Naraya yang sedang mengerjakan tugas di ruang kerja di samping kamarnya masih bisa mendengar suara mobil Gahzanvar memasuki halaman rumah.Pria itu pulang cepat tidak seperti biasa, sengaja meluangkan waktu untuk membujuk Naraya agar berhenti merajuk.Naraya berpikir kalau Ghazanvar pasti tidak akan menduga dia ada di ruangan ini jadi santai-santai saja mengerjakan tugas.Yang Naraya tidak tahu adalah sebelum rumah ini ditempati, Ghazanvar telah memasang CCTV baik yang tersembunyi maupun yang tidak tersembunyi di seluruh penjuru rumah.Jangan lupakan kalau Ghazanvar adalah orang yang berkecimpung dalam dunia hitam dan pasti banyak yang mengincarnya.Jadi Naraya tidak bisa bersembunyi dari Ghazanvar di rumah ini, bahkan Ghazanvar tahu kapan Naraya pulang dari kampus.Ceklek ….Punggung Naraya menegang saat mendengar suara pintu dibuka.“Kok dia bisa tahu Nay ada di sini?” Naraya bertanya-tanya di dalam hati.Namun tidak terdengar langkah kaki.“Meong ….”Naraya langsung meno
“Untuk acara pentas seni tahunan ini akan dipercayakan kepada tim kita jadi Ibu mau kalian bagi tugas, ada yang perform ada yang menyiapkan acara … perform dari tim kita cukup tiga orang karena nanti kita akan meminta setiap kelas dari setiap angkatan untuk melakukan perform dan mengingat temanya adalah keluarga jadi Ibu mau yang kebagian Perform untuk mengajak salah satu keluarganya berpartisipasi.” Ibu Veronica menjelaskan dengan panjang lebar menggunakan microphone dari atas panggung Aula sementara Naraya, Khafi dan timnya ibu Veronica yang lain duduk mengelilingi beliau di atas panggung tersebut.“Ibu sudah menyiapkan undian.” Ibu Veronica mengangkat sebuah toples plastik berisik kertas kecil yang digulung.“Di sini terdapat tugas kalian, tidak boleh protes apalagi bertukar tugas dengan teman kalian … apa yang kalian dapat maka itu yang harus kalian lakukan.” Ibu Veronica menyimpan toples tersebut di dekat kakinya.“Mulai dari kamu, silahkan ambil satu,” titah Ibu Veronica kepa
Sengaja Naraya menunggu selesai makan malam untuk menyampaikan tentang perform di acara pentas seni kampusnya.Pasalnya dia harus bicara serius dengan Ghazanvar dan tidak boleh terdistraksi apapun.Tapi setelah mereka duduk di depan televisi bersama Chiko yang meringkuk di atas pangkuan Ghazanvar, Naraya masih saja bingung dan enggan untuk menyampaikannya.Hatinya tidak yakin kalau Ghazanvar bersedia atau bisa perform bersamanya.Ghazanvar merentangkan satu tangannya merangkul pundak Naraya sementara netra Ghazanvar tertuju pada televisi.“Kamu lagi mikirin apa sih, sayang?” Insting si peka tidak bisa dibohongi.Naraya menoleh menatap Ghazanvar dari samping.“Kok Abang tahu kalau Nay lagi mikirin sesuatu?” “Tahu donk, kamu ‘kan belahan jiwa aku.” Ghazanvar sedang cosplay jadi Pujangga.Bibir Naraya mencebik bersama delikan sebal.“Cerita donk, sayang… ‘kan kamu tahu kalau aku selalu bisa mengeluarkan kamu dari kesulitan,” kata Ghazanvar slay.Akhirnya Naraya menceritakan t
Grup Chat Aruna : Selamat bergabung Kakak ipar, di grup chat keluarga bangsul.Tidak lupa Aruna memberikan emoticon love menyertai sambutan hangatnya.Narashima : Hallo kakak Ipar yang paling cantik, akhirnya dimasukin ke grup chat juga ya.Reyzio : Ya iyalah Kakak ipar paling cantik, masih jadi satu-satunya menantu mami papi. Si Nara lagi cari muka.Arnawarma : Sebentar lagi Nay punya saingan.Pesan Arnawarma diikuti emoticon smile menggunakan kaca mata hitam.Reyzio : aku sih cuma mau bilang sama Mas Nawa, cepetan nikah sama Ana!!!! Aku sama Dinda ngantri mau nikah juga.Arnawarma : Lhaaaa ‘kan besok memang mau lamaran.Reyzio : Iya apa enggak bisa langsung nikah aja besok? Minimal akad nikah dulu.Mami Zara : Zio … Zio … tidur sayang, udah malem.Aruna, Narashima dan Arnawarma kompak mengirim stiker tertawa terbahak-bahak sementara Ghazanvar dan Naraya tidak muncul karena sedang makan mie instan.Tapi keesokan harinya saat Naraya bangun pagi sambil bersiap berangkat ke
Ternyata keluarga mereka telah berkumpul di restoran yang berada di bagian samping hotel.Ada kakek nenek tentunya, para om dan tante Ghazanvar yang berdomisili di Bandung dan Jakarta serta para sepupu yang selalu kompak hadir dalam acara-acara Gunadhya.Hanya sepasang suami istri sepupu Ghazanvar yang belum keliatan, Naraya sampai celingukan mencari-cari.Dia menoleh pada suaminya yang anteng saja mengobrol dengan sepupu yang lain tidak seperti saat pesta kakek tampak mencari sosok cantik yang masih dia cintai.“Aruna, kok Nay enggak lihat Svarga dan Zaviya?” Aruna lantas mencondongkan tubuhnya untuk mendekatkan bibir ke telinga Naraya. “Svarga dan abang dilarang berada di pesta yang sama sampai batas waktu yang tidak ditentukan,” bisik Aruna memberitahu.Naraya tampak terkejut. “Gara-gara pesta kakek kemarin?” tebak Naraya dengan ekspresi tidak percaya.Aruna mengangguk sebagai jawaban.“Svarga ngalah enggak datang di acara pertunangan dan pernikahan mas Nawa karena adikn
“Mom … Dad … Ana langsung balik ke Jakarta ya.” Anasera malah pamit setelah acara selesai.“Kamu itu kenapa sih enggak betah di Bandung? Apa kamu enggak kangen sama Mommy daddy? An—““Pergilah, An ….” Om Angga merangkul pinggang istrinya agar berhenti bicara.Tante Bunga menganga, menatap suaminya tidak percaya.“Nawa … Om titip Ana ya,” sambung Om Angga lagi.Meski om Angga masih rindu kepada putrinya tapi memaksa Anasera bukanlah hal yang baik.Semakin diatur maka Anasera akan semakin menjauh dari mereka.Setelah Anasera akhirnya jatuh ke pelukan Arnawarma, om Angga cukup merasa lega.Om Angga hafal watak dan karakter anak-anaknya papi Arkana dan menurutnya Arnawarma adalah pria baik bila dibanding Ghazanvar padahal sesungguhnya dalam hati beliau merasa kalau sang putri mencintai Ghazanvar.Feeling seorang ayah ternyata tidak pernah salah.“Siap Om.” Arnawarma menjawab cepat.“Ayo sayang.” Om Angga menuntun istrinya keluar dari venue.Meski kesal namun tak ayal langkah t
Beberapa hari ini Anasera pulang ke Bandung atas permintaan mommy untuk membantu menyiapkan pesta pertunangannya.Meski sesungguhnya dia tidak dibutuhkan karena pesta tersebut adalah keinginan mommy yang semuanya dipilih serta diatur oleh mommy.Selalu seperti itu, mommy akan bersikap menjadi mommy menyebalkan yang harapan dan keinginannya bertolak belakang dengan Anasera.Kepulangan Anasera ke Bandung selama beberapa hari tentu saja membuat Arnawarma tersiksa karena tidak bisa meminta jatah.Dan benar saja, sesampainya di apartemen Anasera, Arnawarma tidak memberikan kesempatan kepada Anasera untuk menanggalkan pakaiannya.Dia tarik ke atas kain sinjang yang masih melekat di bagian bawah tubuh Anasera hingga melingkar di pinggang sementara itu bagian dada Anasera yang terekspose menjadi bagian tubuh yang pertama kali Arnawarma rajai.Anasera pasrah, Arnawarma terlalu mempesona baginya kini sehingga tidak mampu menolak setiap sentuhan panas pria itu.Desah lega tercetus saat Ar
Ghazanvar : Sayang, tiba-tiba klien datang ke kantor. Aku udah suruh driver jemput kamu dari kampus, kamu ke kantor aku ya … nanti kamu nunggu di ruangan aku dulu ya.Naraya membaca pesan dari suaminya setelah kelas berakhir.Mereka ada janji latihan Dance sore ini, tadi pagi rencananya Ghazanvar akan menjemput Naraya di kampus setelah jam kuliah berakhir lalu mereka pergi bersama ke studio latihan.Namun karena Ghazanvar mendadak ada meeting dengan klien jadinya Naraya harus ke kantor pria itu dulu.Naraya : Oke, Nay baru aja bubaran kelas.Pesan yang Naraya kirim belum juga dibaca oleh Ghazanvar sampai langkahnya tiba di pelataran parkir.Netranya mengedar ke sekitar lalu mendapati mobil operasional kantor suaminya terparkir tidak jauh.Naraya mendekat ke sana lalu bersamaan dengan itu dia dihampiri driver kantor Ghazanvar dari arah taman.“Silahkan, Bu.” Sang driver membukakan pintu untuk Naraya.Naraya mengangguk sembari tersenyum usai mengucapkan Terimakasih.Dia masuk
Tiba-tiba dosen yang seharusnya mengajar kelas terakhir batal mengajar karena ada keperluan mendadaks.Afifah sedang mengikuti kelas terakhir mata kuliah lain dan Anggit tidak ada kelas hari ini sedangkan Naraya memiliki janji dengan dokter kandungan sore nanti setelah Ghazanvar pulang kerja dan menjemputnya ke sini.“Kalau pulang dulu ke rumah … jauh lagi abang jemputnya ….” Naraya sedang menimbang.Pasalnya rumah sakit mami Zara lebih dekat dijangkau dari kampus dari pada dari rumah.Naraya meminta solusi Ghazanvar, dia mengirim pesan singkat kepada suaminya.Naraya : Bang, dosen Nay enggak jadi ngajar.Ghazanvar : aku suruh orang jemput kamu sekarang ya, kamu nunggu di ruangan aku aja, sekarang aku lagi meeting.Naraya : Oke.Lima belas menit Naraya menunggu di bangku taman, tiba-tiba terdengar suara helikopter mendarat di landasan heli di rooftop gedung Rektorat.Naraya memandangi rooftop gedung yang berada tepat di sebelahnya.“Hebat banget ya kalau punya previllage sek
Naraya menderapkan langkah menyusuri jalan setapak menuju kelas berikutnya.“Nay!” Suara berat seorang pria membut langkahnya berhenti, dia lantas menoleh ke asal suara.“Stop di situ!” Naraya berseru sambil mengangkat tangan.Langkah Khafi seketika terhenti, wajah tampan itu pun melongo bingung.“Mas Khafi chat aja, jangan deket-deket Nay dulu … nanti suami Nay marah, Nay lagi banyak pikiran enggak mau ditambah berantem sama abang juga.” Kedua alis Khafi terangkat hanya bisa diam membeku sembari menatap punggung Naraya yang dengan cepat menjauh.Ada gejolak di dada Naraya rasanya ingin marah-marah.Naraya tidak mengerti, ingin menangis juga sebenarnya tapi lebih besar perasaan ingin marah-marah, entah kenapa, Naraya juga bingung.Dia tidak bicara dengan teman-temannya selama kelas berikutnya berlangsung sampai akhirnya kelas berakhir kemudian Naraya pergi ke parkiran.“Awas aja ya kalau sampai abang Ghaza belum sampe, Nay pulang sendiri …,” ancamnya sembari misuh-misuh.Na
“Lho Nay, mau ke mana?” Ghazanvar yang baru saja keluar dari kamar mandi bertanya dengan kening berkerut tidak suka melihat Naraya memakai pakaian untuk kuliah berupa kemeja dan celana jeans.“Mau kuliah, Bang.” Naraya menjawab sembari menyisir rambut panjangnya tanpa berani menatap mata sang suami.“Tapi kamu ‘kan kemarin malam masih lemes sampai aku gendong dari mobil ke kamar … ijin dulu lah Nay sehari,” pinta Ghazanvar baik-baik demi kesehatan Naraya dan janin yang ada di dalam perutnya.“Enggak bisa Bang, sekarang ada ujian praktek menari—“ Kalimat Naraya terhenti teringat ucapan papi Arkana saat di Singapura.Dia menunduk menatap perutnya yang masih rata kemudian mengusap lembut di sana.“Naaay … gimana kalau kamu cuti dulu sampai melahirkan?” bujuk Ghazanvar, kedua tangannya terulur memeluk Naraya dari belakang.Dia juga ikut mengusap perut Naraya menggunakan kedua telapak tangannya yang besar.Banyak kecupan Ghazanvar berikan di belakang kepala Naraya.“Aku sayang kamu
“An …,” panggil Arnawarma lembut sembari menurunkan sleting gaun Anasera.“Hem?” Anasera mendengung sebagai respon.“Kita buat yang kaya di perutnya Nay, yuk!” bujuknya seperti anak kecil.Anasera terkekeh, membalikan tubuhnya kemudian mendongak menatap sang suami yang tinggi menjulang di depannya.“Kamu enggak bosen? Tiap malam kita bercinta, sampai malam sebelum akad nikah aja kamu menyusup ke kamar aku untuk bercinta … tadi malam juga kita bercinta.” Anasera melapisi sisi wajah Arnawarma.Dan kenapa Anasera baru benar-benar menyadari kalau Arnawarma sangat tampan, bahkan menurut Anasera, Arnawarma paling tampan di antara adik-adik dan kakaknya.“Enggak lah masa bosen.” Arnawarma menurunkan gaun Anasera dari pundaknya.Kini hanya tersisa celana kain berenda menutup bagian inti Anasera sedangkan dua bagian menyembul di dadanya menggantung tampak seksi.Arnawarma meremat lembut salah satu bagian itu dengan sorot mata teduh.“Nawa.” Jemari ramping Anasera membuka satu persatu
Sekembalinya dari rumah sakit, Ghazanvar langsung membawa Naraya ke kamar, tidak kembali ke pesta yang saat itu belum berakhir.Naraya langsung berbaring di ranjang karena tubuhnya terasa lemas sekali.Dia berbaring miring, menekuk kakinya dengan tangan pengusap perut.Tiba-tiba air mata Naraya menetes lagi, dadanya bergemuruh mengakibatkan sesak dan dia mulai terisak.“Sayaaang.” Ghazanvar yang sedang menanggalkan tuxedonya bergegas mendekat.“Are you oke?” Ghazanvar naik ke atas ranjang memeluk Naraya.“Nay enggak apa-apa tapi enggak tahu kenapa ingin nangis.” Naraya bicara di antara isak tangis.“Ingin nangisnya karena apa? Aku salah apa, sayang?” “Enggak, Abang enggak salah … Nay, inget sama ibu dan Bapak.” Ghazanvar memberikan kecupan di puncak kepala Naraya lantas mengeratkan pelukan.“Mereka pergi sebelum sempat melihat cucunya,” sambung Naraya terisak.Ghazanvar mengerti apa yang Naraya rasakan. “Nanti kita datang ke pemakaman kedua orang tua kamu setelah anak kit
Naraya terpana begitu masuk ke dalam Ballroom yang disulap seperti hutan peri.Banyak bunga, pohon-pohon artifisial serta lampu warna-warni.“Bro!“ Radeva merangkul pundak Ghazanvar.“Dari mana, Dev?” tanya Ghazanvar terkejut.“Abis telepon Ipeh.” Radeva menggerakan tangannya yang memegang handphone.“Ini kayanya si Ana berusaha keras banget nutupin jati diri dia yang sebenarnya.” Radeva berpendapat sembari memindai seluruh ruangan Ballroom.“Kenapa? Gara-gara tema dekornya fairythopia?” Ghazanvar menebak dan Radeva menganggukan kepalanya sebagai respon.“Gimana kalau ide tema ini idenya si Nawa?” ujar Ghazanvar lantas tergelak.“Bisa jadi sih! Si Ana ‘kan sukanya warna item dengan tema serba minimalis … enggak kaya pesta ulang tahun anak cewek umur tujuh tahun gini.” Ghazanvar tertawa lagi menanggapi.Lalu suara MC terdengar membuka acara, satu persatu tamu undangan mulai berdatangan.MC yang menggunakan bahas Inggris itu memberi instruksi agar para tamu membuat sebuah li
Ghazanvar berdecak lidah kesal saat melihat Naraya berjalan mendekat.Istrinya tampak cantik sekali mengenakan gaun untuk resepsi pernikahan Arnawarma dan Anasera.“Nay, ah … kamu kenapa cantik-cantik banget sih!” seru Ghazanvar dengan tampang tidak suka.“Ih, kok Abang gitu … istrinya cantik malah protes.” Sebagai seorang perempuan, Aruna tidak suka dengan sikap kasar sang kakak kepada istrinya di depan banyaknya sepupu mereka.“Nanti kalau banyak yang terpesona terus mau ngerebut dia dari Abang, gimana?” Ghazanvar mengungkapkan alasannya.“Kata cowok yang pernah berusaha ngerebut istri dari adik sepupunya sendiri,” celetuk Narashima santai dengan tatapan fokus pada gadgetnya karena sedang main game.Semua lantas tergelak menertawakan Ghazanvar membuat pria itu merotasi bola matanya dan raut wajah Naraya yang tadi menegang pun perlahan melembut.“Duduk, Nay.” Reyzio bangkit dari samping Ghazanvar memberi tempat untuk Naraya.Seluruh Gunadhya sedang berkumpul di lobby sebuah h
“Nay … seriusan aku enggak tahu kalau papi nyumbang buat acara ini.” Ghazanvar membuka pembicaraan setelah beberapa menit semenjak mereka masuk ke dalam mobil—Naraya bungkam seribu bahasa.“Sebenarnya Nay enggak masalah, Bang … cuma Nay khawatir orang-orang bergosip kalau Nay bisa selalu mewakili kampus karena mertuanya penyumbang terbesar setiap acara di kampus.” Naraya terdengar menggerutu, bibirnya mengerucut dengan wajah ditekuk.“Nanti aku bilang sama papi ya untuk enggak selalu andil, tapi kayanya pihak kampus yang ngajuin proposal duluan ke papi … sekarang papi sama Rektornya ‘kan bestian, teman golf.”Naraya menoleh menatap suaminya. “Oh ya?” Kedua alis wanita yang memiliki mata seperti almond itu terangkat.Setelah untuk yang pertama kalinya papi Arkana dan papanya Khafi bertemu di kantor Polisi karena urusan sang putra yang berkelahi dan setelah itu mereka jadi akrab.“Iya sayang … ya masa sama bestie enggak royal,” kata Ghazanvar lagi kemudian tertawa.“Ya kalau git
Ghazanvar sengaja tidak masuk kantor untuk melakukan gladi di kampus Naraya, tapi bukan berarti pria itu tidak bekerja—Ghazanvar masih bertanggung jawab pada pekerjaannya dengan membawa MacBook dan mengerjakan apa yang biasa dia kerjakan di kantor dari kampus Naraya atau lebih tepatnya Aula utama tempat pentas seni akan berlangsung besok.Sesekali matanya mengawasi interaksi antara Naraya dengan Khafi, mereka tampak akrab sekali.Ghazanvar jadi kesal dan dia tidak mau repot-repot menutupi ekspresi benci di wajahnya untuk Khafi.Lihat saja bagaimana tajamnya tatap mata Ghazanvar tertuju pada Khafi saat netra mereka tidak sengaja bersirobok.“Abang Ghaazaaa.” Afifah datang membawa satu cup kopi untuk Ghazanvar.“Ini buat Abang,” katanya manis sekali.“Waaah, curiga nih pasti kamu mau nanya-tanya tentang Radeva ya!” tebak Ghazanvar membuat Afifah menyengir lebar.Ghazanvar tertawa karena tebakannya benar sampai berhasil mengambil alih perhatian Naraya dan Khafi yang berada di atas