Share

Arti Takdir

Penulis: Nsh17
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Adara berjalan tertatih menyusuri jalan menuju rumahnya. Gadis itu telah membulatkan tekad untuk melupakan Sagara. Apapun alasannya, bagi dirinya Sagara bukan lagi hal yang harus diprioritaskan untuk saat ini. Setelah perlakuan yang ia dapatkan dari anak laki-laki itu, Adara memutuskan untuk belajar melupakan Saga. Entah itu untuk saat ini, atau ketika ia sudah berhasil menemukan cara kembali ke masa depan. Itu yang paling penting baginya mulai saat ini.

Tiba di depan pintu gerbang, sang ibu Athiva sudah menunggu dengan raut cemas. Meski begitu beliau tetap tersenyum menyambut kedatangan putrinya. Tidak ingin membuat kondisi Adara menjadi lebih murung lagi. Walaupun Athiva juga sedikit lebih lega, karena sang suami Yoshi, sudah mau berubah untuk keluarga kecilnya sekarang. Terlihat bagaimana kemarin malam, Athiva melihat Yoshi meminta maaf pada Adara.

"Makan dulu ya, Ra. Ibu udah masakin makanan kesukaan Dara." Ucapan Athiva yak digubris oleh Adara, gadis itu malah tampak merenung di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Waktu Adara   Satu Rindu

    Pagi hari sebelum berangkat ke kantor, Yoshi memutuskan untuk menyempatkan diri menemui Adara yang masih membereskan keperluan sekolahnya."Dara, boleh ayah bicara sebentar?" Yoshi berjalan mendekati Dara yang duduk di depan meja belajar. Lelaki paruh baya itu duduk di tepi ranjang tepat menghadap Dara."Ada apa, Yah?""Kata Ibu, Dara mau pindah sekolah ke Prancis. Apa benar?"Dara menganggukkan kepala. "Iya, yah. Dara mau cari pengalaman baru di sana.""Kamu yakin? Disana kamu jauh sama Ibu dan Ayah lhoh.""Dara mau belajar mandiri, Yah. Dara Mau fokus kejar mimpi Dara."Mendengar penuturan yang putrinya sampaikan, Yoshi tersenyum senang. Memang hal ini adalah kemauan dirinya juga. Ia ingin anaknya mandiri walau terlahir sebagai perempuan. Apalagi Adara adalah anak semata wayangnya, kalau bukan gadis itu lantas siapa lagi yang akan ia jadikan penerus perusahaannya.Sementara itu, Dara hanya bisa memasrahkan atas apa yang akan terjadi sepenuhnya kepada yang maha Kuasa. Takdirnya, gari

  • Perjalanan Waktu Adara   Pertemuan

    "Udah sampai kak. Makasih ya." Ucap Adara, menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang rumah."Oh jadi ini rumah lo. Nggak nyuruh gue mampir dulu nih, Ra?" Naren membalas ucapan Adara sembari menunjukkan raut wajah tengil disertai sebuah senyum yang tampak aneh bagi Dara.Gadis itu melihat keadaan rumah dari balik gerbang, memastikan ada tidaknya mobil sang ayah di garasi sana."Nggak usah kayaknya ya, Ra? Masa gue nemuin bokap sama nyokap lo dengan tampang yang udah lusuh sama pakaian yang basah kuyup gini. Entar kesan pertama yang gue terima dari calon mertua, malah buruk lagi."Mendengar penuturan yang laki-laki itu ucapkan, Dara semakin tak memahami jalan pikiran Naren. Hingga gadis itu pun hanya mampu menampilkan senyum yang tampak sedikit dipaksakan. Membuat Naren semakin tak kuasa menahan tawa di balik tampangnya yang terlihat kalem."Ya udah gue pulang dulu, Ra." Balas Naren sembari terkekeh. Sepertinya ia berhasil menjahili Adara.Lelaki itu berlalu, berjalan di balik payu

  • Perjalanan Waktu Adara   Pisah

    Adara rasanya ingin segera bisa keluar dan pulang dari restoran ini. Ia begitu tak tahan menyaksikan Sagara akrab dengan perempuan itu. Adara bahkan tak bisa fokus mendengarkan perkataan sang ayah. Barulah beberapa saat kemudian, kedua orang itu hendak berlalu keluar dari restoran tempat Dara dan Yoshi makan siang.Sepulang dari pusat perbelanjaan, Dara langsung masuk ke kamarnya. Meninggalkan tanya dari sang Ibu yang terheran-heran melihat sikap anak gadisnya itu."Dara kenapa lagi, Mas? Kamu marahin dia lagi ya?" Athiva tak bisa membendung kecemasan dan nalurinya sebagai seorang Ibu."Tadi dia melihat bocah laki-laki yang dulu saya usir, Bu." Ucap Yoshi sembari memindahkan belanjaan dari bagasi mobil ke meja di ruang keluarga.Athiva mengekor di belakang Yoshi. Ikut membantu laki-laki paruh baya itu, memindahkan belanjaan karena saking banyaknya. Athiva bahkan menggelengkan kepala, tak mengerti dengan sikap konsumtif suaminya. "Sagara maksud kamu, mas?""Iya. Harusnya kemarin kamu n

  • Perjalanan Waktu Adara   Awal Baru Untuk Kisah Yang Usai

    Pesawat yang ditumpangi Adara akhirnya lepas landas dari bandar udara internasional Incheon. Gadis itu kembali menangkup wajahnya dengan telapak tangan. Mematikan handphone, menutup kisahnya dengan Sagara.Seorang perempuan yang duduk di sebelah adara, menepuk pundak gadis itu. Mengulurkan tisu, lantas tersenyum membuat perasaan Adara terasa lebih tenang.Bandar udara internasional incheon adalah rute penerbangan paling populer di Seoul ke bandara Charles the gaulle - Paris. Rata-rata waktu penerbangan ini memakan waktu sekitar 13 jam lebih. Waktu terbilang lama, yang dihabiskan oleh Adara hanya dengan menatap lautan awan yang berganti warna dari cerah ke gelap, dari siang menuju malam. Begitu mudah bagi Tuhan mengubah suatu keadaan seperti layaknya dengan membalikkan kedua telapak tangan. Adara tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Kini hanya bisa menunggu, menunggu lagi, lagi dan lagi sampai Tuhan menjemputnya pulang, entah kembali ke kehidupannya di masa depan sana atau kembali

  • Perjalanan Waktu Adara   Lelaki Aneh

    Pagi-pagi sekali Andre dan Marie, selaku paman dan bibi Adara sudah beraktifitas menyiapkan pakan ternak. Sementara Adara yang saat itu baru bangun tidur, tidak langsung pergi untuk mandi, melainkan menghirup udara segar di pedesaan sekaligus melihat paman dan bibinya yang sibuk bekerja.Beberapa perempuan paruh baya yang berlaku lalang di depan rumah sang paman melemparkan senyum ramah pada gadis yang masih mengenakan piyama bergambar teddy bear itu. Adara membalikkan badan begitu sang bibi memanggilnya dari arah dapur. Menyuruh Adara untuk bergegas menyiapkan persiapan untuk hari pertama di sekolah baru."Sekolahnya di depan sana, Ra. Kemarin waktu dari bandara, seharusnya kamu juga sudah lihat halaman depan sekolah yang akan menjadi tempat kamu menimba ilmu. Tapi paman hanya bisa mengantarkan saat berangkat sekolah saja, tidak apa-apa kan Ra?""Iya nggak apa-apa, paman. Lagipula dekat ini kan arah dari sini ke depan. Dulu Dara malah lebih jauh lagi jalan pulang pergi ke sekolah. Ka

  • Perjalanan Waktu Adara   Agara

    Berat untuk mengatakannya, namun apa boleh buat. ia tidak mungkin menyembunyikan kebenaran sesungguhnya. Hening untuk sesaat, Adrian tahu gadis di depannya ini akan menangis dan berteriak histeris, terlihat dari sudut matanya yang mulai tampak memerah juga berair.Salah.Dugaannya sangatlah melenceng"Kenapa Dokter harus minta maaf. Kata Bunda sesuatu yang kita alami baik ataupun buruk, kita harus tetap menerimanya walaupun menyakitkan. Papah juga bilang kalau bagaimanapun keadaannya, dimana pun mereka berada. Mereka akan tetap selalu ada di samping Vira selamanya. Jadi, Kenapa dokter harus minta maaf? Harusnya Vira yang berterimakasih karena dokter sudah nyelamatin keluarga saya."Gadis cerdas dan setegar Devira, diam-diam menumbuhkan bibit kekaguman pada diri Adrian terhadapnya."Kamu ada kerabat atau saudara dekat di Jakarta?" Tanya Adrian setelah puas memandangi wajah teduh Vira."Keluarga saya sudah tidak ada, Dok. Papah dan Bunda adalah anak tunggal, Jadi tidak ada lagi kerabat

  • Perjalanan Waktu Adara   Menghapus kenangan

    Yakin Lo bakalan bisa benci sama tuh cowok??Pertanyaan itu terus terngiang di kepala Rianty.Di Kelas Rianty dan Angkasa sempat bertatap sengit. Entah apa yang membuat keduanya tak pernah akur. Terakhir kali mereka mengobrol akrab ialah pada saat kelas X, Sebelum Rianty dengan kenekatannya mengungkapkan perasaan suka pada Angkasa di depan kelas. Di hadapan teman seangkatan juga Kakak kelas. Jelas Angkasa menolak, ia tipikal cowok dingin yang sulit berbaur dengan siswa siswi lain. Baru-baru ini saja, setelah banyaknya perlombaan yang selalu ia menangkan, menjadi juara umum di Sekolah serta diberi jabatan sebagai ketua OSIS. Menjadikan Angkasa, sosok siswa populer dan dikenali oleh semua angkatan Di Sekolah. Meskipun begitu dari sekian banyaknya murid, hanya Vano lah yang menjadi sahabat satu satunya dari mereka masih kelas satu SMP."Sa, Semalam Lo kemana? Kenapa Lo biarin si Naufal menang?" Ucap Aldi, Siswa yang duduk di belakang Angkasa. Berhasil membuat ingatan mengenai kejadian se

  • Perjalanan Waktu Adara   Memorian

    Brumm brumm brummKuda mesin beroda dua digas kencang, meraung-raung ditengah gelapnya malam. Si pengendara dengan mengenakan jaket hitam bergambar Petir, mendongak ke arah sampingnya tepat dimana seseorang yang tengah melakukan hal serupa menatapnya dengan kilatan kebencian."Go Angkasa, Go!!!" Ya, Pria berjaket hitam itu adalah Angkasa Alfaendra. Sedangkan pria di sampingnya, Naufal Alexshon adalah musuh terbesarnya."Kalian siap?" Seorang gadis cantik bersiap melayangkan sehelai kain sebagai pertanda balap liar itu Akan segera berlangsung. "One... Two... Three... Go!!"Riuh tepuk tangan mengantarkan Angkasa dan Naufal untuk saling berpacu dengan kuda mesin mereka.Di Tempat lain, sebuah keluarga kecil bersiap untuk pergi menghadiri salah Satu acara ke Restoran di tengah hiruk pikuk kota."Sayang, Udah belum? Cepetan yuk! Keburu malem." Dania, perempuan paruh baya itu setengah berteriak dari teras rumah memanggil anak gadisnya yang masih asik mematut diri di Kamar.Lalu terdengar de

Bab terbaru

  • Perjalanan Waktu Adara   Hidup

    teks naratif, biasanya dalam bentuk prosa panjang yang mendeskripsikan cerita fiksi berurutanBahasaPantauSuntingNovel adalah salah satu genre karya sastra yang berbentuk prosa. Kisah di dalam novel merupakan hasil karya imajinasi yang membahas tentang permasalahan kehidupan seseorang atau berbagai tokoh. Cerita di dalam novel dimulai dengan munculnya persoalan yang dialami oleh tokoh dan diakhiri dengan penyelesaian masalahnya. Novel memiliki cerita yang lebih rumit dibandingkan dengan cerita pendek. Tokoh dan tempat yang diceritakan di dalam novel sangat beragam dan membahas waktu yang lama dalam penceritaan.[1] Penokohan di dalam novel menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku dalam kisah yang diceritakan. Novel terdiri dari bab dan sub-bab tertentu sesuai dengan kisah ceritanya.Penulis novel disebut novelis atau ceritawan.Genre novel digambarkan memiliki "sejarah yang berkelanjutan dan komprehensif selama sekitar dua ribu tahun".[2] Pandangan ini melihat novel berawal dari Yu

  • Perjalanan Waktu Adara   cahaya

    Angkasa terdiam melihat senyum yang terukir di wajah Devira. “Manis."“Apa, Ka?” Ucap Vira, begitu mendengar gumaman Angkasa.Angkasa kelimpungan mencari alasan yang tepat “I-itu nanti kita beli es cream manis, Lo mau kan?” Sambil menepuk mulutnya dengan sebelah tangan.‘Bodoh lagi, kenapa gue selalu keceplosan sih kalau ngomong di depan nih cewek?’ Batin Angkasa menggerutu atas kesalahannya.Angkasa meneguk ludah susah payah, sedangkan Vira masih terlelap di jok belakang. Dia bingung apakah harus membangunkan tidur Vira yang terlihat sangat damai atau harus menggendong gadis itu sampai kamar.Tanpa sadar Angkasa sedari tadi mengamati wajah Vira yang membuat Adrian menepuk bahu itu cukup keras.“Ngapain?” tanya Adrian setelahnya dengan tatapan penuh intimidasi.Mendengkus, Angkasa buru-buru menutup pintu mobil perlahan, lalu membawa Adrian agar menjauh.Adrian bersidekap dada menantikan kalimat yang akan Angkasa sampaikan. Laki-laki itu menghela napas, lalu berdecak. Melihat Angkasa y

  • Perjalanan Waktu Adara   Angkasa

    “Loh, bukannya dia udah jutek dari orok,” Canda Vano. Namun sama sekali tidak membuat tawa muncul dari Siswa lain, yang ada tatapan tajam lah yang ia dapatkan dari Angkasa. “Nggak deh, bohong, Sa. Bercanda,”Rianty menggelengkan kepala, melihat kelakuan dua sahabat karib itu. Yang satu sering bertingkah konyol dan yang satu nya lagi cuek, dingin kayak kutub es.“Untung sayang.” Eh… cepat cepat Rianty meralat ucapannya. Menengok kanan kiri, takut-takut ada yang mendengar suaranya.Jadwal jam pertama kosong, membuat beberapa murid sibuk dengan keseruannya masing-masing. Ya, walaupun mereka berada di kelas unggulan bukan berarti termasuk murid yang selalu patuh akan peraturan dan disiplin banget, kan? Terbukti dari barisan meja depan yang penghuninya sudah berpindah ke barisan terbelakang. Berkumpul untuk sekedar menonton, bergosip dan menyontek tugas rumah yang belum sempat dikerjakan. Tidak termasuk Angkasa dan teman-temannya, mereka lebih memilih pergi ke Roftoop untuk membahas rencan

  • Perjalanan Waktu Adara   Si Menyebalkan

    Pintu pun terbuka begitu lebar dan menampilkan sosok laki laki yang...Yang tadi itu, kan?Laki laki aneh itu, aku nggak salah lihat?Aku pikir ucapannya tadi hanya bercanda. Sesaat tatapan kami bertemu dan dia langsung memalingkan pandangannya, berjalan ke deretan kursi paling belakang. Berkumpul dengan teman-temannya yang menyoraki dan memanggilnya... RADIT."Hayo!! Ngeliatin siapa, Lo? Sampai segitunya banget,"GLEKKetahuan, deh. Emang paling bisa kalau kepo akutnya Sena kumat."Nghak, kok. Aku nggak lihat siapa-siapa," Balasku mengelak."Masa?" Giliran Renita yang mengajukan pertanyaan menjebak. Sejak awal kita berempat memulai pertemanan, kita sudah membuat sebuah perjanjian untuk tidak menyembunyikan sesuatu hal apapun yang berbau rahasia."Yang itu namanya Raditya Sanjaya, An. Anak pemilik Sekolah ini," Balas Ayudya, menjawab kekepoanku yang terpendam.RADITYA SANJAYA"Kenapa, Lo suka ya?" Ucap Sena, asal."Enggak, kok. sebenarnya tadi tuh, aku telat bareng dia," Ucapku sepela

  • Perjalanan Waktu Adara   Kepingan Ingatan

    Hati itu ibarat kertasTergores tinta hitam kan sulit tuk dihapusTergores tinta putih kan sulit tuk dipahamiTergores berulang-ulang akan berubah abstrakTak bisa dipulihkan kembali...Senang bertatap muka denganmu, sampai bertemu kembali dipertemuan-pertemuan selanjutnya...Hah, apa sih maksudnya?Siapa yang naruh surat ini?Ku arahkan pandangan ke sekeliling. Nihil. Hanya ada kondektur bus dan para penumpang yang beehimpit-himpitan, mengantri ingin segera keluar dari bus. Walaupun pikiranku masih bingung, sebisa mungkin ku paksakan pikiranku agar tetap berfikir positif. Tanpa membuang waktu terlalu lama, akupun segera berjalan keluar dari bus. Turun dari bus, dengan menaiki angkutan umum pasti akan secepatnya sampai di Rumah Nenek. Jelas aku masih hafal alamatnya, karena tahun lalu ketika libur semester, Ibu mengajakku ke sini meski dengan sedikit pemaksaan."Berhenti, Pak!" Ucapku ketika tepat di depan sebuah gerbang Rumah bercat hitam"Disini aja, Neng?" Balas sopir angkot yang a

  • Perjalanan Waktu Adara   Aurora

    Berubah bukan berarti hilang...Karena yang hilang belum tentu selalu terkenang.JUNI 2025Pagi ini kenangan yang ingin segera ku hilangkan, kembali datang dalam bentuk karangan bunga yang seseorang kirimkan melalui seorang kurir.Kenangan yang mulai terkubur dan tertutup rapat, harus terkuak begitu saja. Tanpa tahu akan keadaan hatiku, kini.Usai menandatangani surat tanda terima, langkah kaki kembali memasuki ruang kamar yang menjadi saksi atas kebisuan ku. Perlahan, ku buka kembali kepingan kenangan yang berserakan di laci kejenuhan. Jenuh akan kesedihan yang tiada hentinya mengusikku serta jenuh akan penantian untuk seseorang yang tak kunjung pula memberi kepastian. Seharusnya dia tak perlu memberi harapan semu pada hatiku yang ragu akan hatinya. Setelah kesetiaan yang aku berikan berujung pada kekecewaan, lantas apa semudah ini dia kembali bersama janji yang tak pernah ditepati?Pikiran dan hatiku saling berdebat menyuarakan Argumen atas apa yang harus dan tak harus aku lakukan.

  • Perjalanan Waktu Adara   Cantik Alami

    Perlahan dia menunduk, surut kesenangannya. “Cantik bagaimana pun kalau buta tetap saja tidak ada artinya.”Entah kenapa mendengarnya membuat Simbok tidak enak hati. Namun, SiMbok tetap tersenyum melihat gadis itu. “Gak apa-apa. Cantik yang sebenarnya apa yang ada di dalam diri kamu. Tapi kamu memang cantik. Kamu---”Breaking news di televisi sontak membuat Simbok menggantung bicaranya.‘Kecelakaan di jalan pertigaan Griya Asih menewaskan dua orang sepasang suami-istri, dan satu orang anak mengalami cidera. Polisi masih mengusut penyebab kecelakaan terjadi. Tidak ada saksi mata yang melihat kejadian langsung.’Ara menggenggam tangannya, menahan isak tangis agar tak lolos dari pelupuk mata. Meski Bundanya selalu mengatakan bahwa hal baik atau buruk harus diterima. Namun, tetap saja rasanya menyakitkan. Bagaimana mungkin Bundanya bisa mengatakan itu setelah pergi meninggalkannya.Simbok melihat Vira iba, lalu ia memeluk gadis itu. Memberi kehangatan meski Devira dalam terjaganya merasa

  • Perjalanan Waktu Adara   Mentari Baru

    Adrian terdiam beberapa saat, kesenduan menghias di wajah pias Vira. Sesuatu yang ada di hatinya bergerak. Dia beranjak dari duduk, menghampiri Devira yang tidak melakukan pergerakan setelah kepergian Angkasa.“Vira," Panggil Adrian lembut, sedang Mbok Ratmi yang menuntun jalan gadis itu diminta menjauh oleh Adrian. “Biar saya aja, Mbok.”Mbok Ratmi mengangguk. “Iya, Den.”Adrian mengambil alih tangan Vira. Gadis itu jadi tahu bagaimana cara memperhatikan karakter antara Angkasa dan Adrian. Adrian yang penuh perhatian berlawanan dengan Angkasa.Dan Angkasa bilang dia adalah benalu.‘Siapa yang menginginkan kehidupan seperti ini?’Jantung Devira rasanya ingin melonjak. Sakit, perkataan Angkasa bagai pisau tajam yang menghunus lalu mematikan dirinya seketika. Ah, apa benar dia benalu? Bagaimana bisa seorang benalu bisa tetap tinggal dan bertahan? Dia adalah parasit yang dibasmi.Adrian mengamati, bibir itu bergetar. Namun, dia tahu Vira adalah gadis tegar.Sejenak Adrian mengepalkan tan

  • Perjalanan Waktu Adara   Benalu

    "Ini semua gara-gara Lo, Naufal. Gue nggak akan tinggal diam. kalau aja Lo nggak nantangin balapan konyol itu, semuanya nggak akan kayak gini!" Tangan Angkasa mengepal kuat seiring terdengarnya suara benda-benda berjatuhan di kamar sebelah.Terpaksa ia pun beranjak dari kasur king size nya dan berjalan menuju kamar yang kini ditempati oleh Devira. Di lantai atas ini, hanya dua kamar dan itu hanya kamar Angkasa serta kamar yang Vira tempati sekarang. Kamar Adrian dan Mbok Ratmi terletak di lantai bawah, menyebabkan apapun yang terjadi pada Vira saat ini tidak mereka ketahui sama sekali. Lambat laun pintu kamar terbuka, sesosok gadis sedang meringkuk ketakutan di bawah kasur sambil menahan Isak tangis."Lo nggak apa-apa?" Ucap Angkasa pelan, masih berdiri enggan walau untuk mengusap bahu Devira."Kak Adrian, aku takut kak." Lagi-lagi Angkasa terdiam mematung ketika tanpa diduganya Vira kembali memeluknya.Sebelah tangan Angkasa melepas pelukan Vira. Membuat gadis itu terjatuh tepat di a

DMCA.com Protection Status