Ghazanvar : Sayang, tiba-tiba klien datang ke kantor. Aku udah suruh driver jemput kamu dari kampus, kamu ke kantor aku ya … nanti kamu nunggu di ruangan aku dulu ya.Naraya membaca pesan dari suaminya setelah kelas berakhir.Mereka ada janji latihan Dance sore ini, tadi pagi rencananya Ghazanvar akan menjemput Naraya di kampus setelah jam kuliah berakhir lalu mereka pergi bersama ke studio latihan.Namun karena Ghazanvar mendadak ada meeting dengan klien jadinya Naraya harus ke kantor pria itu dulu.Naraya : Oke, Nay baru aja bubaran kelas.Pesan yang Naraya kirim belum juga dibaca oleh Ghazanvar sampai langkahnya tiba di pelataran parkir.Netranya mengedar ke sekitar lalu mendapati mobil operasional kantor suaminya terparkir tidak jauh.Naraya mendekat ke sana lalu bersamaan dengan itu dia dihampiri driver kantor Ghazanvar dari arah taman.“Silahkan, Bu.” Sang driver membukakan pintu untuk Naraya.Naraya mengangguk sembari tersenyum usai mengucapkan Terimakasih.Dia masuk
Jangan lupakan kalau suaminya adalah anak Konglomerat dengan ketampanan setaraf Dewa Yunani, jadi pasti lah banyak yang tergila-gila kepada Ghazanvar.Lantas terbesit di benaknya kalau mungkin apa yang disampaikan perempuan itu hanya hoax belaka untuk mengguncang rumah tangganya dengan Ghazanvar.Senyum Mita perlahan memudar, raut wajahnya menegang dengan pendar kebencian di mata.“Kamu enggak usah bangga, memangnya kamu siapa? Hanya mahasiswi miskin yang dijadikan menantu Gunadhya karena belas kasihan mereka … asal kamu tahu, Ghazanvar sering meniduri banyak perempuan … bukan aku aja, kamu harusnya cek apakah kamu kena penyakit kelamin menular atau enggak.” Mita mengakhiri kalimatnya dengan senyum mencemooh. “Kenapa enggak kamu duluan yang periksa? Katanya kamu sering tidur sama suami aku?” Naraya membalikan ucapan Mita, dia jadi semakin yakin kalau kata-kata Mita semuanya dusta, sebenarnya itu harapan Naraya.“Sombong banget sih ini ayam kampus!” Mita berseru sembari menderapk
Naraya menyantap dengan lahap menu makan siang yang disajikan Office Girl sambil sesekali mengusap pipinya yang basah oleh air mata.“Oooh … jadi tadi tangannya gemetar itu karena lapar.” Yang hanya berani Ghazanvar ucapkan di dalam hati.Jika dia katakan langsung, Ghazanvar khawatir piring yang sedang Naraya tekuni melayang ke kepalanya.“Sayang—““Diem, Nay lagi makan!” seru Naraya rendah tapi tegas.Ghazanvar pun tidak lagi bersuara, fokus menyantap makan siang bersama Naraya di meja sofa sambil duduk bersila karena Naraya belum bergerak dari tempatnya sedari tadi.Ghazanvar lantas memberikan tissue kepada Naraya sebab air matanya tidak berhenti mengalir padahal tidak terisak.Naraya menerimanya meski dengan gerakan kasar dan delikan tajam.Setelah menghabiskan makan siangnya, Naraya pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan lantas duduk di tempat yang sama.“Maaf ya Nay, masa lalu aku kelam banget … harusnya aku kasih tahu kamu waktu di Dusun Bambu … tapi sebenarnya aku s
“Oke bagus, kamu hebat sekarang Ghaza! Yess, lanjut Ghaza! Keren!” Adalah kalimat yang berulang kali dilontarkan sang pelatih melihat kemajuan gerakan Ghazanvar yang mulai luwes.Gerakan Naraya sudah tidak perlu dibahas lagi karena terkadang si pria pelatih merasa tersaingi karena Naraya sangat luwes melakukan gerakan yang dicontohkan bahkan ada beberapa gerakan Naraya lebih halus dan lebih bagus dari yang dicontohkan.“Kalau bukan istri Konglomerat, aku mau ngajak kamu jadi penari latarnya Taylor Swift—““Mauuuuu,” sambar Naraya penuh binar di mata.“Boleh ya, Bang?” Naraya memohon.“Enggak usah, ngapain? Nanti aku transfer sepuluh kali lipat dari gaji jadi dancer Taylor Swift.“Nah itu makanya tadi aku awali dengan ‘kalau bukan istri Konglomerat’.”“Abang maaaah ….” Naraya mengerucutkan bibirnya, lupa kalau tadi mereka nyaris bertengkar hebat.“Ya enggak mungkin lah kamu jadi penari latar Taylor Swift di saat suami kamu bisa ngundang dia ke Indonesia untuk konser pribadi.”
Naraya berulang kali menghubungi suaminya yang tadi pagi berjanji akan menjemput untuk latihan.Biasanya Ghazanvar sudah ada di pelataran parkir saat Naraya keluar kelas tapi tidak kali ini.Dari semenjak keluar kelas terakhirnya, Naraya sudah menunggu Ghazanvar selama lima belas menit namun batang hidung suaminya tak kunjung kelihatan.“Hapenya juga enggak aktif lagi.” Naraya mengesah.“Nay,” panggil suara bariton dari belakang punggung Naraya.Naraya membalikan badannya. “Eh Mas Khafi.” “Ngapain di sini? Enggak ada kelas?”Pria itu bertanya basa-basi.“Udah selesai, Nay lagi nunggu abang Ghaza,” jawab Naraya jujur.“Ooh … aku duluan ya,” kata Khafi tapi masih berdiri di depan Naraya.“Iya, hati-hati ya Mas.” Satu detik …Dua detik …Tiga detik …Khafi masih mematung di depan Naraya sembari menatap wajah cantik itu lekat-lekat.“Aku tungguin kamu deh sampai suami kamu datang.” Khafi menjatuhkan bokongnya di bangku taman berbahan kayu di dekat sana.“Eeeh … enggak us
Setelah kembali ke mejanya, Alex menghubungi Rudolf dan Dimitri yang ternyata juga tidak tersambung.Mereka seperti hilang ditelan bumi sejak pagi.Beberapa jam Naraya menunggu hingga malam pun menjelang namun Ghazanvar tidak kunjung datang.Untuk urusan dengan Mita, sekarang Naraya sudah tidak perlu mengkhawatirkannya lagi tapi ke mana sebenarnya Ghazanvar?Kenapa seharian ini tidak ada kabar ?Padahal mereka memiliki janji untuk latihan dance.Naraya mematikan televisi di ruang kerja Ghazanvar lantas keluar dari sana.“Pak Alex, kayanya saya pulang aja … saya tunggu suami saya di rumah.” Naraya melirih dengan raut wajah lelah setelah menunggu suaminya.“Silahkan Bu, mobil untuk mengantar Ibu sudah ada di bawah … hati-hati ya, Bu.” Alex tidak menahan Naraya karena dia juga harus mencari tahu keberadaan Ghazanvar dan melakukan sesuatu bila kejadian terburuk menimpa Ghazanvar.Naraya melangkah gontai menuju lift setelah memberikan senyum yang dia paksakan untuk Alex sebagai uc
“Minggir-minggir, kalian ngalangin!” seru Radeva sembari merangsak melewati celah di antara Ghazanvar dan Anasera.Langkah pria itu lantas berhenti, tampangnya melongo lantaran mendapati Arnawarma dan Naraya sudah berdiri tepat di depannya.Radeva membalikan badan, matanya mengerjap-ngerjap meminta ide alasan apa yang harus diberikan kepada Arnawarma dan Naraya karena kedatangan mereka berdua pasti sedang mencari Ghazanvar dan Anasera yang tidak bisa dihubungi seharian ini bahkan sampai saat ini mereka bertiga belum sempat mengaktifkan ponsel.Anasera dan Ghazanvar tampak tidak memiliki ide, Radeva pun membalikan badan kemudian tertawa sumbang. “Nawa … Nay … Apakabar?” Radeva menyalami mereka semua.Pria itu jadi salah tingkah yang malah membuatnya tampak mencurigakan.“Kami bertiga baru aja meeting untuk acara liburan karyawan di Yayasan.” Radeva memberitahu padahal Arnawarma dan Naraya tidak bertanya.Tentu saja mereka berdua jadi semakin curiga.“Oh ya? Meeting di mana? Ak
“Kalau gitu ke mana Abang seharian ini? Kasih tahu Nay sampai Nay yakin kalau Abang enggak bohong,” pinta Naraya di sisa tangisnya.Ghazanvar tidak bisa memberikan penjelasan yang masuk akal, tidak mungkin juga memberitahu Naraya kalau dia berkecimpung di dunia hitam apalagi mengatakan kalau baru saja membunuh banyak orang demi menyelamatkan putra sang Sultan Arab yang dibayar dengan uang sejumlah nyaris satu Triliun.Jadi Ghazanvar hanya bisa menatap Naraya lekat sembari mencari-cari alasan yang tepat.“Kenapa Abang enggak bisa jelasin? Ada apa sebenarnya Abang sama Ana?” Naraya memelas, menjatuhkan bokongnya di kasur lantas menutup wajahnya menggunakan kedua tangan.“Naaaay, ini enggak ada hubungannya sama Ana … Ana sahabat aku, jangan cemburu sama dia.” Ghazanvar berlutut di depan Naraya.“Terus kenapa tadi Abang bilang ke Ana kalau kalian harus punya momen sebelum Ana menikah, apa maksudnya?”“Cuma asal ngomong aja, Nay … lagian kamu tahu ada Radeva juga bareng aku sama Ana
Satu topik pembicaraan yang sampai saat ini tidak pernah berani Ghazanvar dan Naraya bahas adalah tentang keterlibatan Ghazanvar dalam dunia hitam sebagai penerus sang papi.Naraya bisa mengijinkan Ghazanvar touring bersama teman-teman ghenk motornya tapi melakukan sesuatu yang berhubungan dengan dunia hitam—Naraya sulit sekali memberi ijin kepada Ghazanvar untuk pergi.“Sayang ….” Ghazanvar mengikuti Naraya ke kamar Zion karena dari Baby monitor terdengar suara Zion menangis.“Nan, Zion sama saya aja …,” kata Naraya alih-alih merespon panggilan suaminya yang telah menggunakan pakaian stelan jas lengkap padahal hari sudah larut malam.“Nanny keluar aja,” pinta Naraya agar Nanny tidak mendengar percakapan mereka. Nanny mengangguk tanpa membantah lalu keluar dari kamar Zion tidak lupa menutup pintu.“Sayang …,” panggil Ghazanvar lagi meminta perhatian Naraya.Naraya membuka kancing di dadanya untuk menyusui Zion, dia lantas duduk di single sofa khusus ibu menyusui yang bisa bera
Hari ini Gunadhya menggelar hajat besar untuk pernikahan Zyandru-anak bungsu dari om Kama dan tante Arshavina.Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba kakak sepupu Ghazanvar yang baru saja pulang dari menyelesaikan pendidikan S2 di Amerika itu menikah dengan anak pesaing bisnis ayahnya.Menurut gosip yang beredar dari kalangan Gunadhya, calon mempelai pengantin wanita mendapat wasiat dari mendiang ayahnya untuk menikah dengan Zyandru.Dan yang membuat heran adalah om Kama dengan ayah dari calon mempelai wanita sering berseteru karena bersaing ketat dalam bisnis.Karena hal tersebut muncul dugaan kalau ada perjanjian menguntungkan yang dilakukan Zyandru dengan calon istrinya hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.Jadi pagi sekali Naraya sudah didandani oleh Mua ternama langganan para artis dan ibu pejabat yang diundang datang ke rumah. Menurut informasi, Svarga dan Zaviya akan datang saat resepsi jadi Ghazanvar dan Naraya harus datang di akad nikah.Ghazanvar dan Sv
Beberapa bulan kemudian Anasera melahirkan putri cantik bernama Alenna Keiza Gunadhya.Dan malam minggu ini Arnawarma mengundang keluarga kecil Ghazanvar serta Radeva dan Anggit dengan Latief untuk makan malam di rumahnya.Bayi kecil bernama Keiza itu mendapat banyak kado dari sahabat mommy dan daddynya.Sama dengan Ghazanvar, Arnawarma pun memperlakukan Anasera layaknya Ratu.Ada banyak asisten rumah tangga serta perawat yang mengurus Keiza dan Anasera jadi di saat lemah seperti ini Anasera hanya ongkang-ongkang kaki saja di rumah menikmati kenyamanan yang diberikan suaminya.“Ipeh berapa minggu lagi melahirkan?” cetus Ghazanvar bertanya.“Antara empat atau lima minggu lagi.” Radeva yang menjawab.“Kalian kok anteng-anteng aja jadi orang tua baru, kaya santai banget gitu … memangnya Zion sama Keiza enggak pernah bangun malem? Yang aku denger katanya kalau istri baru melahirkan si suami harus siap sedia membantu istri begadang karena menyusui.” Rad
Ghazanvar benar-benar memperlakukan Naraya seperti seorang ratu.Setelah dokter menyatakan kalau Naraya sudah diperbolehkan pulang, Ghazanvar langsung mencari Nanny untuk Zion dan suster untuk merawat Naraya.“Bang, Nay ingin ngurus Zion sendiri … Nay juga enggak butuh perawat,” bisik Naraya di telinga suaminya saat dia baru saja sampai di rumah dan bertemu dengan dua orang wanita yang usianya terpaut sekitar sepuluh tahunan lebih tua dari mereka.Ghazanvar tersenyum, memberikan seat car di mana Zion tengah terlelap kepada Nanny.“Nanti kalau dia nangis bawa ke kamar saya ya,” titah Ghazanvar kepada Nanny tanpa merespon ucapan istrinya.“Baik, Pak.” Nanny pergi membawa seat car menuju lantai dua di mana kamar Zion berada.“Air hangat untuk Ibu berendam sudah siap, saya juga tambahkan garam Himalaya agar ibu lebih rileks,” kata sang perawat.“Terimakasih ya Bu, nanti saya panggil kalau butuh sesuatu,” kata Ghazanvar menahan agar sang perawat tidak perlu ikut ke kamar mereka.Na
Dia tangkup pipi Naraya kemudian mengusapnya menggunakan ibu jari, setelah itu membungkuk melabuhkan kecupan penyemangat untuk sang istri.Naraya kembali mengejan bersama erangan cukup kuat karena dorong yang dia berikan juga mampu membuat bayi itu keluar sempurna.“Wah ibu hebat.” Dokter sampai takjub.Persalinan ini berjalan lancar tanpa kendala berarti hanya dengan tiga kali dorongan.Suara tangis bayi pecah terdengar hingga ke ruang tunggu.Detik berikutnya terdengar suara riuh di ruangan tunggu, mereka mungkin tahu yang dinanti sudah hadir ke dunia.“Selamat ya Pak, anaknya jagoan.” Dokter itu berujar kembali sembelum akhirnya memberikan bayi laki-laki itu kepada perawat untuk dibersihkan.“Terimakasih Dok,” ucap Ghazanvar lantas mengalihkan tatap pada istrinya.“Terimakasih Dok.” Mami Zara juga tak lupa mengucapkan Terimakasih, beliau sampai berlinang air mata.Mami Zara masih ingat saat di masa lalu dirinya divonis tidak bisa memiliki anak lagi, ternyata Tuhan Maha Bai
Sampai di rumah sakit, petugas medis melakukan pengecekan awal terhadap Naraya dan dinyatakan kalau istri dari Ghazanvar itu akan segera melahirkan.Saat ini rumah sakit dipenuhi oleh Gunadhya, kerabat dan tamu undangan gender reveal party.Karena berturut-turut mereka mengunjungi rumah sakit setelah menikmati hidangan yang disajikan di pesta itu.Mereka semua sempat panik saat Ghazanvar berlari sambil menggendong Naraya jadi MC langsung meng-handle acara dengan mempersilahkan para tamu menikmati sajian pesta.Beruntung hari ini adalah hari minggu di mana RS tidak menerima pasien untuk poli klinik, hanya IGD saja yang beroperasi.Dan kedatangan rombongan itu membuat suasana rumah sakit yang sepi menjadi ramai apalagi di ruang tunggu ruang bersalin.Kebetulan paman Rukmana diundang juga ke gender reveal party jadi sesuai dengan harapannya, beliau bisa menunggui Naraya melahirkan.Beserta istri dan ketiga anaknya, paman Rukmana duduk di kursi di sudut ruangan, beliau berdoa dalam
“Jadi … Papi sebenarnya udah tahu lama ya kalau Abang juga masuk dunia hitam?” Ghazanvar membuat topik pembicaraan.Ayah dan anak itu duduk bersebelahan di kursi sebuah restoran mewah dengan tema semi outdoor.Restoran tersebut sengaja Ghazanvar booking untuk acara Gender Reveal Party, memberitahu keluarga jenis kelamin bayi yang dikandung Naraya.Belum banyak keluarga dan tamu yang datang jadi mereka berdua memiliki waktu untuk mengobrol.Naraya sendiri sedang didandani di sebuah ruangan khusus yang disediakan pihak restoran.Reaksi papi Arkana atas pertanyaan Ghazanvar barusan hanya tersenyum kemudian membenarkan posisi duduk, kedua tangan pria yang masih tampan di usia paruh baya itu terlipat di depan dada dan tatapannya lurus ke venue acara gender reveal party ini dengan Backdrop yang dihiasi bunga hidup dan balon warna-warni.“Papi pernah menemukan jejak Gunadhya di suatu kekacauan yang kalian tinggalkan, tapi saat itu Papi enggak tahu percis siapa
“Eh … tetangga, mau ke mana nih bawa koper.” Ghazanvar berteriak dari balkon kamarnya.Radeva yang tengah menarik koper untuk dimasukan ke dalam mobil dengan logo tour and travel ternama lantas mengacungkan jari tengah sambil memperlihatkan tampang kesal.Ghazanvar tergelak sampai memegang perutnya.Dia lantas menoleh ke halaman rumah Arnawarma dan pemandangan yang sama pria itu dapati di sana.“Nawa! Mau ke mana?” Ghazanvar sedang menggoda sang adik.Arnawarma mendelik, raut wajahnya tampak tidak bersahabat.Bagaimana Radeva dan Arnawarma tidak kesal, mereka berdua telah dikerjai habis-habisan oleh Ghazanvar karena ternyata Ghazanvar tidak menyogok apapun agar Naraya berhenti merajuk dalam kasus batagor kemarin.Sementara Radeva dan Arnawarma sampai harus mengeluarkan materi dalam jumlah besar atas saran Ghazanvar yang penuh dusta itu demi untuk membuat sang istri berhenti merajuk.Beberapa hari kemudian terbongkar kalau Ghazanvar telah berhasil mengerjai mereka, pria itu han
“Sayang—““Sayang—““Sayang tadi—“Tiga pria itu semua kompak ingin memberikan penjelasan tapi tidak tahu harus memberikan alasan apa.Mereka juga bertanya-tanya kenapa tiga wanita itu bisa bersama dan mengetahui keberadaan mereka.Ketiga wanita yang tengah hamil itu lantas membalikan badan keluar dari sana.“Nay!” seru Ghazanvar kemudian menyusul.“Kamu bayar dulu,” kata Radeva kepada Arnawarma kemudian menarik langkah cepat meninggalkan Arnawarma.Terpaksa Arnawarma harus membayar dulu makanan serta minuman mereka sekaligus batagor yang mereka pesan.Ghazanvar dan Radeva tidak lupa membawa bungkusan batagor tapi lupa membayarnya.Dua pria lainnya sudah tidak ada di parkiran saat Arnawarma selesai.Dia lantas melajukan kendaraan roda duanya dengan kecepatan tinggi pulang ke rumah.Sedangkan tiga wanita hamil yang sekarang sedang marah besar itu datang menggunakan mobil ke sini dan pulang juga menggunakan mobil yang sama.