Share

Takeshi Melawan Kuro

Dalam pelarian putus asa, Takeshi terus berlari melewati jalan-jalan kota, berusaha mencari tempat perlindungan yang aman dari kejaran Kuro. Namun, kegigihan pria itu membawanya ke tepi kota yang lebih terpencil, di mana tata kota mulai mencair menjadi padang terbuka yang luas.

Tiba-tiba, dari bayangan-bayangan yang gelap, muncul Kuro, melayang di belakang Takeshi dengan gerakan yang anggun dan mencekam. Takeshi berhenti mendadak, berbalik dengan cepat untuk menghadapi musuhnya yang tak terhindarkan.

Dengan wajah yang tenang namun penuh dengan tekad, Takeshi menarik katana yang dia bawa, Dengan gerakan yang gesit, dia memegangnya dengan erat, siap untuk melawan dengan segenap kekuatannya.

'Pertarungan pun dimulai,' pikir Takeshi dalam hati sambil tersenyum dan mata cemerlang dengan tekad yang tidak tergoyahkan.

Kuro tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi ekspresi wajahnya memberi kesan bahwa dia siap mengakhiri pertarungan ini dengan cepat. Dengan gerakan yang cepat, dia meluncur maju, memulai serangan yang ganas dan cepat.

Takeshi dengan gesit menghindari serangan pertama Kuro, lalu membalas dengan serangan pedang yang terampil. Kedua pemuda itu saling bertukar serangan dengan cepat, menciptakan kilatan cahaya dan suara yang berdenting di udara.

Meskipun Kuro memiliki kekuatan dan kecepatan yang luar biasa, Takeshi tidak kalah dalam keberaniannya. Dia memanfaatkan keterampilan pedangnya dengan lihai, menggunakan katana dengan keahlian yang mematikan.

Pertarungan itu berlangsung dengan intensitas yang meningkat, Takeshi dan Kuro saling menyerang dengan kekuatan yang sama kuat. Serangan dan blokade mereka berlangsung dengan cepat, setiap gerakan dihitung dengan hati-hati dan kekuatan yang luar biasa.

Dalam sorotan mata, Takeshi merasa adrenalinnya berdegup kencang. Dia tahu bahwa dia harus bertahan dengan segenap kemampuannya jika dia ingin keluar dari pertarungan ini dengan selamat. Dengan hati yang berdebar, dia terus melawan, siap menghadapi takdirnya dengan kepala tegak dan hati yang berani.

Pertukaran serang terus dilakukan, Takeshi memanfaatkan lingkungan sekitar untuk menyerang Kuro, dengan melempar batu melempar keranjang dan semua yang bisa di gunakannya.

Takeshi berhasil membuat Kuro lengah dengan melempar pasir ke arah wajahnya, dia tidak membuat peluang itu jadi sia sia. Takeshi meluncur maju dengan cepat, berusaha menebas tubuh Kuro, Walaupun dengan mata yang masih tertutup, Kuro berhasil menghindari nya dan hanya mendapatkan luka gores di dadanya. Memang sehebat itulah salah satu anggota Yami, yang bernama Kuro.

Saat pertarungan semakin memanas, Kuro mulai menunjukkan seriusnya. Gerakan dan serangannya menjadi lebih cepat dan lebih kuat, menunjukkan bahwa dia telah menganggap Takeshi sebagai lawan yang patut dihormati. Takeshi merasa tekanan dari serangan-serangan itu, tetapi dia menolak untuk menyerah. Dengan tekad yang kuat, dia memusatkan perhatiannya pada pertarungan yang ada di depannya.

Saat kedua pedang bertabrakan kembali, Kuro menghentikan serangannya lalu menyempatkan diri untuk berbicara. "Mungkin ini sudah terlambat, tapi izinkan saya untuk memperkenalkan diri, kau juga pasti bingung karena tiba tiba di serang." Katanya.

"Tentu saja!" Jawab Takeshi dengan nada tinggi. "Kenapa tidak dari tadi, aku tidak ingin bertarung dengan alasan yang konyol."

"Maafkan saya, nama saya adalah Kuro, bawahan tuan Shingetsu. Alasan saya menyerang mu adalah, kau ingat bandit yang beberapa waktu lalu kau kalahkan?

Takeshi mengangguk, "ya aku ingat, memangnya kenapa?"

"Itu adalah bawahan tuan Shingetsu, Kau telah mempermalukan kelompok bandit kami, Takeshi," katanya dengan suara yang tenang namun berwibawa. "Karena itu, aku di sini untuk menuntut balas atas nama kelompok kami."

"Takeshi menatap Kuro dengan perasaan campuran antara kagum dan kewaspadaan. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan," jawabnya dengan tegas. "Aku hanya melindungi diriku sendiri dari serangan mereka."

Kuro tersenyum, sebuah senyuman yang penuh dengan ketenangan. "Kau mungkin berpikir begitu, tetapi tindakanmu telah menyebabkan malu bagi kami," jelasnya dengan tegas. "Dan itu tidak dapat diterima."

Takeshi merasa tertekan oleh tuduhan tersebut, tetapi dia tetap bertekad untuk membela diri. "Aku hanya melakukan yang terbaik untuk melindungi diriku sendiri," ujarnya dengan suara yang tetap tegas.

Namun, Kuro tidak tergerak oleh argumennya. "Tidak peduli alasanmu, kau tetap harus membayar atas perbuatanmu," katanya dengan suara yang dingin.

Sementara itu, di Dojo tempat Takeshi berlatih, Hiroshi dan gurunya yang selalu mengabaikan Takeshi, sedang membicarakan Takeshi.

"Guru, apakah tidak apa apa membiarkan Takeshi pergi begitu saja? Aku khawatir kalau dia tidak menyadari posisinya sebagai orang lemah." Tanya Hiroshi, khawatir dengan Takeshi yang sudah pergi cukup lama.

"Tidak apa apa, dia akan baik baik saja di luar sana." Jawab gurunya, yang sedang mengasah katana.

"Dia bilang ingin mencari pengalaman kan, kalau begitu berarti dia pasti akan menantang bertarung kepada orang yang lebih kuat darinya, dia tidak akan selamat." Balas Hiroshi dengan khawatir.

Gurunya tertawa lepas, lalu berkata. "Dengar, Hiroshi. Kau tidak tau apa apa, Takeshi itu lebih kuat dari siapapun yang ada di Dojo ini." Ucapnya dengan meyakinkan.

"Itu tidak mungkin, dia kalah melawan Kaito. Apa guru sudah lupa?" Sahut Hiroshi, merasa heran.

"Ya, itu Takeshi secara tidak sadar dia menahan dirinya. Mungkin trauma nya karena sering di bully membuat dia seperti itu." Jawabnya sambil menaruh katana nya. "Kalau tidak salah dia bilang ingin pergi karena merasa tidak akan berkembang di lingkungan yang buruk ini bukan."

Hiroshi mengangguk setuju.

"Tapi kurasa dia pergi karena tuntutan jiwa nya. Jiwa nya menuntut pergi dari sini karena sudah tidak ada lagi yang bisa di pelajari di sini."

"Apakah guru yakin itu?" Tanya Hiroshi, merasa ragu.

"Kau secara tidak langsung sudah menghinaku, Hiroshi. Aku adalah guru di Dojo ini, dan aku melihat bahwa diantara kalian, hanya Takeshi lah yang paling berpotensi menjadi pendekar pedang terkuat di dunia ini." Jelasnya.

"Aku sungguh minta maaf guru, aku tidak bermaksud seperti itu." Ucap Hiroshi sambil membungkukkan tubuhnya.

Kembali ke pertarungan Takeshi melawan Kuro. Dengan perasaan campuran antara ketegangan dan determinasi, pertarungan antara Takeshi dan Kuro kembali memanas. Takeshi tahu bahwa dia harus bertahan dengan segenap kemampuannya jika dia ingin keluar dari pertarungan ini dengan selamat. Dengan hati yang berdegup kencang, dia bersiap untuk menghadapi takdirnya dengan kepala tegak dan hati yang berani.

Saat pertarungan berlanjut, Kuro mulai mendominasi dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa. Setiap serangan yang dilancarkan oleh Kuro terasa seperti hantaman yang mematikan, membuat Takeshi kesulitan untuk bertahan. Meskipun Takeshi berusaha keras untuk melawan, dia terus menerima luka-luka yang serius, pedang lawan itu melukainya dengan kejam.

Setiap gerakan Kuro terasa seperti kilatan petir yang menghantam, dengan Takeshi yang berusaha menghindari dan memblokir sebanyak mungkin serangan itu. Namun, kekuatan dan kecepatan Kuro terlalu kuat, membuat Takeshi terdesak dan terluka di setiap pertukaran pedang.

Meskipun demikian, Takeshi tidak menyerah. Dengan tekad yang kuat, dia terus bertahan, mencoba mencari celah dalam pertahanan lawannya. Namun, setiap usahanya sia-sia, karena Kuro terus menyerang dengan ganas dan tanpa ampun.

Dengan setiap serangan yang dia terima, Takeshi merasakan semangatnya meredup, tetapi dia menolak untuk menyerah. Dia terus berjuang dengan segenap kekuatannya, meskipun tubuhnya penuh dengan luka-luka yang parah.

Pertarungan itu berlangsung dengan intensitas yang meningkat, dengan Takeshi terus menerima serangan-serangan yang mematikan. Meskipun dia berjuang sekuat tenaga, dia tahu bahwa pertarungan itu semakin sulit dan bahwa dia mungkin tidak akan bertahan lama lagi.

Dengan darah mengalir dari luka gores di dadanya, Takeshi merasakan kepedihan yang menusuk setiap kali dia bernapas. Tubuhnya terasa berat dan tersiksa oleh setiap gerakan, namun tekadnya tetap teguh di tengah pertarungan yang semakin sengit.

Ketika Kuro menyerang dengan ganas, Takeshi merespons dengan serangan balasan yang terampil. Pedang mereka bertabrakan dengan kekuatan yang menggetarkan, menciptakan dentingan logam yang menusuk telinga. Meskipun luka-luka itu membatasi gerakannya, Takeshi tidak membiarkan dirinya terbebani oleh rasa sakit.

Sementara itu, Kuro menunjukkan kecakapan dan kecepatan yang luar biasa, membuat Takeshi terus-menerus terdesak. Setiap serangannya terasa seperti pukulan yang menghancurkan, membuat Takeshi kesulitan untuk menghindar. Namun, Takeshi tidak menyerah, melawan dengan gigih meskipun tubuhnya dipenuhi dengan luka.

Dengan setiap serangan dan blokade, Takeshi berusaha mencari celah dalam pertahanan Kuro. Meskipun luka-luka yang dialaminya membuatnya bergerak dengan keterbatasan, Takeshi tetap fokus pada pertarungan, mengeksplorasi setiap peluang yang muncul.

Dalam bayangan awan mendung yang melingkupi mereka, sorotan matahari menyinari tubuh Takeshi yang berdiri tegak, dengan darahnya yang mengalir sebagai tanda perlawanan yang tak kenal lelah. Meskipun napasnya terengah-engah dan tubuhnya lemah oleh luka-luka, tekadnya tetap kuat, dan matanya bersinar dengan tekad yang tidak tergoyahkan.

Ketika pertarungan berlanjut, Takeshi mulai memahami pola serangan Kuro yang teratur dan monoton. Meskipun terus menerima serangan-serangan mematikan, Takeshi mencoba memanfaatkan pengetahuannya tentang pola tersebut untuk mengubah arus pertarungan.

Dengan perasaan tekad yang tumbuh di dalamnya, Takeshi memusatkan perhatiannya pada gerakan dan pola serangan Kuro. "Kau sangat terampil, Kuro," ujarnya sambil bernafas terengah-engah. "Tetapi setiap pola pasti memiliki kelemahan."

Kuro menatap Takeshi dengan dingin, menyadari bahwa lawannya tidak akan menyerah begitu saja. Tanpa kata-kata, dia melanjutkan serangannya dengan ganas, mencoba mengatasi keteguhan Takeshi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status