Danu melanjutkan, "Kita sudah menunggu begitu lama. Sekalipun ada urusan genting, seharusnya sudah selesai, 'kan? Kenapa dia belum menemui kita?"Wira meletakkan cangkir teh, lalu menggeleng dan berucap, "Aku tebak, hari ini kita nggak akan bisa bertemu Kepala Keluarga Fazaira lagi.""Kenapa?" tanya Danu yang terkejut. Dia baru menyadari bahwa Wira sudah menduga hal ini sejak awal.Wira menjelaskan, "Kalau memang berniat menemui kita, dia nggak akan banyak alasan seperti ini."Selesai bicara, Wira berdiri dan berujar, "Sudahlah, kita pulang saja. Hari ini, Kepala Keluarga Fazaira nggak akan menemui kita lagi."Ekspresi Danu tampak kesal, tetapi dia hanya bisa mengikuti Wira keluar.Pengurus segera datang saat melihat Wira dan Danu keluar. Dia tersenyum sopan dan berkata, "Maaf, belakangan ini kepala keluarga kami sakit. Setelah membereskan urusannya, dia tiba-tiba sakit kepala, jadi langsung istirahat. Sekarang dia sedang diperiksa sehingga nggak bisa menemui kalian."Danu yang gusar h
Waluyo tidak marah, tetapi dia tidak langsung menjawab pertanyaannya putranya. Dia malah bertanya balik, "Pradipta, apa kamu tahu apa yang dilakukan Wira di sepanjang perjalanan?"Setelah Waluyo selesai bicara, Pradipta berpikir sejenak dan menjawab, "Kudengar, sepertinya Wira berniat membangun jalur perdagangan. Seharusnya ini hal yang bagus."Waluyo bertanya lagi, "Benar, ini memang hal yang bagus. Tapi, coba kamu jelaskan apa yang bagus?"Pradipta merenung, lalu menyahut, "Keuntungan. Dengan begitu, kita bisa memungut uang keamanan yang lebih banyak."Waluyo mengangguk dan menimpali, "Benar, kita memang bisa mendapatkan lebih banyak uang. Tapi, ini belum cukup. Kalau hanya karena uang keamanan, aku nggak usah berbuat seperti ini."Pradipta tidak memahami maksud ayahnya, jadi dia bertanya, "Apa Ayah punya maksud lain?"Waluyo mengangguk dan menjawab, "Tentu saja, aku memang sengaja mengabaikannya. Hanya dengan begitu, Wira baru bisa tahu bahwa bekerja sama dengan kita nggak gampang.
Pradipta memang tahu bahwa Wira adalah pebisnis genius, tetapi dia tidak tahu mengenai barang dagangan Wira. Jadi, saat ini Pradipta sedikit terkejut saat melihat barang-barang ini. Semuanya memang barang bagus, setiap barang pasti laris manis kalau dijual!Waluyo menjelaskan, "Semua ini barang dagangan Wira dan salah satu alasan Wira membuka jalur perdagangan. Pradipta, apa kamu tahu seberapa besar keuntungan dari penjualan barang-barang ini?"Tentu saja, Pradipta tahu jawabannya. Semua barang ini sangat sulit didapatkan.Waluyo melanjutkan, "Apalagi gelas kristal ini, lihat saja kualitasnya yang begitu bagus. Dia memang hebat karena bisa membuat barang sebagus ini. Banyak orang kaya yang menyukai gelas kristal ini dan harganya sangat mahal. Kalau bisa mengendalikan harganya di pasaran, gelas kristal ini bisa dijual dengan harga yang tinggi."Selesai bicara, Waluyo memandang Pradipta seraya tersenyum. Pradipta juga langsung memahami ucapan ayahnya. Ternyata, ini rencana Waluyo!Wira m
Wira mengangguk setelah mendengar ucapan Dian. Namun, Dewina langsung menimpali, "Kalau mereka bertindak semena-mena, bagaimana kita bisa bekerja sama dengan mereka?"Wulan memang memahami maksud Dian, tetapi dia juga mengangguk dan berucap, "Takutnya nggak gampang untuk bekerja sama dengan mereka."Wira tersenyum lagi sambil memandang mereka bertiga, lalu berkata, "Mereka bukan hanya mengharapkan keuntungan kecil dari uang keamanan."Begitu Wira melontarkan ucapan ini, Wulan dan Dewina tertegun sejenak. Akan tetapi, akhirnya mereka juga mengerti. Wulan bertanya, "Suamiku, maksudmu, mereka mengincar barang dagangan kita?"Wira mengangguk dan menjawab, "Tentu saja, uang keamanan hanya menghasilkan keuntungan kecil. Tapi, kalau bisa menjual barang dagangan ini, mereka bisa mendapatkan keuntungan besar."Wulan terkejut, lalu berujar, "Ternyata begitu. Keluarga Fazaira sengaja mempersulitmu untuk menggertakmu. Cara ini akan mempermudah kerja sama denganmu ke depannya. Benar, 'kan?"Wira me
Dian menimpali, "Dengan begini, kita bisa jadi pihak yang memegang kuasa!"Wira tiba-tiba tertawa mendengar ucapan ketiga wanita itu. "Apa lagi yang kubutuhkan kalau punya istri seperti ini? Kalian benar-benar istri yang baik!" ujarnya.Wira sangat senang dan puas karena ketiga wanita itu bisa memikirkan hal-hal ini. Jika begini, kelak mereka juga dapat membantu dirinya dalam bisnis. Tujuan Wira membimbing mereka tentu saja tidak hanya agar mereka bisa membantunya, tetapi juga supaya mereka bisa berpikir secara mandiri.Wajah cantik ketiga wanita itu memerah. Mereka terlihat sangat senang, tetapi juga sedikit malu."Aku ... aku belum setuju untuk menikah denganmu," ucap Dewina dengan lirih karena malu.Sebelum Wira sempat bicara, Wulan terkekeh-kekeh dan berkata, "Ayolah, Dewina. Kamu bahkan pernah bilang kalau Wira nggak kembali, kamu nggak akan menikah dengan orang lain.""Aku juga dengar," timpal Dian."Aduh, jangan mengolok-olokku lagi. Kita ... bahas bisnis saja. Gimana rencana sp
"Jangan kira ada yang salah dengan produk kami hanya karena dijual murah." Danu tersenyum tipis dan menjelaskan dengan sungguh-sungguh, "Kami melakukan ini hanya untuk promosi! Hari ini, semua orang bisa mendapatkan barang murah dan berkualitas baik! Kelak, semua barang yang dijual di toko kami dapat dibeli di toko Keluarga Fazaira!""Nggak peduli siapa dan seberapa banyak kalian ingin membeli, kalian semua bisa memesannya di toko Keluarga Fazaira! Kami sudah bekerja sama dengan Keluarga Fazaira, jadi kalian semua bisa membelinya di toko mereka," tambah Danu.Mendengar ini, semua orang tiba-tiba terlihat sangat antusias. Asal tahu saja, barang murah dan bagus seperti itu jarang ada. Sekarang, mereka harus memanfaatkan kesempatan ini dan membeli sebanyak-banyaknya! Setelah sekelompok orang itu memborong produk di toko Wira, mereka segera bergegas ke toko Keluarga Fazaira.Saat ini, pengurus toko milik Keluarga Fazaira sedang melayani pembeli. Mendadak, terdengar suara langkah kaki buru-
Kepala pelayan buru-buru masuk dan berkata dengan ekspresi cemas, "Gawat, Tuan. Terjadi masalah besar!""Ada apa? Kenapa kamu sepanik itu?" tanya Waluyo sambil mengernyit. Dia heran mendapati kepala pelayan masuk dengan ekspresi panik."Wira menyebarkan rumor kalau Keluarga Fazaira telah bekerja sama dengannya. Hal ini membuat banyak pembeli datang ke toko untuk membeli produk setengah harga! Karena terlalu banyak orang di toko, para pengurus toko tidak berani bilang kalau kita tidak menjual barang-barang ini. Mereka cuma berkata akan memberi tahu kalau stok sudah kembali tersedia," ujar kepala pelayan dengan cemas.Waluyo tampak sangat terkejut! Dia perlahan bangkit dan berkata dengan takjub, "Wira benar-benar nggak bisa diremehkan. Tak kusangka dia akan menggunakan cara ini untuk memaksa kita berkompromi."Pradipta juga berkata dengan kaget, "Wira mau menggunakan kekuatan massa untuk menekan kita! Bisa-bisanya dia menggunakan cara ini untuk melawan kita. Apa dia pikir kita bakal tund
Waluyo terdiam beberapa saat, lalu dia melambaikan tangannya dan berkata pada Pradipta, "Ayo jalan, kita temui Wira!"Pradipta mengikuti Waluyo pergi ke penginapan tempat Wira menginap. Dari kejauhan, Danu melihat keduanya dan berkata dengan penuh semangat, "Kak Wira, ayah dan anak dari Keluarga Fazaira benaran datang! Strategimu memang bagus!"Wira tersenyum tipis dan berkata, "Suruh mereka masuk!"Tak lama, Danu membawa Waluyo dan Pradipta masuk. Wira mengangguk pelan pada mereka dan berkata, "Akhirnya Pak Waluyo bersedia menemuiku."Waluyo mendengus dan berkata dengan serius, "Strategimu boleh juga, kamu layak disebut pebisnis hebat.""Terima kasih banyak atas pujian Pak Waluyo!" ujar Wira sambil tersenyum. Dia lantas mempersilakan kedua tamunya untuk duduk. Setelah menyajikan teh, Wira berkata sambil tersenyum, "Pak Waluyo berinisiatif datang ke sini pasti untuk mendiskusikan kerja sama denganku, bukan?"Waluyo berkata dengan nada rendah, "Sudah tahu masih tanya! Karena kamu menyeb
Kali ini, Dahlan datang memang demi Wira.Tampaknya eksistensi Wira bukan hanya memengaruhi Ciputra dan Kerajaan Beluana, tetapi juga memengaruhi Senia serta Kerajaan Agrel.Namun, jika dipikirkan lebih jauh, hal ini masuk akal. Meskipun fondasi kekuasaan Senia berada di Kerajaan Agrel, siapa yang tidak tahu ambisinya begitu besar?Senia tentu saja ingin merebut wilayah Wira, lalu mengerahkan pasukan ke selatan dan langsung menyerbu Dataran Tengah. Dengan demikian, Senia dapat mengamankan posisinya sebagai penguasa.Ketika saat itu tiba, persaingan antara Ciputra dan Senia tidak akan terhindarkan. Melawan Senia sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan menghadapi Wira.Apalagi, Senia berasal dari suku lain. Dalam perbandingan di antara keduanya, rakyat di sembilan provinsi ini tentu lebih berpihak kepada Ciputra. Ciputra sangat yakin tentang ini.Namun, saat mendengar Dahlan mengatakan hal itu, dia tidak bisa menunjukkan kegelisahan yang berlebihan agar rencananya tidak terbaca oleh ora
"Lebih baik kita masuk ke kota dulu. Perang itu memang nggak terhindarkan. Tapi, bagaimana kita melawannya, kita masih perlu membahasnya dengan yang lainnya dulu," kata Wira sambil tersenyum dan menepuk bahu Agha.Meskipun Agha agak ceroboh dan gegabah, Wira tetap menganggapnya sebagai adik sendiri. Lagi pula, Agha melakukan semua itu juga demi kebaikannya. Memiliki ambisi untuk maju di medan perang juga termasuk hal yang baik.Dalam sekejap, semua orang sudah bergerak menuju Provinsi Yonggu.....Saat ini, di Kerajaan Beluana.Setelah mengetahui kedatangan Dahlan, Ciputra yang langsung menemuinya dan saat ini keduanya sedang berada di ruang kerja istana. Selain pengawal dan pelayan istana, tidak ada orang lain lagi di sana. Para pejabat pemerintahan juga tidak dipanggil untuk hadir di sana.Ciputra merasa statusnya sangat jauh berbeda dengan Dahlan yang hanya seorang pangeran saja, sehingga dia tidak perlu sungkan. Dia sendiri yang langsung menyelesaikan masalah ini pun sudah termasuk
Ararya memang sangat berhati-hati. Jika tidak, dia tidak akan bisa sampai ke posisinya saat ini.Kresna menganggukkan kepala. "Baik."Setelah membahas semuanya, ketiganya punya berpisah dan pergi ke wilayah mereka masing-masing.Pada malam harinya, Kresna segera mengirimkan pesan pada Wira untuk memberi tahu situasi mereka di sana. Langkahnya ini memang sangat berisiko karena mereka tidak memiliki cara berkomunikasi lain dengan Wira, hanya bisa mengandalkan cara mengirim pesan dengan burung merpati ini. Jika tidak dalam keadaan darurat, mereka pasti tidak akan berani mengambil risiko ini.Untuk mengirim pesan dengan burung merpati bisa sampai ke tangan Wira, perjalanannya harus melewati ribuan gunung dan sungai. Tempat pertama yang harus dilalui adalah wilayah tandus di utara ini. Apalagi tanah yang sudah mereka huni selama puluhan tahun ini merupakan tempat yang sering berubah secara mendadak. Namun, demi rencana besar kelak, Kresna hanya bisa mengambil risiko ini.Untungnya, Wira tet
Dwipangga tetap tidak berbicara. Sekarang dia sudah tahu apa yang dilakukannya tadi adalah salah."Sudahlah. Bukankah sekarang juga nggak terjadi kejadian besar? Kalau begitu, jangan mempersulit Dwipangga lagi. Dia juga karena memikirkan kita, jadi bertindak gegabah. Anak muda memang harus bersemangat. Anak-anakku malah nggak punya semangat sedikit pun. Kalau aku bisa punya putra seperti Dwipangga, aku akan merasa sangat bersyukur," kata Kresna.Kresna bukannya sengaja memuji Dwipangga, tetapi anak-anaknya memang tidak bisa dibandingkan dengan Dwipangga. Jika tidak, dia tidak perlu memikul semua beban ini sendirian. Selama bertahun-tahun ini, dia juga sudah merasa kelelahan dan ingin menikmati masa tuanya dengan tenang seperti orang lain. Namun, urusan di pemerintahan memang selalu memerlukan banyak tenaga dan pikiran.Ararya hanya menghela napas. Melihat Kresna yang membela Dwipangga, dia pun tidak banyak berbicara lagi."Kalau kelak kamu gegabah lagi, kamu akan tetap tinggal di rumah
"Selain itu, pemikiran Raja Ararya dan Raja Kresna juga nggak sama denganmu. Kenapa Ratu masih membiarkan mereka pergi? Sekarang hanya ada mereka bertiga saja, kita bisa langsung menyingkirkan mereka," kata kepala kasim itu.Berhubung karena tidak ada asisten yang bisa diandalkan Senia lagi, kepala kasim pun naik jabatan. Sekarang, dia selalu berada di sisi Senia kapan pun. Namun, ide-ide yang diberikannya semuanya adalah ide buruk karena dia hanya seorang kasim biasa yang tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Untungnya, dia pandai berbicara, sehingga dia lebih disukai dan bisa tetap berada di sisi Senia.Senia berkata, "Kamu pikir aku nggak ingin menyingkirkan mereka? Sejak aku naik takhta, mereka selalu menjadi masalah besar bagiku. Aku sudah lama ingin menyingkirkan mereka. Tapi, mereka punya kekuasaan militer dan sekarang juga adalah saat yang penting untuk merekrut orang. Kalau terjadi pemberontakan internal, situasinya akan makin nggak terkendali dan itu nggak menguntungkanku."
Senia berkata dengan nada yang tetap tegas, "Sudahlah, aku ini juga nggak makan manusia. Aku hanya ingin melihat, apa aku bisa memberikan jabatan yang bagus untuk putramu ini. Perang akan terjadi sebentar lagi. Setelah Dahlan kembali nanti, dia akan membawa kabar dari Kerajaan Beluana. Kalau Kerajaan Beluana bersedia kerja sama dengan kita, kita bisa langsung berperang dengan Wira.""Pada saat itu, nggak peduli seberapa hebat pun Wira, dia nggak akan bisa menghadapi kerja sama kedua kerajaan ini."Setelah mengatakan itu, Senia kembali duduk di takhta dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri dengan tatapan yang sangat tajam.Ararya dan Kresna saling memandang dengan ekspresi terkejut. Pantas saja mereka tidak melihat Dahlan setelah mereka kembali ke istana, ternyata dia sudah menuju ke Kerajaan Beluana. Senia jelas berencana untuk bekerja sama dengan Kerajaan Beluana dalam melawan Wira.Sayangnya, Wira memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Nuala juga, bahkan bersahabat dengan berb
"Sebelum kalian berangkat, aku sudah bisa menebak hasilnya akan seperti ini. Kalau Wira bisa disingkirkan dengan begitu mudah, saat itu aku juga nggak perlu begitu repot-repot dan akhirnya sia-sia begitu saja. Mungkin langit nggak ingin Wira mati di tangan orang lain," gumam Senia.Senia tiba-tiba berdiri setelah mengatakan itu dan mendekati Kresna, Ararya, dan Dwipangga. Dia menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin, bahkan Ararya dan Kresna pun merinding.Sementara itu, Dwipangga yang selalu berdiri di samping juga terus menatap Senia dengan tatapan yang penuh dengan niat membunuh. Semua hal ini dimulai dari wanita di depannya ini. Jika tidak, mereka juga tidak akan berakhir begitu menyedihkan. Selama dia bisa membunuh wanita di depannya ini, semua masalah akan selesai.Ararya secara refleks menoleh dan menatap Dwipangga. Ayah dan anak ini memiliki ikatan yang sangat kuat dan saling memahami pemikiran masing-masing. Hanya dengan melihat tatapan Dwipangga, dia sudah tahu apa ya
"Selain itu, ini sudah termasuk hasil yang cukup bagus. Wira bukan orang biasa, mana mungkin kita bisa membunuhnya dengan mudah. Saat itu Ratu juga sudah berkali-kali mencoba membunuh Wira, tapi pada akhirnya Wira tetap berhasil melarikan diri. Dia bahkan rugi sendiri. Dia sendiri juga nggak bisa menyelesaikan tugas ini, mana mungkin kita bisa menyelesaikannya," kata Kresna.Kresna sudah berhubungan dengan Senia jauh lebih lama daripada Ararya. Selain itu, Ararya juga biasanya tidak peduli dengan urusan pemerintahan. Dibandingkan dengan Ararya, dia tentu saja jauh lebih memahami Senia.Ararya perlahan-lahan berkata, "Benar. Kalau memang itu sudah takdirnya, kita juga nggak bisa menghindar. Selama kita bisa menghindari masalah hari ini, kelak nggak akan ada begitu banyak masalah lagi.""Kita hanya perlu menunggu saatnya bertemu dengan Tuan Wira dengan sabar saja, lalu merencanakan strategi yang sempurna dan mengatasi semua ini. Setelah itu, kita bisa meninggalkan wilayah tandus di utara
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a