"Ada total 12 jurus Cakar Iblis yang akan kuajarkan padamu. Aku yakin kalau kamu bisa mempelajarinya dengan cepat! Siapa namamu?" tanya Pendekar Cakar Iblis. "Rawindra, Guru!" jawabnya. "Baiklah! Jurus Cakar Iblis ini di antaranya adalah ..." Cakar Iblis Raga Cakar Iblis Jiwa Cakar Iblis Menebas Bumi Cakar Iblis Membelah Gunung Cakar Iblis Maut Cakar Iblis Racun Cakar Iblis Menguncang Langit Cakar Iblis Menerjang Samudra Cakar Tengkorak Hitam Cakar Naga Sakti Cakar Pukulan Petir Cakar Pusaran Angin "Apa yang dibutuhkan untuk mempelajari jurus-jurus ini, Guru?" tanya Rawindra. "Tenaga dalam sebenarnya, tapi saat ini tenaga dalam sedang tidak bisa digunakan di Alam Iblis, jadi untuk sementara mengandalkan energi semesta saja!' sahut Pendekar Cakar Iblis. "Baik, Guru!" "Cakar Iblis Raga!" Jurus yang mengandalkan serangan cakar langsung ke arah tubuh lawan dengan menggunakan kekuatan penuh. Kombinasi cakar sebenarnya diperlukan di sini tapi Raksamukti sudah mengubah jur
"Cakar Iblis Menguncang Langit!" "Untuk jurus ini sama dengan jurus yang aku gunakan saat menyerangmu tadi!" kata Raksamukti. "Jurus sinar tadi ya, Guru?' tanya Rawindra. "Benar sekali!" sahut Raksamukti. Jurus ini mengolah energi untuk dijadikan serangan sinar jarak jauh. Sinar yang dihasilkan akan bermacam-macam, tergantung penyaluran energinya dan kekuatan energi yang dihasilkan. Cukup memukul jarak jau, maka sianr yang berupa energi akan meluncur ke arah lawan. Rawindra tidak kesulitan mengikuti jurus ketujuh ini karen akebanyakan jurus tangan kosong Pendekar Tangan Satu ini adalah jurus pukulan jarak jauh. Kemungkinan besar jurus ketujuh ini akan jarang digunakan oleh Rawindra karena masih kalah kekuatannya dengan jurus pukulan jarak jauh yang dimilikinya ini. Pendekar Tangan satu ini mengulangi gerakan jurus dari Pendekar Cakar Iblis, tapi kali ini serangan jarak jauh Rawindra melebihi kekuatan serangan jarak jauh dari Raksamukti. "Kamu memang hebat untuk serangan jarak
Raksamukti terlihat puas berhasil menurunkan semua Jurus Cakar Iblis kepada Rawindra yang sangat berbakat."Kamu sangat berbakat, Rawindra! Tidak sia-sia aku mengajarimu seluruh Jurus Cakar Iblis ini!' kata Pendekar Cakar Iblis ini.'Aku juga beruntung bisa mendapatkan bimbingan yanghebat dari Guru! Aku sanagt berterima kasih!' kata Rawindra sambil bersujud memberi hormat."Bangunlah! Kamu layak mendapatkannya, Windra!" seru Raksamukti."Aku akan berlatih terus biar Jurus Cakar Iblis ini akan menjadi jurus yang hebar, Guru!" ujar Rawindra."Sekarang saja jurus ini sudah mengalami peningkatan dipelajariolehmu. Aku tidak bisa bayangkan bagaimana kehebatan Jurus Cakar Iblis ini apabila kamu benar-benar menyempurnakannya!" sahut Raksamukti."Semoga saja bisa menjadi Jurus Legenda, Guru!" harap Pendekar Tangan Satu ini."Tiba saatnya kita berpisah, Windra! Aku mau pulang dahulu ke istana setelah sekian lama tidak pulang!" ujar Raksamukti."Aku ingin tanya kepada Guru ... apa Guru pernah me
"Aku hanya diperintahkan oleh guruku, Arkantra Arkatama untuk menemukan Kitab Rahasia Pendekar ini sebagai syaratku untuk menjadi murid utamanya," ujar Rawindra."Kenapa gurumu tega sekali menyuruhmu seperti itu? Guru yang baik seharusnya tidak membahayakan muridnya untuk pergi ke Alam Lelembut yang berbahaya!" kata Ki Brawira yang marah besar."Tidak apa-apa, Ki! Aku juga mengajukann diri untuk menemukan Kitab Rahasia Pendekar ini!" ujar Rawindra."Ya sudah ... aku tidak ingin membahas gurumu lagi! Aku akan membantumu menemukan Pusaka Iblis dahulu karena aku kurang tahu Kitab Rahasia Pendekar itu seperti apa!" ujar Ki Brawira.Pendekar Tangan Satu ini agak senang karena Ki Brawira tidak membahas tentang Master Arkantra lagi."Menurut informasi Ki Brawira, Pusaka Iblis ini ada di mana?' tanya Rawindra."Bukit Iblis!"Hanya jawaban singkat yang diterima oleh Rawindra, membuatnya bingung. Ki Brawira juga mulai tampak ragu-ragu untuk melanjutkan informasinya."Ada apa, Ki?" tanya Rawindr
Pagi terlihat cerah di Padepokan Serigala Hitam yang membuat semua orang ingin beraktivitas dengan semangat tinggi.Seorang pria keluar dari padepokan dengan wajah ceria untuk meneruskan perjalanannya.Pendekar Tangan Satu – Rawindra Mahaputra dengan penuh percaya diri meninggalkan Padepokan Serigala Hitam menuju Bukit Iblis.Tidak ada beban apapun yang terlihat di wajah Rawindra. Dia yakin akan mendapatkan Pusaka Iblis bagaimanapun caranya.Langkah kakinya terasa ringan karena dia menemukan orang-orang baik yang melindunginya. Gurunya Raksamukti yang mengajarinya 12 Jurus Cakar Iblis serta Ki Brawira, kakek gurunya yang banyak memberikan informasi bagi dirinya.Perjalanan ini akhirnya membawanya ke arah hutan yang begitu ditakuti oleh iblis ataupun orang-orang yang menempati Alam Iblis ini. Hutan Pusaka.Hutan Pusaka tampak hijau dengan banyak pepohonan hijau di dalamnya, tapi tidak ada yang berani melewati hutan yang sebenarnya sejuk dan nyaman kalau dilihat mata ini.Konon di hutan
Kawanan Bandit Iblis ini sepertinya tidak mempedulikan belas kasihan Rawindra terhadaap mereka. Kawanan ini juga tidak bisa melihat ada sosok yang lebih kuat daripada mereka semua.Serentak mereka menyerang Pendekar Tangan Satu ini dengan tangan kosong.PLAAAK!PLAAAK!PLAAAK!Bunyi pukulan telapak terdengar bertubi-tubi disertai terpentalnya semua kawanan Bandit Iblis ini dengan luka dalam berat. Mereka muntah daraah dan tidak sanggup bangun lagi.“Diam di tempat kalian! Berani bangun, akan kuhabisi nyawa kalian!” tegas Pendekar Tangan Satu.Rawindra cukup kesal terhadap kawanan bandit yang menurutnya bodoh ini. Mereka bertarung habis-habisan sementara pemimpinnya malahan asyik menonton tanpa membantu. Bahkan sampai anak buahnya sudah tidak bersenjata, dia tetap berada di tempatnya tanpa berusaha menolong anak buahnya ini.“Bagaimana denganmu? Apa yang harus kulakukan denganmu?” tanya Rawindra mendekati pemimpin Bandit Iblis ini.“Maaf, Kisanak! Aku terima tawaran Kisanak untuk infor
Pendekar Tangan Satu ini memutuskan untuk tetap masuk ke dalam Hutan Pusaka apapun resiko yang akan dihadapinya. “Kenapa makhluk ini hanya berdiam di Hutan Pusaka? Kalau makhluk ini benar-benar buas seharusnya sudah keliaran di luar Hutan Pusaka.” Suasana Hutan Pusaka yang terlihat asri dari luar, ternyata tidak seasri kelihatannya setelah masuk ke dalam hutan ini.Suasana hijau yang kelihatan dari luar hanyalah pinggiran hutan saja, sedangkan di dalamnya banyaak pepohonan yang sudah mati, Hanya terisisa beberapa pepohonan hijau yang membuat udara di dalam hutan tetap terjaga. Rawindra tetap dalam posisi waspada, karena dia khawatir dengan makhluk mitos yag menghuni Hutan Pusaka, yang terkenal ganas dan tidak akan melepaskan mangsanya. “Tidak mungkin naga, karena naga pasti bisa terbang keluar dari hutan ini. Jadi makhluk apa ini sebenarnya? Apa seperti spirit beast yang aku hadapi?” batin Pendekar Tangan Satu ini. Wuusssh! Tiba-tiba dia merasa ada sesuatu yang melintas dengan cep
“Serang kalau berani, makhluk kepar*t!” seru Rawindra untuk memancing kemarahan Orang Bati. Makhluk ini langsung mengarahkan matanya kembali ke arah Rawindra. “Saatnya bergerak mendekatinya,” pikir Pendekar Tangan Satu ini.Sinar merah dikeluarkan oleh Orang Bati. Secepat kilat Rawindra menghindar ke samping dan langsung menyerang mata makhluk ini dengan Jari Maut saat matanya normal kembali.Teriakan melengking makhluk mitos ini membuat perlawanannya terhenti dan makhluk ini langsung menghilang begitu saja.“Makhluk ini akan sembuh dalam waktu yang cukup lama untuk dia muncul kembali! Lain kali lewat di atas pohon saja agar tidak kepergok Orang Bati ini. Paling kamu hanya bertemu Ahool yang tadi merobek pakaianmu!”Pendekar Tangan Satu ini agak kesal dengan suara misterius yang tidak mau menampakkan diri ini. “Siapa kamu? Kenapa kamu bersembunyi terus?” tanyanya.“Belum saatnya kita bertemu! Kalau memang kamu ditakdirkan untuk bertemu denganku maka aku baru mau menemuimu! Hati-hati s