Pradipta memang tahu bahwa Wira adalah pebisnis genius, tetapi dia tidak tahu mengenai barang dagangan Wira. Jadi, saat ini Pradipta sedikit terkejut saat melihat barang-barang ini. Semuanya memang barang bagus, setiap barang pasti laris manis kalau dijual!Waluyo menjelaskan, "Semua ini barang dagangan Wira dan salah satu alasan Wira membuka jalur perdagangan. Pradipta, apa kamu tahu seberapa besar keuntungan dari penjualan barang-barang ini?"Tentu saja, Pradipta tahu jawabannya. Semua barang ini sangat sulit didapatkan.Waluyo melanjutkan, "Apalagi gelas kristal ini, lihat saja kualitasnya yang begitu bagus. Dia memang hebat karena bisa membuat barang sebagus ini. Banyak orang kaya yang menyukai gelas kristal ini dan harganya sangat mahal. Kalau bisa mengendalikan harganya di pasaran, gelas kristal ini bisa dijual dengan harga yang tinggi."Selesai bicara, Waluyo memandang Pradipta seraya tersenyum. Pradipta juga langsung memahami ucapan ayahnya. Ternyata, ini rencana Waluyo!Wira m
Wira mengangguk setelah mendengar ucapan Dian. Namun, Dewina langsung menimpali, "Kalau mereka bertindak semena-mena, bagaimana kita bisa bekerja sama dengan mereka?"Wulan memang memahami maksud Dian, tetapi dia juga mengangguk dan berucap, "Takutnya nggak gampang untuk bekerja sama dengan mereka."Wira tersenyum lagi sambil memandang mereka bertiga, lalu berkata, "Mereka bukan hanya mengharapkan keuntungan kecil dari uang keamanan."Begitu Wira melontarkan ucapan ini, Wulan dan Dewina tertegun sejenak. Akan tetapi, akhirnya mereka juga mengerti. Wulan bertanya, "Suamiku, maksudmu, mereka mengincar barang dagangan kita?"Wira mengangguk dan menjawab, "Tentu saja, uang keamanan hanya menghasilkan keuntungan kecil. Tapi, kalau bisa menjual barang dagangan ini, mereka bisa mendapatkan keuntungan besar."Wulan terkejut, lalu berujar, "Ternyata begitu. Keluarga Fazaira sengaja mempersulitmu untuk menggertakmu. Cara ini akan mempermudah kerja sama denganmu ke depannya. Benar, 'kan?"Wira me
Dian menimpali, "Dengan begini, kita bisa jadi pihak yang memegang kuasa!"Wira tiba-tiba tertawa mendengar ucapan ketiga wanita itu. "Apa lagi yang kubutuhkan kalau punya istri seperti ini? Kalian benar-benar istri yang baik!" ujarnya.Wira sangat senang dan puas karena ketiga wanita itu bisa memikirkan hal-hal ini. Jika begini, kelak mereka juga dapat membantu dirinya dalam bisnis. Tujuan Wira membimbing mereka tentu saja tidak hanya agar mereka bisa membantunya, tetapi juga supaya mereka bisa berpikir secara mandiri.Wajah cantik ketiga wanita itu memerah. Mereka terlihat sangat senang, tetapi juga sedikit malu."Aku ... aku belum setuju untuk menikah denganmu," ucap Dewina dengan lirih karena malu.Sebelum Wira sempat bicara, Wulan terkekeh-kekeh dan berkata, "Ayolah, Dewina. Kamu bahkan pernah bilang kalau Wira nggak kembali, kamu nggak akan menikah dengan orang lain.""Aku juga dengar," timpal Dian."Aduh, jangan mengolok-olokku lagi. Kita ... bahas bisnis saja. Gimana rencana sp
"Jangan kira ada yang salah dengan produk kami hanya karena dijual murah." Danu tersenyum tipis dan menjelaskan dengan sungguh-sungguh, "Kami melakukan ini hanya untuk promosi! Hari ini, semua orang bisa mendapatkan barang murah dan berkualitas baik! Kelak, semua barang yang dijual di toko kami dapat dibeli di toko Keluarga Fazaira!""Nggak peduli siapa dan seberapa banyak kalian ingin membeli, kalian semua bisa memesannya di toko Keluarga Fazaira! Kami sudah bekerja sama dengan Keluarga Fazaira, jadi kalian semua bisa membelinya di toko mereka," tambah Danu.Mendengar ini, semua orang tiba-tiba terlihat sangat antusias. Asal tahu saja, barang murah dan bagus seperti itu jarang ada. Sekarang, mereka harus memanfaatkan kesempatan ini dan membeli sebanyak-banyaknya! Setelah sekelompok orang itu memborong produk di toko Wira, mereka segera bergegas ke toko Keluarga Fazaira.Saat ini, pengurus toko milik Keluarga Fazaira sedang melayani pembeli. Mendadak, terdengar suara langkah kaki buru-
Kepala pelayan buru-buru masuk dan berkata dengan ekspresi cemas, "Gawat, Tuan. Terjadi masalah besar!""Ada apa? Kenapa kamu sepanik itu?" tanya Waluyo sambil mengernyit. Dia heran mendapati kepala pelayan masuk dengan ekspresi panik."Wira menyebarkan rumor kalau Keluarga Fazaira telah bekerja sama dengannya. Hal ini membuat banyak pembeli datang ke toko untuk membeli produk setengah harga! Karena terlalu banyak orang di toko, para pengurus toko tidak berani bilang kalau kita tidak menjual barang-barang ini. Mereka cuma berkata akan memberi tahu kalau stok sudah kembali tersedia," ujar kepala pelayan dengan cemas.Waluyo tampak sangat terkejut! Dia perlahan bangkit dan berkata dengan takjub, "Wira benar-benar nggak bisa diremehkan. Tak kusangka dia akan menggunakan cara ini untuk memaksa kita berkompromi."Pradipta juga berkata dengan kaget, "Wira mau menggunakan kekuatan massa untuk menekan kita! Bisa-bisanya dia menggunakan cara ini untuk melawan kita. Apa dia pikir kita bakal tund
Waluyo terdiam beberapa saat, lalu dia melambaikan tangannya dan berkata pada Pradipta, "Ayo jalan, kita temui Wira!"Pradipta mengikuti Waluyo pergi ke penginapan tempat Wira menginap. Dari kejauhan, Danu melihat keduanya dan berkata dengan penuh semangat, "Kak Wira, ayah dan anak dari Keluarga Fazaira benaran datang! Strategimu memang bagus!"Wira tersenyum tipis dan berkata, "Suruh mereka masuk!"Tak lama, Danu membawa Waluyo dan Pradipta masuk. Wira mengangguk pelan pada mereka dan berkata, "Akhirnya Pak Waluyo bersedia menemuiku."Waluyo mendengus dan berkata dengan serius, "Strategimu boleh juga, kamu layak disebut pebisnis hebat.""Terima kasih banyak atas pujian Pak Waluyo!" ujar Wira sambil tersenyum. Dia lantas mempersilakan kedua tamunya untuk duduk. Setelah menyajikan teh, Wira berkata sambil tersenyum, "Pak Waluyo berinisiatif datang ke sini pasti untuk mendiskusikan kerja sama denganku, bukan?"Waluyo berkata dengan nada rendah, "Sudah tahu masih tanya! Karena kamu menyeb
Tanpa mengetahui hal itu, Wira dan sekelompok orang lainnya bergerak menuju Provinsi Artana. Saat ini, Meri, Jamal, dan Putu sedang berada di Desa Limau, Provinsi Artana."Ketua, sekarang kita sudah menundukkan semua bandit di Provinsi Artana, bahkan Tuan Wahyudi mungkin akan terkejut!" ujar Jamal.Kekuatan Meri dan lainnya sangat luar biasa, ditambah dengan Putu yang berotak encer, mudah saja bagi mereka untuk menjatuhkan bandit-bandit di Provinsi Artana."Kemarin, ada yang bilang kalau Tuan Wahyudi dan yang lainnya sudah menuju Provinsi Artana. Kemungkinan mereka akan tiba hari ini," tambah Jamal sambil tersenyum.Mereka semua tampak senang, tetapi orang yang terlihat paling gembira adalah Putu. Tempo hari, dia meminta Wira untuk memberontak demi mengubah dunia. Namun, Wira menolak dan memintanya untuk memperkuat fondasi kekuatan dan jangan terburu-buru beraksi.Sekarang, mereka telah menaklukkan bandit dari Provinsi Jawali, Provinsi Lowala, dan Provinsi Artana. Anggota mereka telah
Di Kerajaan Nuala ini, rakyat hidup dalam penderitaan. Sekarang, Wira yang telah menerima ketidakadilan bertubi-tubi memutuskan untuk mengerahkan kekuatan demi menciptakan stabilitas. Jadi, meskipun perjuangan ini sangat sulit, mereka tetap akan berusaha! Untungnya, Wira memiliki begitu banyak pendukung. Hal itu membuatnya sangat bersyukur."Tuan Wahyudi, ayo masuk ke Desa Limau!" ajak Jamal sambil terkekeh-kekeh.Sekelompok orang itu memasuki Desa Limau dengan penuh semangat. Hanya saja, ekspresi Meri tampak aneh saat melihat ketiga wanita Wira yang cantik.Saat ini, Wira duduk di kursi utama di aula. Jamal, Meri, dan Putu duduk di kedua sisinya sambil menatap Wira dengan hormat."Tuan Wahyudi, langkah pertama sudah diambil. Begitu kita memberi perintah, orang-orang kita akan segera menyerang ibu kota!" ujar Putu. Dia begitu semangat saat berpikir akan segera memimpin pasukan menyerbu ibu kota.Wira sontak tertawa, lalu bertanya, "Pak Putu, apa kamu masih ingat apa yang kukatakan wakt
"Baik!"....Di sisi lain, Zaki yang tengah memimpin pasukannya mundur melihat barisan prajurit bergerak maju. Namun, tiba-tiba banyak di antara mereka yang serempak tersungkur ke tanah.Melihat kejadian itu, wajah Zaki langsung berubah suram. Dia sama sekali tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Padahal, di daerah ini tidak ada jebakan kuda.Zaki menatap wakil jenderal yang dipilihnya untuk sementara waktu, lalu menginstruksi, "Pergi lihat apa yang terjadi."Wakil jenderal itu langsung membungkuk hormat, lalu maju untuk memeriksa. Tak lama kemudian, dia melapor, "Jenderal, di depan ditemukan banyak paku kuda.""Paku kuda?"Zaki tertegun sejenak, lalu merasakan hawa dingin menjalar ke kepalanya. Ini benar-benar bencana bagi dirinya!Dia adalah jenderal kavaleri. Jika pasukannya kehilangan kuda, apakah mereka masih bisa disebut sebagai pasukan berkuda?Wajah Zaki semakin muram. Dengan suara rendah, dia bertanya, "Apa bisa disingkirkan?"Paku berbeda dengan tali penghalang kuda.
Sejak Zaki memberikan perintah, pasukan utara langsung tercerai-berai, melarikan diri ke segala arah.Melihat pemandangan ini, Agha dan Adjie yang bersembunyi di kejauhan sempat terkejut. Mereka benar-benar tidak menyangka pasukan utara akan meninggalkan formasi dan memilih kabur begitu saja. Dalam dunia militer, ini adalah kesalahan fatal.Karena tidak menyangka pasukan utara akan bertindak sejauh ini, mereka hanya bisa menyaksikan pasukan musuh berhamburan dengan melongo.Agha menghela napas panjang dan berkata, "Aku nggak nyangka hasilnya akan begini. Seharusnya kita pasang lebih banyak jebakan."Mendengar itu, Adjie tersenyum dan menyahut, "Hasilnya sudah cukup bagus. Musuh membawa 100.000 prajurit, setidaknya kita telah menghabisi puluhan ribu prajurit, belum lagi yang terluka parah."Setelah berhenti sejenak, Adjie menoleh ke arah Agha dan berkata, "Kamu kira pasukan utara bisa mundur begitu saja? Aku sudah menyebarkan banyak paku kuda di depan mereka. Begitu mereka menginjaknya,
Orang-orang ini bukan bodoh. Membunuh seseorang untuk menunjukkan sikap memang bisa dilakukan, tetapi jika sampai membunuh jenderal sendiri, itu namanya bunuh diri.Mereka lantas menangkupkan tangan, lalu kembali ke posisi masing-masing dan mulai menyingkirkan jebakan kuda.Sayangnya, mereka tidak tahu bahwa jebakan kuda kali ini jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Bahkan, musuh menyebarkan beberapa paku di tanah.Ketika melihat situasi ini, Adjie berbisik, "Agha, sepertinya sekarang kesempatan kita. Mau serang nggak?"Agha langsung menyahut dengan penuh semangat, "Tentu saja mau! Tapi, kita tetap harus sembunyi sesuai instruksi Tuan Wira."Adjie mengangguk. Tanpa bertele-tele, dia langsung melambaikan tangan dan berseru, "Serang!"Karena pasukan mereka bersembunyi di kedua sisi dataran, ditambah lagi dataran ini sangat luas, mereka langsung menembakkan panah ke atas. Jadi, anak panah bisa meluncur lebih jauh dan menghujani musuh di kejauhan.Terdengar deru angin berulang kali saat
Zaki yang berada di barisan belakang segera mempercepat kuda untuk menyusul pasukannya. Namun, ketika dia melihat masih ada jebakan kuda di depan, wajahnya langsung berubah masam.Dia mengerutkan kening dan mengumpat dengan marah, "Keparat! Kenapa masih ada jebakan ini? Bukankah sebelumnya sudah dihancurkan?"Karena wakilnya sudah tewas, salah satu prajurit langsung maju. Dia menangkupkan tangan dan menjawab, "Jenderal, jebakan sebelumnya memang sudah disingkirkan. Sepertinya mereka telah memasang jebakan baru!"Mendengar hal itu, wajah Zaki menjadi semakin masam. Dia seperti menyadari sesuatu sehingga keringat dingin mulai membasahi punggungnya.Kini, dia baru menyadari bahwa dirinya telah salah memahami situasi sejak awal. Musuh bukan ingin memperlambat mereka agar tidak sampai di kota perbatasan, melainkan mengincar pasukannya.Semuanya dimulai sejak mereka bertemu dengan sekelompok kecil pasukan berkuda di persimpangan dataran. Saat itu, mereka telah dijebak untuk masuk ke perangka
Meskipun serangan mereka begitu ganas, pasukan Wira tidak sebodoh itu untuk langsung keluar dari hutan bambu. Dalam pandangan mereka, bertahan di dalam hutan dan menyerang dari posisi tersembunyi adalah taktik yang paling aman dan efektif untuk saat ini.Di barisan depan, pasukan utara telah kehilangan lebih dari setengah kekuatan mereka dalam waktu singkat.Melihat pemandangan itu, Arhan sangat bersemangat. Dia selalu semakin bersemangat ketika melihat darah, terutama darah musuh.Tanpa henti, Arhan terus melancarkan serangan. Setiap kali setelah mempersiapkan tembakan, dia langsung melepaskannya tanpa repot-repot membidik.Kini, pasukan utara sedang kacau dan berdesakan satu sama lain. Sekalipun Arhan memejamkan mata, panahnya tetap bisa mengenai target.Ketika melihat anak buahnya terus berguguran, wajah Zaki semakin suram. Sebelumnya, pasukannya sudah banyak yang terluka terkena jebakan tali kuda. Kini, mereka mengalami penyergapan yang begitu mematikan.Sebagai orang kepercayaan B
Begitu perintah diberikan, pasukan utara langsung menyerbu menuju kota perbatasan dengan gagah berani.Sebelum mereka memasuki Hutan Bambu Mayu, Zaki yang sangat percaya pada laporan para pengintai tidak sedikit pun mengurangi kecepatan. Dia memimpin di garis depan, langsung menerjang masuk ke hutan.Di dalam hutan, Wira dan pasukan yang sudah lama bersembunyi melihat pasukan utara datang. Semua membulatkan tekad dan menahan napas, takut keberadaan mereka terungkap sebelum waktunya.Tanah bergetar seperti disambar petir, suara derap kuda bergema di seluruh hutan. Pasukan Harimau yang berjumlah 3.000 orang segera menarik busur mereka, bersiap untuk menembakkan panah kapan saja. Begitu pasukan utara muncul dalam jangkauan, mereka tidak akan ragu-ragu untuk melepaskan tembakan.Wira mengamati pasukan musuh yang bergerak cepat dan langsung mengenali sosok yang memimpin mereka. Orang itu membawa sebuah trisula besar. Wira tahu bahwa orang itu adalah Zaki, tangan kanan dari Bimala, pemimpin
Para pengintai memasuki pedalaman Hutan Bambu Mayu. Sebagaimana yang sudah diketahui sebelumnya, siapa pun yang bersembunyi di dalamnya akan sulit terlihat dari luar. Situasi ini juga dialami oleh para pengintai yang masuk ke hutan bambu.Dari sudut pandang mereka, bagian dalam hutan tampak berkabut, membuat pandangan mereka terbatas.Salah satu pengintai mengernyit dan berkata, "Ada apa dengan tempat ini? Kita nggak bisa melihat apa pun. Seharusnya nggak ada masalah di sini, 'kan?"Pengintai lainnya mengamati sekeliling untuk beberapa saat sebelum mengangguk. "Benar, sepertinya nggak ada yang mencurigakan. Kalau begitu, kita langsung mundur dan laporkan ke Jenderal bahwa nggak ada tanda-tanda penyergapan."Yang lainnya juga mengangguk setuju, lalu segera berbalik dan berkuda kembali ke arah mereka datang.Wira yang memimpin bawahannya bersembunyi di dalam hutan, melihat para pengintai itu pergi begitu saja. Dia pun menghela napas lega.Di sisi lain, Arhan tertawa dan berkata, "Jendera
Setelah mendengar hal itu, Adjie terkekeh-kekeh dan berkata, "Hehe, kalau mereka nggak melakukan ini, sampai malam pun mereka nggak akan bisa melewati Dataran Haloam."Mendengar itu, Agha yang bersembunyi di sampingnya mengangguk pelan. Setelah memastikan laju pasukan utara sudah cukup jauh, dia segera memimpin bawahannya untuk kembali memasang lebih banyak jebakan di belakang mereka.Agha sama sekali tidak peduli dengan strategi yang dipikirkan pasukan utara. Sebelumnya, dia dan Adjie sudah mengetahui bahwa jumlah kawat mereka tidak cukup, jadi kini mereka mengatur ulang dengan tali lain. Jika digunakan dengan baik, tali-tali ini juga bisa berfungsi sebagai jebakan kuda.Setelah beberapa saat, Agha memastikan semua sudah selesai dan berkata dengan pelan, "Semua sudah diatur. Kalau begitu, kita mundur sekarang. Nggak perlu memasang lebih banyak jebakan di belakang."Mendengar perintah itu, para prajurit mengangguk dan segera bergerak menuju posisi Adjie dan yang lainnya.Jebakan yang d
Setelah mendengar perkataan itu, Zaki merenung sejenak. Dia merasa rencana ini cukup masuk akal. Jika terjadi masalah, dia bisa menyalahkan wakil jenderalnya.Jika para prajurit di bawahnya merasa tidak puas, dia pun masih bisa turun tangan untuk meredakan ketegangan. Setelah memikirkan ini, Zaki berkata tanpa ragu, "Baiklah, lakukan sesuai rencanamu. Aku serahkan semuanya kepadamu."Wakil jenderal itu mengangguk pelan, lalu berkata dengan tenang, "Tugas ini sebenarnya cukup sederhana, Jenderal nggak perlu khawatir."Setelah berkata demikian, dia segera menunggang kudanya dan menuju ke depan barisan pasukan untuk menyampaikan perintah.Di kejauhan, Adjie dan Agha yang sedang bersembunyi untuk menyergap, melihat kejadian ini dan termangu.Agha berbisik, "Apa yang terjadi? Kenapa pasukan mereka tiba-tiba berhenti? Apa mereka sudah tahu kita memasang jebakan di depan?"Yang lain juga kebingungan, tidak menyangka situasi akan berkembang seperti ini.Tiba-tiba, Adjie yang memperhatikan deng