata dengan nada dingin, “Memangnya kamu nggak mengerti kenapa aku mau cerai? Apakah kamu pernah memikirkan kejadian hari ini sewaktu kamu bertemu dengan lelaki lain dan mengkhianati aku?”“Aku nggak ada mengkhianatimu!” tepis Winda dengan cepat.Detik itu juga dia mengerti apa rasanya semua ucapan kita tidak dipercaya. Dia tidak mengerti kenapa Hengky mengucapkan kalimat seperti itu. Jelas-jelas dia tidak melakukan apa pun, kenapa dia mendapat cap atas tindakan yang seperti itu?Hengky terkekeh sinis dan bertanya, “Kamu pikir aku percaya?”Sikap lelaki itu membuat seluruh emosi Winda yang sedari tadi dia tahan akhirnya meledak secara bersamaan. Winda menatap Hengky dengan kecewa dan dengan dingin terkekeh sinis sambil bertanya, “Kamu nggak percaya karena kamu nggak pernah percaya denganku. Karena di matamu, apa pun yang aku lakukan selalu salah dan ada sesuatu di baliknya,”“Kamu menganggap aku sud
“Hengky, sulitkan kamu mengakui kalau kamu mencintaiku dan di hatimu ada aku?”Pertanyaan beruntun perempuan itu membuat perasaan Hengky bergejolak. Dia mencoba menghindari tatapan perempuan itu dan tidak berani membalas tatapan Winda.“Ok, kamu boleh nggak jawab pertanyaan itu semua. Kalau begitu kamu kasih tahu kenapa dulu kamu setuju untuk menikahiku?”Winda sangat mengerti sifatnya Hengky. Dia tidak akan mengalah demi keinginan atau permintaan orang lain untuk menikah dengan orang yang tidak dia cintai. Dulu dia tidak peduli dengan alasan lelaki itu, tetapi sekarang dia ingin sekali mengetahuinya. Dia ingin mencari bukti bahwa Hengky mencintainya dari sana.Perempuan itu ingin menenangkan dirinya sendiri dan membuktikan bahwa semua ucapan Martin memang salah. Meski malam itu Hengky tidak menolongnya, lelaki itu pasti ada alasannya sendiri. Tidak seperti apa yang dikatakan oleh Martin.Mata Hengky berbinar dan tetap mengatakan kalimat yang menyakitkan, “Kamu pikir kenapa? Aku suka s
Dari awal hingga akhir, emosi dan perasaannya sudah dikendalikan oleh Winda. Hengky sendiri yang tidak mau mengakuinya. Winda mengusap air mata di wajahnya dan berkata, “Maaf mengganggu.”Setelah itu dia melangkah dengan cepat untuk pergi dari tempat itu. Pikiran Hengky masih belum sempat mencerna apa yang terjadi, tubuhnya sudah melakukan respons terlebih dahulu. Sebelum perempuan itu keluar dari pintu kamar, Hengky sudah mengejarnya dan menahan lengan Winda.Dia memberontak dan menangis sambil berkata, “Hengky, lepaskan aku!”Hati Hengky bergetar ketika melihat air mata di pipi Winda. Cengkeraman tangannya menjadi semakin erat. Hati Winda yang sudah hancur berantakan membuatnya tidak bisa berpikir jernih lagi. perempuan itu sibuk memberontak dan mendorong Hengky agar bisa segera kabur dan pergi dari sana.Kancing di bagian dada perempuan itu terlepas karena Winda yang terlalu keras memberontak. Akan tetapi perempuan itu tidak menyadarinya karena rasa sakit serta kekecewaan di hatinya
Kalimat tersebut berhasil memancing emosi Hengky. Dia mencengkeram dagu Winda dan berkata, “Bukannya ini yang kamu mau dengan mengenakan bajuku dan tidur di kasurku? Sekarang kenapa berpura-pura sandiwara?!”Air mata Winda mengalir lagi dari sudut matanya karena lukanya seperti ditaburi dengan garam karena kalimat tersebut. Dia menatap Hengky dengan sorot kecewa sambil berkata, “Sekarang aku nggak mau lagi! Kamu nggak berhak menyentuhku!”“Aku suamimu, kalau aku nggak berhak, memangnya siapa yang berhak?!” balas Hengky dengan wajah menggelap. Dia menatap perempuan itu dengan sorot emosi sambil bertanya, “Jefri atau Martin? Kamu begitu kekurangan lelaki?!”Kalimat itu tepat mengenai ulu hati Winda. Melihat lelaki itu tidak percaya padanya membuat Winda semakin kecewa. Dia menatap lelaki itu dengan emosi sambil berkata, “Bukannya kamu nggak percaya denganku dan mau cerai? Apa hubungannya denganmu kalau aku ada apa-apa dengan lelaki lain? Sekarang lepaskan aku! Aku nggak akan mencarimu la
Semua emosi dan perasaannya yang terpendam selama ini akhirnya meledak semua. Dia tidak bisa menahan semua kesedihan di hatinya. Winda ingin mencari pelampiasan karena jika tidak, dia jamin pasti akan gila.Hengky menunduk sehingga ekspresinya tidak terbaca. Lelaki itu bungkam dan tidak bersuara hingga membuat keadaan kamar menjadi sunyi dan mencekam. Winda bangkit dari kasur sambil menutupi tubuhnya dengan kemeja. Setelah itu dia mengambil bajunya sendiri dan keluar dari kamar.Pintu kamar tertutup dan Hengky mengangkat kepalanya secara perlahan. Matanya yang gelap tampak sulit ditebak. Lelaki itu mengambil kotak rokok dan mengeluarkan satu batang dari dalam kotak. Setelah itu dia menghidupkan rokoknya sambil berjalan keluar kamar.Winda sudah pergi dari sana dan hanya tersisa kemeja robek yang dibuang oleh perempuan itu di sofa. Hengky memejamkan kedua matanya dengan raut lelah yang terukir di wajahnya. Mendadak terdengar suara gemuruh dari arah luar dan diikuti hujan yang turun cuku
Ekspresi Hengky sedikit berubah dan keningnya berkerut dalam. Winda menatapnya dalam sambil tersenyum dingin dan berkata, “Malam itu kamu melihatku, tetapi kamu memilih untuk menontonku saja. Kamu melihat ketiga lelaki itu melecehkan aku dan mempermalukanku. Bukannya waktu itu kamu melakukannya dengan sangat baik?”Winda mendekat dengan air mata dan juga air hujan yang sudah bercampur jadi satu di wajahnya sambil berkata, “Kalau begitu, kenapa sekarang kamu mengejarku? Untuk menertawakanku?”Hengky hanya bungkam tak bersuara ketika dihadapkan pada pertanyaan perempuan itu. Dia menangkap tangan Winda dan berkata, “Kita bicarakan di dalam mobil saja.”Hujan turun dengan sangat deras dan semua mobil tampak melaju cepat. Jika mereka terus bertarik-tarikan di tepi jalan, maka akan sangat berbahaya.“Aku nggak mau naik mobilmu. Aku bisa jalan sendiri,” kata Winda sambil menarik tangannya. Namun karena terlalu kuat, perempuan itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke arah jalan raya.Di wak
Winda tidak tega melihat keadaan Hengky yang basah kuyup. Dia khawatir lelaki itu akan demam. Ditambah Winda sudah menenangkan dirinya selama di mobil dan emosinya sudah stabil. Dalam hatinya mulai menyesal dengan sikapnya tadi.Melihat Hengky yang berdiri diam membuat Winda berkata, “Kalau kamu nggak mau masuk, aku sudah mau tutup pintunya.”Hengky bergegas menahan pintu tersebut dan masuk ke rumah. Di dalam sana sudah banyak yang berubah dengan yang terakhir dia lihat. Matanya menangkap sebuah poster besar yang membuat wajahnya menggelap seketika.“Apa yang sedang kamu lihat?” tanya perempuan itu.Hengky bergegas menyembunyikan emosi di kedua bola matanya dan berkata, “Nggak ada.”Winda menoleh dan melihat ke arah yang ditatap oleh Hengky tadi. Di sana hanya ada poster ibunya tanpa ada hal apa pun yang spesial. Dia memutuskan untuk tidak banyak berpikir dan berkata,“Ikut aku naik. Mandi dan ganti baju dulu,” ujarnya pada Hengky.Lelaki itu membalas tatapannya dengan pandangan yang s
“Terlambat!” ujar Hengky.Winda menahan pintu ketika dia ditarik masuk ke kamar mandi sambil berkata, “Siapa yang mau mandi denganmu?!”Senyuman Hengky terbit dan dia berbalik untuk langsung menggendong tubuh Winda.“Hengky, aku nggak mau mandi denganmu. Lepaskan aku!”Hengky menulikan telinganya dan langsung memasukkan tubuh Winda ke dalam bathtub. Lelaki itu mengangkat dagunya tinggi-tinggi sambil menatap Winda dan berkata, “Kamu yang lepas baju sendiri atau mau aku bantu?”Melihat wajah lelaki itu yang serius membuat Winda berpikir bahwa Hengky serius dengan ucapannya. Dia bergegas berdiri dari bathtub dan berkata, “Aku sendiri saja, kamu keluar!”Akan tetapi Hengky tidak bergerak sama sekali. Akhirnya Winda hanya bisa dengan pasrah bangkit berdiri dan berjalan ke belakang lelaki itu untuk membuka pakaiannya. Gerakan perempuan itu membuat Hengky menahan senyumannya. Dia menunduk dan membuka air hangat untuk memenuhi bathtub.Ketika Winda menoleh, dia melihat air sudah memenuhi selur