Share

Bab 873

Author: Arif
Awalnya, Danu terlihat sangat percaya diri. Namun, setelah beberapa ronde, dia mulai merasa kelelahan. Sementara itu, wanita yang bertubuh mungil itu masih bisa tersenyum dengan ekspresi yang sama sekali tidak terlihat lelah.

"Bagaimana? Apa kamu masih mau melanjutkannya?" tanya wanita itu.

Mendengar hal ini, raut wajah Danu tampak sangat suram. Dia menggertakkan giginya seraya berkata, "Tentu, kenapa nggak? Bagaimana mungkin aku yang adalah seorang pria nggak bisa mengalahkan gadis sepertimu? Terimalah seranganku!"

Kecepatan Danu sangat luar biasa dengan membawa niat membunuh yang ganas. Hanya saja, tatapan wanita itu tiba-tiba berubah menjadi dingin. Segera setelah itu, dia berkata dengan lembut, "Aku nggak ingin bermain denganmu lagi. Lebih baik kalian segera kembali. Lain kali, aku nggak akan berbelaskasihan lagi!"

Wanita itu langsung menendang dada Danu dengan keras. Seiring terdengarnya suara teriakan, Danu langsung terlempar dan jatuh di tanah dengan keras. Dia telah merasakan d
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 874

    "Kita harus segera mengendalikan wanita ini. Kalau nggak, mungkin akan sangat merepotkan," ucap Danu sambil maju karena hendak menahan wanita ini.Wira langsung menghentikan Danu, "Jangan, biar kutanya dulu alasan dia melarang kita datang ke sini."Wira mengangkat senapan dan mengarahkannya pada wanita itu, lalu bertanya dengan ekspresi serius, "Kamu siapa? Kenapa kamu menghalangi kita datang ke Kerajaan Monoma?""Aku nggak punya alasan apa-apa," ujar wanita itu dengan arogan."Ini alasannya," ucap Wira sembari menggerakkan senapan di tangannya. Kemudian, dia melanjutkan, "Kalau kamu nggak mau bilang, peluru dari senapan ini akan menembus kepalamu."Wanita itu ketakutan. Dia memang tidak tahu apa itu peluru, tetapi saat melihat Wira membunuh kudanya, dia tahu bahwa Wira adalah orang yang mengerikan. Jadi, wanita itu terpaksa menjawab, "Namaku Riska Monoma.""Margamu Monoma?" seru Wira yang terkejut. Dia bertanya lagi, "Kudengar Raja Monoma yang baru juga bermarga Monoma, jangan-jangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 875

    Wira melanjutkan, "Keluarga Juwanto yang menyokong kakakmu untuk menjadi Raja Monoma. Apa kamu pikir Keluarga Juwanto begitu baik? Kakakmu hanya boneka yang dikendalikan oleh Keluarga Juwanto. Kalau merasa nggak puas, mereka bisa menyingkirkan kakakmu kapan saja."Jantung Riska berdegup kencang. Ini adalah rahasia mereka, kenapa Wira bisa mengetahui hal ini?"Kenapa aku harus percaya dengan omonganmu?" tanya Riska. Dia membentak, "Kamu jangan bicara sembarangan. Kami nggak punya hubungan apa pun dengan Keluarga Juwanto!"Wira juga tidak terburu-buru saat melihat Riska tidak bersedia mengakuinya. Lagi pula, Wira juga tidak bisa masuk kalau Riska menghalangi mereka. Jadi, Wira dan Danu membangun kemah di tempat ini untuk beristirahat terlebih dahulu.Kemudian, Wira mengambil ranting-ranting untuk menyalakan api. Setelah itu, dia mengeluarkan ayam dan bebek bakar yang sudah disiapkan, lalu memanasinya di atas api. Tak lama kemudian, Riska mencium aroma daging bakar.Riska sudah menunggu d

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 876

    Wira memandang Riska dan bertanya balik, "Menurutmu, kalau Keluarga Juwanto benar-benar menguasai Kerajaan Nuala, apa mungkin Kerajaan Monoma akan menjadi target pertama yang dimusnahkan?"Riska tidak menjawab, dia menatap Wira dengan ekspresi serius. Riska tidak tahu Wira bermaksud untuk menghasutnya atau tidak. Namun, jika dipikirkan dengan saksama, ucapan Wira cukup masuk akal.Melihat Riska masih tidak berbicara, Wira langsung berucap lagi, "Aku yakin Keluarga Juwanto pasti akan memusnahkan Kerajaan Monoma terlebih dulu. Alasannya sangat sederhana, Keluarga Juwanto sudah menyusun strategi begitu lama untuk menguasai Kerajaan Nuala. Kalau hal ini tersebar, Keluarga Juwanto pasti akan dicela oleh generasi penerus.""Untuk menguasai Kerajaan Nuala secara terang-terangan, Keluarga Juwanto pasti akan menumpas semua permasalahan yang mencoreng nama baik mereka. Dengan begitu, Keluarga Juwanto nggak akan dihujat oleh orang-orang," lanjut Wira.Riska tercengang, ucapan Wira memang benar. K

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 877

    Wira menimpali, "Apa yang kamu bilang memang benar. Tapi, Keluarga Juwanto akan melenyapkan Kerajaan Monoma, sedangkan Kerajaan Monoma bisa menjadi seperti sekarang berkat Raja dari Kerajaan Nuala."Riska yang kebingungan bertanya, "Apa maksudmu? Raja kalian nggak membantu kami."Wira tersenyum dan menjawab, "Raja dari Kerajaan Nuala bukanlah penguasa yang pintar. Kalau dia masih berkuasa, setidaknya Kerajaan Monoma bisa berkembang sampai belasan tahun. Tapi, kalau Keluarga Juwanto menguasai Kerajaan Nuala, kelak Kerajaan Monoma nggak akan bisa hidup tenang lagi.""Setelah terjadi peperangan, rakyat akan menderita dan kekuatan Kerajaan Monoma yang dibangun selama bertahun-tahun akan hancur dalam sekejap. Semua orang akan hidup kesusahan dan telantar, apa kondisi seperti ini yang kalian inginkan?" lanjut Wira.Riska tampak terkejut setelah mendengar ucapan Wira. Riska pun berujar, "Raja dari Kerajaan Nuala begitu mulia, tapi kamu malah membangkang dan menjelek-jelekkannya.""Apa yang ku

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 878

    Riska tiba-tiba menoleh dan memandang Wira, lalu berucap dengan ekspresi serius, "Oh, iya. Kamu harus berhati-hati dengan seseorang di Kerajaan Monoma.""Siapa?" tanya Wira yang agak terkejut. Dia tidak menyangka Riska bisa mengingatkan dirinya.Riska ragu-ragu sejenak, lalu berkata dengan serius, "Komandan Kerajaan Monoma, Rezvan Silas. Dia sering berhubungan dengan Keluarga Juwanto. Walaupun aku dan kakakku nggak akan membunuhmu, bisa saja Rezvan akan bertindak. Dia mungkin nggak akan melewatkan kesempatan bagus seperti ini untuk membunuhmu."Riska melanjutkan, "Takutnya, kami nggak bisa membantumu dalam hal ini. Kamu sendiri harus hati-hati dan hanya ini yang bisa aku sampaikan."Mendengar Riska yang berusaha mengingatkannya, Wira merasa terharu. Wira tersenyum dan mengangguk, lalu menyahut, "Terima kasih karena kamu bersedia mengingatkanku. Tenang saja, aku pasti akan membantu kalian menyelesaikan masalah ini.""Nanti kita baru bahas lagi kalau kamu berhasil bertahan hidup. Kalau n

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 879

    Riska langsung mendatangi istana Raja Monoma. Begitu sampai, Riska mendengar suara tawa wanita dan alunan musik. Riska berjalan masuk, dia melihat kakaknya sedang meminum arak sambil menikmati wanita cantik yang menari di depannya.Taufik yang melihat kedatangan Riska langsung melambaikan tangan kepada para wanita cantik sembari berujar, "Kalian keluar dulu.""Baik," sahut wanita-wanita cantik itu. Mereka segera keluar, lalu menutup pintu sebelum pergi.Taufik tertawa dan bertanya seraya memandang Riska, "Apa kamu sudah bertemu dengan dia?"Riska mengangguk dan menyahut, "Um.""Apa yang dia bicarakan denganmu?" tanya Taufik dengan acuh tak acuh. Namun, sebenarnya dia sangat memedulikan jawaban Riska."Banyak hal yang dia bicarakan. Dia bilang dia akan membantu kita untuk mempertahankan kedudukan. Dia juga menyuruh kita menjauhi Keluarga Juwanto," ucap Riska.Riska berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan ekspresi serius, "Dia bilang, Keluarga Juwanto nggak mungkin begitu baik. Kalau b

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 880

    Wira dan Danu sampai di tempat permukiman sebuah suku yang bernama suku Taiga. Penduduknya banyak dan ada tenda tersebar di mana-mana. Ada juga banyak penjaga yang berjaga di pintu masuk permukiman.Wira dan Danu hendak masuk ke dalam, tetapi beberapa orang langsung menghampiri mereka dengan membawa tombak dan ekspresi serius di wajah mereka. Mereka memandang Wira dan Danu dengan garang, lalu tiba-tiba menodongkan tombak mereka ke arah keduanya seraya bertanya dengan ekspresi serius, "Siapa kalian dan apa tujuan kalian ke sini?"Dengan sekilas pandang, para penjaga ini tahu bahwa Wira dan Danu bukan penduduk setempat. Gaya berbusana dan aura mereka saja jauh berbeda. Danu buru-buru maju melindungi Wira dengan waspada. Dia berusaha mencegah sekelompok orang ini tiba-tiba bertindak gegabah dan melukai Wira. Jika demikian, situasi akan jadi merepotkan.Sementara itu, Wira tersenyum sopan dan berkata, "Halo, kami dari Kerajaan Nuala, aku adalah duta Kerajaan Nuala. Kami kebetulan melewati

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 881

    "Keluarga Juwanto menyuruh kita untuk bertindak. Kalau kita nggak segera membunuh orang ini, bagaimana kita harus menjelaskannya pada mereka?" tanya orang kepercayaan Rezvan itu lagi.Rezvan tersenyum tipis, lalu berkata dengan ekspresi serius, "Mudah saja. Kita jebak Wira dan biarkan orang lain yang membunuhnya. Kalau dia mati di tangan orang lain, itu nggak ada hubungannya dengan kita."Mendengar ini, orang kepercayaannya langsung mengangguk penuh semangat seraya berkata, "Komandan memang hebat, strategi ini sungguh luar biasa!"Sebagai tanggapan, Rezvan hanya tertawa dingin. Dia mengambil gelas anggur dan menyesapnya, lalu menggumam, "Wira, kamu ketiban sial karena bertemu denganku."....Malam itu, Wira dan Iskandar minum-minum dan mengobrol di tenda Iskandar."Tuan Wira, biarpun masih sangat muda, kamu bisa menjadi utusan ke Kerajaan Monoma. Kamu pasti bukan orang biasa, aku kagum!" ujar Iskandar sambil tertawa dan bersulang dengan Wira.Wira juga tersenyum dan berkata, "Aku nggak

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3100

    Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3099

    Selama mereka bisa menguasai tembok kota, saat fajar tiba dan pasukan Kerajaan Nuala memasuki kota, mereka dapat bergerak menuju tiga gerbang lainnya melalui jalur yang menghubungkan tembok kota.Nafis memberi hormat, lalu segera memimpin 100 orang untuk naik. Begitu mereka mencapai tembok kota, mereka mendapati bahwa para prajurit musuh di sana ternyata tertidur dengan bersandar pada dinding.Wira yang baru saja naik ke tembok juga melihat pemandangan itu dan hanya bisa tersenyum getir. Setelah beberapa saat, dia memberi isyarat untuk tetap diam dan memberi isyarat tangan untuk membunuh mereka.Orang-orang di belakangnya langsung mengerti maksudnya. Dengan hati-hati, mereka berjalan berjongkok menuju para prajurit yang sedang tertidur.Para prajurit dari pasukan utara itu bahkan tidak menyadari bahwa tidur mereka kali ini akan membawa mereka ke akhir hayat.....Sementara itu, di kediaman Kunaf.Meskipun kota dalam keadaan siaga penuh, sebagai tempat kediaman penguasa tertinggi di kot

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3098

    Setelah pasukan terbagi, Wira memimpin kelompoknya keluar dari hutan lebat.Karena Kunaf telah mengeluarkan perintah untuk menangkap Wira, gerbang kota berada dalam keadaan siaga penuh.Namun, karena Kunaf yakin bahwa Wira telah melarikan diri ke utara, dia lantas menarik kembali setengah dari pasukannya.Melihat jumlah patroli di gerbang kota berkurang, Nafis berbisik, "Tuan, kenapa jumlah prajurit tampak jauh lebih sedikit dibandingkan siang tadi? Jangan-jangan ini jebakan?"Wira tersenyum dan menyahut, "Nggak. Ini pasti karena Latif memberi tahu Kunaf kita kabur ke utara."Mendengar itu, yang lainnya tersenyum kecil. Jika Kunaf benar-benar mempercayai informasi itu,berarti dia benar-benar bodoh.Bagaimana mungkin mereka yang telah melarikan diri dari utara justru kembali ke arah sana? Itu sama saja mencari mati!"Nafis, kamu yang memimpin di depan. Sebarkan pasukan, jangan berkumpul di satu tempat. Habisi prajurit musuh yang menjaga gerbang, lalu kenakan seragam mereka. Lakukan den

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3097

    Mendengar laporan itu, Kunaf langsung berseri-seri dan segera menyuruh para penari untuk pergi.Setelah aula menjadi kosong, Kunaf menatap Latif dengan penuh antusiasme. Dia bahkan lupa menyuruhnya berdiri.Kunaf sangat memahami perintah dari Bimala. Tidak peduli apa pun caranya, Wira harus ditangkap. Jika berhasil, Kunaf bisa meninggalkan tempat ini.Latif perlahan-lahan berdiri, lalu menangkupkan tangannya sambil berujar dengan tenang, "Lapor, Jenderal. Kami telah mencari di dalam hutan untuk waktu yang lama, tapi nggak menemukan jejak musuh. Aku menduga mereka sudah meninggalkan area ini.""Nggak ada jejak?" Ekspresi Kunaf yang tadinya bersemangat langsung berubah. Dia lantas terdiam beberapa saat sebelum mengerutkan kening dan bertanya, "Kalau begitu, apa ada informasi dari penjaga gerbang?"Latif bertugas di benteng utama, jadi pertanyaan itu masih berada dalam ranah tanggung jawabnya. Dia segera menjawab, "Saat kembali, aku sudah menanyakan kepada penjaga gerbang. Hingga saat ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3096

    Mengingat semua hal besar yang telah dilakukan oleh Wira, Latif merasa sangat bersemangat. Ini adalah pertama kalinya dia bertemu langsung dengan Wira.Latif segera menangkupkan tangan dan berkata, "Aku sudah lama mengetahui nama besar Tuan Wira. Hari ini, aku akhirnya bisa bertemu langsung denganmu. Ini benar-benar suatu kehormatan bagiku. Aku Latif, mohon ampuni nyawaku."Wira terkekeh-kekeh dan membalas, "Haha. Dengan cara pencarian seperti ini, kamu nggak takut Kunaf mengetahuinya dan memenggal kepalamu?"Saat berbicara, Wira menunjuk ke arah para prajurit yang masih memegang obor di kejauhan. Kini, dia sudah bisa menebak maksud Latif. Rupanya, dia sedang berusaha membantu Wira sebagai tanda persahabatan.Latif hanya bisa tertawa canggung dan berkata dengan suara rendah, "Jujur saja, aku nggak terlalu menyukai Kunaf. Lagian, dia nggak ada di sini. Dia nggak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi.""Hari ini, ketika aku melihat Tuan berada dalam situasi sulit, aku ingin membantu sebi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3095

    Tak lama kemudian, obor mulai dinyalakan satu per satu.Di dalam hutan, Wira melihat cahaya obor yang menyala di kejauhan dan langsung tertegun."Apa yang dilakukan jenderal musuh ini? Kenapa dia menyalakan obor pada saat seperti ini?"Meskipun hari sudah gelap, cara terbaik untuk menangkap mereka seharusnya adalah dengan bersembunyi dalam kegelapan. Namun, musuh malah menyalakan obor, seolah-olah sengaja membocorkan posisi mereka sendiri.Adjie juga terkejut melihat tindakan aneh musuh ini. Setelah memastikan orang-orangnya sudah bersembunyi di tempat yang aman, dia mendekati Wira dan bertanya, "Tuan, apa yang dilakukan mereka? Menyalakan obor di saat seperti ini? Apa jenderal mereka nggak waras?"Wira tertawa kecil. Dia sendiri tidak menyangka musuh akan bertindak seperti ini. Setelah berpikir sejenak, dia berkata, "Haha ... jenderal mereka benar-benar menarik. Menyalakan obor di saat seperti ini, apa dia khawatir pasukannya mati terlalu lambat?"Namun, ada pepatah yang mengatakan ba

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3094

    Keduanya langsung mengiakan, lalu membawa perlengkapan mereka dan pergi.Setelah mereka pergi, Adjie berbisik, "Tuan, 500 orang melawan 1.000. Kalau kita bisa menanganinya dengan baik, kita pasti bisa membasmi mereka semua di sini."Wira tersenyum. Sebelumnya, dia masih memikirkan bagaimana cara menyerang gerbang kota saat fajar. Sekarang, setelah mendengar kabar bahwa musuh telah menyusup, dia akhirnya menemukan jawabannya.Beberapa saat kemudian, Wira bertanya, "Adjie, kamu tahu strategi menangkap pemimpin untuk mengalahkan pasukan, 'kan?"Mendengar ini, Adjie tertegun sejenak. Tentu saja dia tahu strategi tersebut. Dia seperti menyadari sesuatu. Matanya berbinar saat membalas, "Tuan ingin menangkap pemimpin mereka? Kalau itu berhasil, pasukan mereka pasti akan kehilangan arah dan hancur dengan sendirinya!"Wira tersenyum dan mengangguk, lalu berucap dengan suara pelan, "Atur 100 orang dan sembunyikan mereka di kegelapan. Aku sendiri akan memancing mereka. Kalau kalian menemukan pemi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3093

    Setelah mendengar perkataan Adjie, Nafis dan Agha langsung menoleh ke arah Wira. Meskipun rencana Adjie terdengar cukup baik, keputusan akhir tetap harus dibuat oleh Wira.Wira menatap peta, lalu tersenyum dan mengangguk sambil berkata, "Rencana ini cukup bagus, persis dengan yang kupikirkan. Apa sudah ada informasi tentang jenderal besar yang menjaga kota?"Nafis mengangguk dan menjawab, "Sudah kami selidiki. Namanya Kunaf. Kabarnya, dia diangkat langsung oleh Bimala. Sekarang setelah suku utara dikuasai oleh Baris dan kelompoknya, kemungkinan besar semua urusan juga ditangani oleh Bimala."Mendengar ini, Wira tetap mempertahankan ekspresi datarnya. Saat ini, dia belum bisa memastikan apakah Bobby masih hidup atau tidak. Hanya saja, kalaupun Bobby masih hidup, situasinya pasti sangat berbahaya.Namun, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Wira menggeleng, lalu menatap peta dan berkata dengan perlahan, "Kita akan membagi pasukan menjadi 2. Saat menjelang fajar, Nafis akan ikut de

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3092

    Sambil berbicara, Agha tiba-tiba mengeluarkan seekor merpati dari pelukannya. Di kakinya, terikat sepotong bambu kecil berisi pesan tertulis.Wira merasa lebih tenang dan memerintahkan dengan suara rendah, "Bacakan!"Sama seperti mereka, Wira juga diliputi kekhawatiran. Namun, sebagai pemimpin tertinggi, semua orang boleh panik, kecuali dirinya. Jika dia kehilangan ketenangannya, seluruh pasukan akan jatuh dalam kekacauan.Agha mengangguk, segera menarik kertas dari bambu itu dan mulai membacanya."Salam kepada Tuan Wira, Hayam akan melapor. Aku telah berhasil meminta bala bantuan dari Kerajaan Nuala sebanyak 200.000 pasukan. Saat ini, mereka sedang dalam perjalanan bersama Jenderal Trenggi menuju perbatasan. Diperkirakan akan tiba dalam 2 hari!"Dua ratus ribu pasukan, dua hari perjalanan. Kecepatan ini tidak bisa dianggap lambat.Wira tersenyum dan segera berdiri. "Bawa peta ke sini!"Mendengar ini, Nafis terlihat bersemangat dan segera mengambil peta, lalu membentangkannya di tanah.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status