Keesokan paginya, Wira dibangunkan buru-buru oleh Danu. "Gawat, Kak Wira! Terjadi sesuatu!" ujar Danu.Wira bangun dengan linglung. Dia dan Iskandar minum cukup banyak kemarin malam sehingga kepalanya masih sedikit pusing. Dia perlahan duduk dan bertanya dengan bingung, "Terjadi sesuatu? Apa yang terjadi?"Danu buru-buru berkata, "Pak Iskandar ... meninggal!""Apa!" seru Wira dengan terkejut. Iskandar meninggal? Pria tua ini baru minum-minum dengannya tadi malam. Mengapa dia tahu-tahu meninggal?"Kok bisa?" tanya Wira. Rasa kantuknya menguap sepenuhnya dan wajahnya tampak masam. Dia menduga kejadian ini adalah sebuah konspirasi."Pak Iskandar ditikam ...," jelas Danu setelah menarik napas dalam-dalam. Kemudian, dia buru-buru melanjutkan, "Kak Wira, Pak Tikta dan yang lainnya sudah berjalan ke sini. Mereka pasti akan menuduh kita pembunuhnya. Kita harus cepat pergi!"Danu tahu ada beberapa hal yang sulit dijelaskan. Apalagi, tidak ada yang bisa membuktikan bahwa Wira tidak bersalah. Pel
Mendengar itu, semua orang mengangguk setuju. Sehari setelah Wira tiba di sini, Iskandar meninggal. Jadi, tentu saja Wira menjadi tersangka utama."Rupanya cuma tuduhan tanpa bukti. Pak Tikta, aku nggak punya motif untuk membunuh Pak Iskandar. Apa untungnya aku membunuh dia? Lagian, kalau aku membunuh Pak Iskandar, aku seharusnya kabur kemarin malam. Kenapa aku harus menunggu kalian mendatangiku hari ini?" ujar Wira.Siapa pun yang bisa menggunakan logikanya bisa melihat bahwa Wira difitnah. Tikta seharusnya juga tahu dengan jelas. Sementara itu, ekspresi Ucok dan Yoga tampak masam. Mereka memahami maksud Wira dan juga tidak percaya bahwa pria itu membunuh Iskandar. Hanya saja, Wira tetap menjadi tersangka utama dalam kasus ini."Huh! Didengar dari lancarnya kamu bicara, kamu pasti sudah menyiapkan kata-kata pembelaan itu sejak awal, 'kan? Soal alasan kamu membunuh Iskandar, kita akan tahu setelah interogasi!" bentak Tikta.Wira menghela napas, lalu berkata, "Aku sangat menyukai sosok
Tanpa menunggu Tikta menjawab, Wira memandang orang-orang lainnya seraya berkata, "Semuanya, kalian nggak mengenal aku dan itu bukan masalah. Aku juga nggak menyalahkan kalian karena mencurigaiku sebagai pembunuh Pak Iskandar. Tapi, kalau memang aku pelakunya, aku nggak mungkin tetap tinggal dan menunggu kalian datang menghakimiku!""Nyawaku nggak penting. Nggak masalah kalau aku harus mati demi Pak Iskandar. Tapi, apa kalian rela membiarkan pembunuh sebenarnya bebas? Hari ini, aku akan menyelidiki kebenarannya dengan memeriksa semua orang. Seperti yang kubilang tadi, orang yang nggak bersalah nggak perlu takut diselidiki. Kalau kalian takut, itu artinya kalian menyembunyikan sesuatu!" tambah Wira sambil memandang semua orang.Mungkin karena Wira berbicara dengan penuh keyakinan dan terlihat tulus, sorot mata curiga kebanyakan orang yang memandang Wira perlahan melunak. Ucok dan Yoga juga mengangguk."Ucapan Tuan Wira benar, orang yang bersalah nggak perlu takut. Baiklah, mari kita per
Jika tidak membawa senapan itu, entah bagaimana Wira dan Danu lolos dari pengepungan. Bahkan jika Wira lolos, kemungkinan besar Danu akan tertahan di sini. Anggota suku Taiga berjumlah ratusan orang, mana bisa Danu mengalahkan mereka semua?Orang-orang itu tidak tahu bahwa senapan Wira hanya memiliki belasan butir amunisi. Sekarang, hanya tersisa sekitar delapan butir peluru di dalamnya. Jika mereka menyerang bersama-sama, Wira dan Danu tidak akan selamat! Untungnya, Wira unggul dalam teknologi. Dia masih memegang kendali dan memiliki kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini.Kurang dari lima menit kemudian, Danu dan dua anggota suku Taiga kembali ke hadapan semua orang. Danu berkata dengan dingin, "Semuanya, lihatlah!" Sambil bicara, Danu menjatuhkan setumpuk surat ke tanah.Surat-surat itu adalah bukti korespondensi antara Tikta dan Rezvan. Bisa-bisanya Tikta begitu ceroboh hingga tidak membakarnya. Sebenarnya, hal ini bukan karena kecerobohan Tikta. Semua surat ini adalah bukti ya
Wira dan Danu meneruskan perjalanan dengan menunggangi kuda. Pada saat yang sama, Rezvan telah menerima kabar tentang apa yang terjadi. Tikta telah gagal dan bahkan membocorkan hubungan di antara mereka pada orang-orang. Hal ini membuat darah Rezvan mendidih."Sampah! Dasar nggak guna!" umpat Rezvan dengan raut marah. Rezvan tidak habis pikir bagaimana Tikta bisa mengacaukan hal sederhana seperti ini. Belum lagi, perannya juga dibocorkan! Jika begini caranya, bukankah itu hanya akan membuat Wira waspada? Berhubung Wira tahu bahwa Rezvan mengincarnya, dia pasti akan bersiap-siap! Tidak salah lagi, ini namanya senjata makan tuan!Lantaran Raja Monoma menaruh curiga padanya, Rezvan tidak ingin terang-terangan menyerang Wira. Dia pikir, rencananya sempurna, siapa sangka hasilnya akan seperti ini."Komandan, kita harus gimana sekarang? Gimana kalau kita ... langsung kirim pasukan untuk membunuhnya?" tanya orang kepercayaan Rezvan.Ucapan itu membuat Rezvan mengernyit. Saat ini, dia betul-be
"Ayah, Wira ini nggak disukai keluarga Kerajaan Nuala. Apa mungkin Kerajaan Nuala akan menyatakan perang pada Kerajaan Monoma karena dia?" tanya kedua putra Kumar, masih belum mengerti.Kumar mendengus lagi, lalu berkata, "Sudah kubilang, di dunia ini kepentingan adalah yang terpenting. Nggak ada dendam dan kebencian yang sesungguhnya! Selama ada kepentingan, dendam bisa berubah menjadi persahabatan dan benci pun bisa berubah menjadi cinta."Kata-kata ini tidak nyaman didengar, tetapi jika menganalisisnya dengan cermat, itu memang ada benarnya. Di dunia ini, tidak ada yang namanya musuh sejati dan teman sejati. Setidaknya, begitulah situasi di pihak Kumar."Kalian pasti bingung. Tempo hari, Wira diutus menjadi duta bak orang buangan oleh istana. Raja Bakir juga berkata kalau dia nggak akan pernah memberdayakan Wira. Jadi, aku yakin istana nggak peduli dengan hidup dan mati Wira. Tapi, coba kalian pikirkan. Kalau Wira benar-benar mati di Kerajaan Monoma, apa yang akan dilakukan orang-or
Kumar pun segera berangkat. Tak lama kemudian, dia telah berada di dalam kamar tidur Alina. Hanya saja, raut wajahnya terlihat sangat suram.Usai ragu-ragu sejenak, Kumar akhirnya berkata secara perlahan dengan nada serius, "Alina, ini sudah waktunya kita bertindak. Pihak Keluarga Barus sudah beraksi. Kalau kita nggak segera mencari cara untuk memajukan rencana, begitu Keluarga Barus mendahului, peluang kita untuk menang benar-benar akan menghilang!"Nada bicara Kumar terdengar agak gugup. Dia menatap ke arah Alina, lalu melanjutkan dengan nada serius, "Alina, kita nggak bisa menundanya lagi. Besok pagi, carilah cara untuk meracuni Raja Bakir."Alina sangat terkejut hingga membelalakkan matanya. Dia segera bertanya dengan nada yang panik, "Me ... meracuni? Apa ... apakah kita benar-benar harus melakukan ini? Apa nggak ada cara lain lagi?"Akan tetapi, Kumar menjawab dengan tegas, "Nggak ada! Aku sudah menjelaskan keuntungan dan risikonya padamu secara jelas. Kalau kamu nggak melakukann
"Hamba belum memanggil tabib ...." Sebelum menyelesaikan perkataannya, Alina mendapati ekspresi Raja Bakir yang tiba-tiba menjadi serius. Suaminya pun berkata dengan tegas, "Sembarangan! Kamu ini sudah sakit parah. Kenapa masih belum diperiksa oleh tabib? Segera panggil tabib!"Mendengar perkataannya, Alina segera menahan tangan Raja Bakir, lalu berkata dengan lembut, "Yang Mulia, hamba sudah merasa jauh lebih baik karena Anda bisa datang kemari. Kalau Yang Mulia bersedia tinggal di sini untuk menemani hamba, itu akan lebih bermanfaat daripada diperiksa oleh tabib atau obat apa pun."Saat ini, Alina terlihat memandang Raja Bakir dengan lembut dan bersikap manja. Melihat sikap selirnya, Raja Bakir pun berkata, "Hehe, jadi kamu sakit karena merindukanku? Baiklah, malam ini aku akan menginap di kamarmu. Sampaikan ke yang lain." Kini, tatapan Alina tampak gembira dan gugup. Meskipun rencananya berhasil, dia tetap merasa tidak nyaman dalam hatinya.Keesokan paginya, Raja Bakir telah meningg
"Selain itu, pemikiran Raja Ararya dan Raja Kresna juga nggak sama denganmu. Kenapa Ratu masih membiarkan mereka pergi? Sekarang hanya ada mereka bertiga saja, kita bisa langsung menyingkirkan mereka," kata kepala kasim itu.Berhubung karena tidak ada asisten yang bisa diandalkan Senia lagi, kepala kasim pun naik jabatan. Sekarang, dia selalu berada di sisi Senia kapan pun. Namun, ide-ide yang diberikannya semuanya adalah ide buruk karena dia hanya seorang kasim biasa yang tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Untungnya, dia pandai berbicara, sehingga dia lebih disukai dan bisa tetap berada di sisi Senia.Senia berkata, "Kamu pikir aku nggak ingin menyingkirkan mereka? Sejak aku naik takhta, mereka selalu menjadi masalah besar bagiku. Aku sudah lama ingin menyingkirkan mereka. Tapi, mereka punya kekuasaan militer dan sekarang juga adalah saat yang penting untuk merekrut orang. Kalau terjadi pemberontakan internal, situasinya akan makin nggak terkendali dan itu nggak menguntungkanku."
Senia berkata dengan nada yang tetap tegas, "Sudahlah, aku ini juga nggak makan manusia. Aku hanya ingin melihat, apa aku bisa memberikan jabatan yang bagus untuk putramu ini. Perang akan terjadi sebentar lagi. Setelah Dahlan kembali nanti, dia akan membawa kabar dari Kerajaan Beluana. Kalau Kerajaan Beluana bersedia kerja sama dengan kita, kita bisa langsung berperang dengan Wira.""Pada saat itu, nggak peduli seberapa hebat pun Wira, dia nggak akan bisa menghadapi kerja sama kedua kerajaan ini."Setelah mengatakan itu, Senia kembali duduk di takhta dan menuangkan teh untuk dirinya sendiri dengan tatapan yang sangat tajam.Ararya dan Kresna saling memandang dengan ekspresi terkejut. Pantas saja mereka tidak melihat Dahlan setelah mereka kembali ke istana, ternyata dia sudah menuju ke Kerajaan Beluana. Senia jelas berencana untuk bekerja sama dengan Kerajaan Beluana dalam melawan Wira.Sayangnya, Wira memiliki hubungan yang baik dengan Kerajaan Nuala juga, bahkan bersahabat dengan berb
"Sebelum kalian berangkat, aku sudah bisa menebak hasilnya akan seperti ini. Kalau Wira bisa disingkirkan dengan begitu mudah, saat itu aku juga nggak perlu begitu repot-repot dan akhirnya sia-sia begitu saja. Mungkin langit nggak ingin Wira mati di tangan orang lain," gumam Senia.Senia tiba-tiba berdiri setelah mengatakan itu dan mendekati Kresna, Ararya, dan Dwipangga. Dia menatap mereka dengan tatapan yang sangat dingin, bahkan Ararya dan Kresna pun merinding.Sementara itu, Dwipangga yang selalu berdiri di samping juga terus menatap Senia dengan tatapan yang penuh dengan niat membunuh. Semua hal ini dimulai dari wanita di depannya ini. Jika tidak, mereka juga tidak akan berakhir begitu menyedihkan. Selama dia bisa membunuh wanita di depannya ini, semua masalah akan selesai.Ararya secara refleks menoleh dan menatap Dwipangga. Ayah dan anak ini memiliki ikatan yang sangat kuat dan saling memahami pemikiran masing-masing. Hanya dengan melihat tatapan Dwipangga, dia sudah tahu apa ya
"Selain itu, ini sudah termasuk hasil yang cukup bagus. Wira bukan orang biasa, mana mungkin kita bisa membunuhnya dengan mudah. Saat itu Ratu juga sudah berkali-kali mencoba membunuh Wira, tapi pada akhirnya Wira tetap berhasil melarikan diri. Dia bahkan rugi sendiri. Dia sendiri juga nggak bisa menyelesaikan tugas ini, mana mungkin kita bisa menyelesaikannya," kata Kresna.Kresna sudah berhubungan dengan Senia jauh lebih lama daripada Ararya. Selain itu, Ararya juga biasanya tidak peduli dengan urusan pemerintahan. Dibandingkan dengan Ararya, dia tentu saja jauh lebih memahami Senia.Ararya perlahan-lahan berkata, "Benar. Kalau memang itu sudah takdirnya, kita juga nggak bisa menghindar. Selama kita bisa menghindari masalah hari ini, kelak nggak akan ada begitu banyak masalah lagi.""Kita hanya perlu menunggu saatnya bertemu dengan Tuan Wira dengan sabar saja, lalu merencanakan strategi yang sempurna dan mengatasi semua ini. Setelah itu, kita bisa meninggalkan wilayah tandus di utara
Semua orang itu memahami kepribadian Wira, makanya mereka bersedia berada di sisi Wira dan melayaninya. Meskipun Wira adalah pemimpin yang menyerahkan semua tanggung jawab pada mereka, mereka juga tidak pernah mengeluh. Mereka hanya ingin melakukan tugas mereka dengan baik untuk membantu meringankan beban Wira dan menjaga kestabilan sembilan provinsi.Kresna berkata dengan tegas, "Nggak perlu. Kalau kamu adalah Senia, aku tentu saja akan curiga dia ingin menggunakan Gina untuk mengancamku. Senia memang bisa melakukan hal seperti itu. Tapi, sekarang orang yang ada di depanku adalah kamu, aku tahu sikap dan juga kepribadianmu. Lagi pula, Gina nggak aman di sisiku karena semua orang mengira dia sudah mati.""Kalau dia muncul di hadapan mereka lagi, mungkin itu akan membawa masalah yang nggak perlu bagi Gina. Aku takut bukan hanya nggak membantunya kalau sudah seperti itu, malahan akan membahayakannya ...."Selama tahu Gina masih hidup, itu saja sudah cukup bagi Kresna. Soal kapan mereka a
Wira berkata, "Baiklah. Kalau kalian berdua tulus ingin bergabung denganku dan bertobat, aku akan melupakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Aku akan mengatur langkah selanjutnya. Kalau ingin bersandiwara, kita harus berakting dengan sungguh-sungguh agar kalian juga bisa menjelaskannya saat kembali nanti.""Aku akan bersiap-siap dulu, lalu pergi ke utara untuk bertemu dengan kalian dan melawan Senia bersama-sama."Setelah mengatakan itu, Wira tersenyum yang menunjukkan kerja sama mereka sudah tercapai. Jika bisa mengalahkan Senia tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, ini juga termasuk hal luar biasa dan dunia ini juga bisa damai untuk sementara waktu. Ini adalah hasil yang selalu diharapkannya. Pada saat itu, dia tidak perlu mengkhawatirkan nasib para rakyat di sembilan provinsi lagi."Terima kasih banyak, Tuan Wira," kata Kresna dan Ararya sambil memberi hormat setelah saling memandang. Mendapatkan pemimpin yang bijaksana adalah sebuah anugerah besar.Setelah semua sudah selesai d
Kresna pun menghela napas panjang. "Tuan Wira, kamu pasti masih ingat dengan peristiwa yang terjadi di Provinsi Yonggu saat itu, 'kan? Sebenarnya aku juga nggak berniat melakukannya, tapi Senia sudah menyandera seluruh keluargaku. Meskipun enggan, aku juga terpaksa harus melakukannya. Kalau nggak, seluruh keluargaku akan mati dan akhirnya memilih untuk nggak kerja sama denganmu."Setelah mengatakan itu, Kresna menundukkan kepala dan terdiam cukup lama. Saat di Provinsi Yonggu, dia sudah kehilangan salah satu orang kepercayaannya yang paling andal dan sekaligus kekasihnya yaitu Gina. Saat itu, Wira sudah memberinya jalan, tetapi dia tidak memilihnya. Oleh karena itu, sekarang menyesal pun sudah tidak ada gunanya.Ararya yang berada di samping juga segera menambahkan, "Tuan Wira, kami juga punya beberapa kartu truf di tangan kami. Selama bertahun-tahun ini, kami terus merekrut pasukan. Kalau nggak dalam situasi mendesak, kami juga nggak ingin memberontak. Nggak ada orang yang ingin menya
Di dalam penginapan.Karena penginapan ini terletak di tempat yang terpencil, biasanya tidak banyak tamu yang datang ke sana. Hari ini juga hanya Wira dan rombongannya yang menginap di sana.Setelah sempat keluar, pemilik penginapan yang tidak menyangka Wira dan rombongannya akan kembali lagi terlihat sangat senang dan segera menyiapkan hidangan terbaik lagi. Bagaimanapun juga, mereka sangat murah hati. Hanya menginap satu hari saja, pemilik penginapan sudah menerima penghasilan yang cukup banyak."Kalau semua makanannya sudah dihidangkan, kamu pergi dulu saja. Nggak ada kabar dari kami, kalian jangan masuk ke sini lagi," kata Wira sambil mengeluarkan seratus ribu gabak dan melemparkannya pada pemilik penginapan itu.Mata pemilik penginapan itu langsung bersinar, lalu segera menganggukkan kepala dan pergi dari sana. Penginapan yang begitu luas itu hanya tersisa Wira dan yang lainnya.Wira tidak bernafsu makan karena baru saja selesai makan, bahkan tidak ingin minum. Dia menatap Ararya
Ekspresi Lucy yang selalu berdiri di belakang Wira juga menjadi dingin."Tuan Wira, kami sama sekali nggak punya niat buruk. Kedatangan kami kali ini hanya untuk membahas sesuatu denganmu. Sejujurnya, kami berdua juga terpaksa bertemu dengan Tuan Wira dengan cara seperti ini," kata Kresna.Ararya dan Kresna segera turun dari kuda mereka dan memerintah pasukan di belakang mereka untuk berhenti, lalu mendekati Wira. Dwipangga juga segera mengikut di belakang mereka."Ada urusan apa kalian mencariku?" tanya Wira. Selama ini, hubungannya dengan kedua orang di depannya ini tidak begitu dekat, meskipun sebelumnya mereka sempat berinteraksi. Namun, sejak hubungannya dengan Senia makin memburuk, hubungan mereka juga makin merenggang.Lagi pula, orang yang berbeda suku pasti memiliki pemikiran yang berbeda. Apalagi kedua raja di depannya ini juga berasal dari wilayah tandus di utara, Wira tentu saja tidak memiliki kesan baik terhadap mereka."Nggak perlu berpura-pura di depan kami. Kamu sudah l