Di kota perbatasan, Yudha sedang duduk di dalam tenda militer sambil melihat buku strategi. Tiba-tiba, seorang prajurit masuk dengan tergesa-gesa sambil membawa selembar surat. "Laporan, Jenderal Yudha. Ada surat dari Tuan Wahyudi!" kata prajurit itu.Mendengar laporan itu, ekspresi Yudha langsung menjadi gelisah. Dia buru-buru bangkit seraya melambaikan tangannya ke arah prajurit itu dan mendesak, "Cepat bawa kemari, biar aku lihat!""Baik, Jenderal!" Prajurit itu segera mendekat dan memberikan surat itu kepada Yudha. Melihat isi surat, Yudha merasa senang bukan main!"Baguslah, Tuan Wahyudi akhirnya setuju untuk membantu kita!" Pada saat ini, wakil jenderal yang berdiri di samping Yudha dengan wajah panik, bertanya dengan heran, "Jenderal, maksud Anda, Tuan Wahyudi mau turun tangan membantu kita menangani masalah ini?""Benar sekali," balas Yudha dengan kegirangan. "Aku percaya, kalau Tuan Wahyudi membantu, kita pasti akan bisa menang kali ini!"Mendengar ucapannya, ekspresi sang wak
Yudha tersenyum, tidak terlihat sedikit pun kepanikan dan kebingungan di wajahnya, seolah-olah semua ini berada dalam kendalinya.Ketika melihat ini, Zaabit merasa makin bingung. Dia menatap Yudha dengan curiga sambil bertanya, "Jenderal, kenapa kamu tersenyum? Ini tentang kemenangan kita melawan Keluarga Juwanto. Aku nggak nyangka Keluarga Barus akan seperti ini. Bukankah mereka jelas-jelas mempermainkan kita?"Mendengar ini, Yudha pun menggeleng dengan tidak acuh. Dia menimpali dengan lirih, "Sebenarnya, Keluarga Barus sudah termasuk luar biasa karena mengutus 5.000 pasukan untuk kita gunakan.""Hah?" Zaabit tampak bingung. "Jenderal, aku nggak ngerti ....""Aku nggak perlu memberitahumu tujuan perang ini lagi, 'kan?" balas Yudha sambil menatap Zaabit lekat-lekat. Kemudian, dia meneruskan dengan tegas, "Keluarga Juwanto menyerang karena mereka memiliki Pangeran Yahya. Ratu menyerang karena mendiang Raja menyuruhnya menggantikan Putra Mahkota untuk sementara waktu. Kedua pihak ini sam
Beberapa saat kemudian, Kumar akhirnya menerima surat tantangan tersebut. Awalnya, Kumar sedang duduk di kamp sambil menikmati teh. Ketika menerima surat dari Yudha, dia pun tertegun sesaat sebelum tertawa terbahak-bahak.Kumar segera membaca surat tantangan itu. Kemudian, dia melemparkannya ke samping dengan ekspresi menghina. "Menarik sekali, Yudha mengira dirinya begitu hebat? Dia ingin mengalahkan 50.000 pasukanku dengan 30.000 pasukannya? Dia kira dirinya dewa perang yang tak terkalahkan? Konyol sekali, hahaha!"Wakil jenderal yang berdiri di samping Kumar pun mengangguk sambil membalas, "Benar. Meskipun Yudha dikenal sebagai jenderal tak terkalahkan, kesenjangan kekuatan kali ini terlalu besar. Dia sudah pasti akan mati, kecuali menyerah dan tunduk kepada kita!"Perkataan wakil jenderal ini membuat Kumar tergelak lagi. Sorot matanya tampak berbinar-binar, sedangkan ekspresinya dipenuhi keangkuhan.Kali ini, Kumar yakin dirinya akan menang. Dia bersumpah akan melenyapkan Yudha yan
Yudha memperhatikan semua reaksi dan sikap Kumar. Raut wajahnya tampak sangat dingin saat menegur, "Jangan bicara omong kosong! Beraninya kamu mengatakan hal lancang seperti itu! Kumar, kamu benar-benar sewenang-wenang!"Kumar tersenyum dingin saat mendengar ini. Sorot matanya tampak suram, bahkan terlihat niat membunuh yang jelas. Saking geramnya, dia mengepalkan tangannya sampai terdengar suara kertak tulang."Hehehe. Jenderal, kenapa kamu nggak bisa berpikir dengan jernih? Meskipun Ratu mengurus negara atas permintaan mendiang Raja, dia hanya seorang wanita! Apa wanita sanggup melindungi Kerajaan Nuala dengan baik?" sahut Kumar."Diam! Kamu sengaja menghasut orang-orang untuk melawan Ratu!" hardik Yudha dengan galak."Hehehe. Lihatlah dirimu, kamu marah karena nggak bisa menerima kenyataan," ejek Kumar sembari terkekeh-kekeh sinis. Kemudian, dia meneruskan, "Yudha, sejak zaman dulu, nggak ada wanita yang menduduki takhta. Masa kamu ingin melihat Kerajaan Nuala binasa?"Wajah Kumar d
Kesenjangan antara kedua belah pihak terlalu besar sehingga Yudha tidak mungkin bisa menang. Makin dipikirkan, Kumar merasa makin bangga. Dia sungguh menantikan kekalahan Yudha!Kumar tidak bisa menahan tawa. Dia berucap dengan nada menghina, "Yudha, aku menghormatimu sebagai seorang jenderal. Aku mengagumi keberanian dan karaktermu. Meskipun kita berdiri di pihak yang berbeda, bukan berarti kita nggak bisa menjadi teman.""Kalau kamu bersedia, kamu boleh bergabung dengan Keluarga Juwanto. Kamu akan menjadi jenderal kepercayaanku yang membantuku menaklukkan dunia. Aku juga bisa menyerahkan pasukan padamu. Gimana?" tanya Kumar.Ucapan Kumar membuat wajah Yudha menjadi sangat masam dan dingin. Dia tertawa dengan sinis, tatapannya penuh penghinaan."Hehe, haha! Lucu, lucu sekali!" Yudha berusaha menahan amarah yang berkecamuk dalam hatinya. Dengan wajah murung dan dingin, dia membentak dengan galak, "Kumar, jangan mimpi! Kamu nggak punya status apa pun. Kalau terus bersikeras, kamu akan d
Yudha merasa makin ragu saat memikirkannya. Tiba-tiba, terlihat salah satu bawahan Kumar yang menunggang kuda menghampiri dengan terburu-buru. Dia melaporkan, "Tuan, gawat, gawat sekali!"Tentara itu memperlihatkan ekspresi panik. Dia berkata dengan lantang, "Persediaan makanan kita dibakar seseorang!""Apa?" Begitu mendengarnya, Kumar seketika merasa cemas. Dia menelan ludah, merasakan keringat dingin bercucuran di punggungnya.Ketakutan terus menyerang pikirannya, membuat napasnya mulai memburu. Ketika berperang, hal paling penting yang harus disiapkan adalah makanan. Jika tentara kelaparan, mereka pasti akan kalah dalam pertempuran.Sekarang, persediaan makanan mereka malah terbakar. Perasaan cemas dan takut mulai menyelimuti hati seluruh orang. Mereka mulai berdiskusi dengan lirih. Apabila tidak ada makanan setelah perang, bukankah mereka akan mati kelaparan?"Berapa banyak yang terbakar? Apa apinya sempat dipadamkan?" tanya Kumar dengan khawatir."Se ... semuanya habis terbakar ..
Ancaman ini sontak membuat raut wajah Kumar menjadi makin murung. Namun, yang dikatakan Yudha tidak salah. Kalau Kumar bersikeras melawan, bagaimana dia bisa mengurus masalah lainnya? Saat ini, Kumar benar-benar dilema.Ekspresi Yudha dipenuhi penghinaan. Dia menatap Kumar dengan angkuh, lalu bertanya lagi dengan lirih, "Jadi, Tuan Kumar, kamu mau kembali menjaga Provinsi Sebra atau bersikeras melawanku?"Yudha terkekeh-kekeh dengan sombong dan meneruskan, "Kamu sendiri yang bilang aku ini jenderal tak terkalahkan. Semua pertempuran di dunia ini pasti bisa kumenangkan!"Yudha mengayunkan tangannya, lalu menunjuk pasukan di belakang sambil berucap dengan bangga, "Kamu lihat itu? Mereka semua pasukan elite. Meskipun selisih jumlah kita cukup banyak, mudah saja bagiku untuk mengalahkan kalian!"Orang yang sudah berpengalaman di medan perang memang memiliki karisma yang berbeda. Kumar mempertimbangkan dengan ekspresi masam. Langkah apa yang harus dia ambil selanjutnya?"Tuan Kumar, waktumu
"Benar, Yang Mulia!" Ekspresi para menteri itu tampak sangat gelisah.Salah satu yang memimpin pun berucap dengan serius, "Masalah ini benar-benar gawat. Mohon Yang Mulia segera membuat keputusan supaya para rakyat bisa tenang."Mendengar ini, ekspresi Jihan tampak serius. Dia merenung sejenak, lalu menyahut dengan tenang, "Sebenarnya, aku juga sangat mengkhawatirkan masalah ini selama ini. Aku nggak nyangka akan terjadi hari ini ....""Yang Mulia, invasi perbatasan ini sangat berbahaya!""Perang menimbulkan masalah bagi rakyat, kita juga akan rugi besar. Kita harus segera memilih orang untuk mengatasi pemberontakan ini!""Kalian benar," balas Jihan saat mendengar usulan para menteri itu. Tatapannya dipenuhi kecemasan saat meneruskan, "Tapi, Jenderal Yudha sedang bertugas memusnahkan pasukan Keluarga Juwanto. Dia yang memiliki kekuatan tempur terbesar di Atrana. Bagaimana bisa dia melaksanakan kedua tugas ini sekaligus?"Jihan sungguh gelisah sekarang. Dia tanpa sadar meremas lengan ba
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m