Hengky menutup laptopnya dan dengan suara dingin berkata, “Proyek Pranoto Group dan Yadira Group masih ada berapa banyak lagi? Hentikan semuanya.”“Semuanya?” tanya Santo memastikan lagi. Dia bahkan menginjak rem untuk memastikan bahwa dia tidak salah dengar.Hengky meliriknya dengan sorot tidak senang dan membuat Santo bergegas menginjak gas lagi. Lelaki itu bertanya, “Pak Hengky, proyek kita dengan Yadira Group yang baru ini sedang berlangsung ada dua yang merupakan proyek penting. Dikhawatirkan nanti sulit dijelaskan pada Pak Adi.”“Saya yang akan jelasin ke Kakek. Kamu hanya perlu menjalankannya saja.”Santo mengangguk dan menjawab, “Baik, Pak.”Winda tidak tahu kalau konser malam ini merupakan siaran langsung. Setelah selesai membantu Martin untuk menyelesaikan konsernya, dia bergegas turun dari panggung. Saat konser berakhir dan semua orang sudah bubar, Ethan memberikan pesan pada perempuan itu dan langsung pergi.Winda hanya duduk menunggu hingga hampir semua orang kembali, dia
Setelah menghabiskan minumannya, Martin duduk dan keduanya mulai makan sambil berbincang santai. Hingga pada akhirnya makanan kue dibawa oleh pelayan. Winda mengangkat alisnya ketika di hadapannya terdapat satu ikat bunga mawar putih.“Ini kamu siapkan untuk juniormu juga?”“Nggak, buat kamu, Kak Windaku tersayang,” jawab Martin sambil menarik satu tangkai bunga mawar dan mengulurkannya pada Winda.Ekspresi Winda seketika berubah. Dia meletakkan bunga mawar tersebut dan menatap Martin dengan sorot dingin dan berkata, “Apa maksud, Pak Martin?”“Apakah Bu Winda nggak mengerti? Aku sedang mengejarmu,” jawab Martin dengan jujur.“Jangan bercanda karena nggak lucu, aku juga sudah menikah,” kata Winda dengan suara berat.“Aku tahu,” ujar Martin sambil tersenyum tipis. Dia menunduk dan menghirup mawar yang ada di tangannya. Setelah itu dia mendongak dan menatap Winda, dengan nada tidak peduli Martin berkata,“Lalu kenapa? Aku nggak peduli. Setiap orang ada hak untuk mengejar cintanya. Meski t
“Kalau begitu nggak ada yang perlu dibicarakan lagi,” balas Winda dengan dingin.Dia menatap Martin dengan sorot dingin dan berkata, “Aku sangat berterima kasih kamu pernah membantuku. Oleh karena itu, aku akan melupakan kejadian malam ini dan menganggapnya nggak pernah terjadi. Aku pamit.”Winda berbalik dan pergi dari sana. Ketika tangannya hendak menggapai pintu, sebuah tangan menahan lengannya dan menariknya dengan kuat. Kedua tangan Martin mencengkeram bahu kurus Winda dan mendorongnya ke tembok sambil berkata,“Kenapa? Apa yang baik dari dia?! Kenapa kamu nggak memilihku?!”Kedua mata lelaki itu memerah dan saat ini Martin terlihat seperti sedang kesurupan. Winda terlihat ketakutan dan mengerti kenapa setiap melihat Martin dia akan bersikap waspada. Alasannya karena lelaki itu sangat pintar bersandiwara. Yang selama ini Winda lihat bukan merupakan sosok aslinya.Mengingat dengan kejadian akhir-akhir ini, ditambah dengan raut Martin yang terlihat tidak bersalah membuat Winda menda
“Sebenarnya aku yang membohongimu atau kamu yang membohongi dirimu sendiri?”Martin semakin lama semakin mendekat dan tubuhnya yang tinggi tersebut terlihat sangat mengintimidasi. Winda ketakutan dan mundur hingga punggungnya menyentuh tembok. Martin menunduk dan mendekatkan jaraknya dengan perempuan itu sambil tersenyum dan berkata, “Kak Winda, aku hanya demi kebaikanmu. Aku tahu betapa kejamnya kenyataan, tetapi dibandingkan hidup dalam kebohongan, lebih baik kehilangan semuanya.”Martin berkata sambil mengeluarkan sebuah flashdisk dan berkata, “Aku rasa sepertinya kamu perlu ini.”Saat melihat flashdisk, napas Winda terhenti dan dia tampak berpikir keras. Martin menatap perempuan itu seperti seekor mangsa. Lelaki itu tidak terlihat buru-buru karena dia percaya kalau Winda akan mengambil flashdisk tersebut.Sekitar setengah menit kemudian, Winda mengulurkan tangannya dengan gemetaran dan mengambil flashdisk tersebut dan menggenggamnya dengan erat. Martin tersenyum puas dan mendekatka
Martin tersenyum sinis dan berkata, “Wanitamu? Kalau aku nggak salah ingat, Pak Hengky berencana mau cerai dengan perempuan ini, bukan? Kalau begitu bukannya nggak masalah kalau aku mengejar dia?”Hengky bisa merasakan adanya kejanggalan dalam ucapan lelaki itu dan bertanya, “Kenapa kamu tahu?”Martin tersenyum misterius dan bertanya, “Menurut Pak Hengky bagaimana aku mengetahuinya?”Kening Hengky berkerut karena yang mengetahui masalah ini tidak banyak. Dan semua orang tidak mungkin membocorkannya pada dunia luar, kecuali perempuan itu. Wajahnya menggelap dan dia menatap Martin dengan sorot penuh amarah.“Kamu mendekati dia karena Yanwar, kan?”Martin yang sedang meneguk minumannya terdiam sesaat. Dia meletakkan gelas minumannya dan menatap Hengky lurus-lurus sembari berkata, “Aku nggak ngerti maksud ucapannya Pak Hengky.”“Kamu anak haram dari Yanwar dan Sharon. Kamu mendekati Winda demi membalas dendam pada ayahmu sendiri.” Mata gelap Hengky menatap Martin dengan lekat. Melihat eksp
Kalimat terakhir Martin membuat raut wajah Hengky menggelap. Dengan wajah dingin Santo berkata, “Tolong jaga ucapan Anda, Pak Martin!”Martin melirik Hengky dan mengambil selembar tisu basah untuk membersihkan noda darah di tangannya. Hengky melirik Santo dan lelaki itu bergegas mengeluarkan satu buah sapu tangan bersih dari sakunya dan berkata,“Pak Martin, biar saya bungkus lukanya.”Karena terlalu banyak mengeluarkan darah, wajah lelaki itu tampak sedikit memucat. Dia berpikir sejenak, tetapi pada akhirnya tetap mengulurkan tangan dan berkata, “Maaf merepotkanmu.”Santo berdehem dan langsung membungkus luka di tangan pemuda itu. Dengan cepat darah segar merembes dalam sapu tangan tersebut.“Pak Hengky, kamu orang yang baik juga. Aku sudah mau merebut wanitamu, tapi kamu masih peduli dengan aku. Pantas saja kamu sanggup bertahan dalam pernikahan terpaksa dengan Winda. Bahkan perempuan itu ada hubungan nggak jelas dengan lelaki lain,” ujar Martin sambil mengibaskan tangannya yang terb
Ethan menggigit bibirnya dan mencoba menutupi rasa gusar dan paniknya. Hengky tidak ingin berbasa-basi dengan lelaki itu dan melanjutkan langkahnya.Ethan terdiam sesaat dan memutuskan untuk tidak mengejarnya. Dia melangkah dengan cepat untuk masuk ke dalam restoran. Pemandangan gelas pecah dan juga vas bunga yang hancur terpampang di hadapannya. Matanya menangkap darah segar yang menetes dengan deras.Lelaki itu melangkah mendekati Martin dan mengambil telapak tangan lelaki itu sambil bertanya, “Hengky yang melakukannya?!”“Bukan, tapi aku sendiri yang melukai diriku sendiri,” ujar Martin sambil menarik tangannya.Raut wajah Ethan menggelap dan berkata, “Martin, kamu sedang bermain-main dengan tubuhmu sendiri? Aku harus kasih tahu Bu Sharon.”Lelaki itu mengeluarkan ponselnya, tetapi ditahan oleh Martin sambil berkata, “Kak, seharusnya kamu tahu meski mamaku datang, dia juga nggak akan bisa menghentikan keputusan yang sudah kubuat.”“Kamu sedang cari mati! Kamu nggak pikir kenapa Heng
Mobil itu berhenti cukup lama di sekitar rumah sakit. Di lihat dari waktu, sepertinya kejadiannya setelah kepergian Martin dan Winda dari rumah sakit. Bisa dikatakan, mobil yang dia lihat malam itu adalah mobil milik Hengky. Ketika dia diganggu oleh tiga orang lelaki asing itu, Hengky hanya diam dan menontonnya.Lelaki itu melihatnya diseret pergi dan dilecehkan tanpa berniat membantunya. Sesuatu tengah retak dan hancur berkeping-keping di dalam tubuhnya. Winda meremas baju di bagian dadanya dan mendadak merasa luar biasa sesak.Ketika Hengky menolongnya di Balai Lelang Astro membuat Winda merasa di hati lelaki itu ada dirinya. Namun tiba-tiba Hengky melemparkan sebuah surat perceraian padanya dan pergi begitu saja. Awalnya Winda merasa masih ada harapan dan mengira Hengky tidak percaya dengan ketulusannya.Namun dilihat dari keadaan sekarang, Hengky tidak percaya dengannya dan menganggap dia merepotkan. Winda tersenyum perih sambil duduk di kasur dan terkekeh pelan. Di saat dia memik