Wira tentu tahu bahwa Keluarga Juwanto memiliki kekuatan yang cukup untuk menjalin kesepakatan dengan Kerajaan Monoma dan keluarga kerajaan. Ancaman sebenarnya bukan terletak pada Kerajaan Nuala, melainkan Kerajaan Monoma. Bagi kebanyakan orang, mungkin benar seperti itu, tetapi bagi Wira, hal ini tidak begitu sederhana.Kerajaan Monoma .... Hmph! Apakah mereka benar-benar berpikir bahwa berurusan dengan Keluarga Juwanto akan mempertahankan perdamaian mereka? Itu benar-benar pemikiran yang lucu!"Kak Wira, ini adalah salah satu pendekar dari Keluarga Barus, namanya Rumi. Dia sangat terampil dalam bela diri. Pasukannya akan mengawalmu melewati Kerajaan Nuala. Banyak orang telah membelot ke Kerajaan Monoma. Kekuatan tempur kita telah berkurang drastis, jadi harap berhati-hatilah!"Usai mengucapkan kata-kata itu, Farrel menatap ke arah Rumi sembari berkata, "Rumi, ayo beri salam pada Tuan Wahyudi."Pria bernama Rumi ini segera mengangguk. Dia membungkuk dalam kepada Wira seraya berkata d
Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, bahkan mungkin akan ada bahaya yang menanti di depan. Akan tetapi, selama bisa bersama Wira, kalaupun itu berarti berakhir dengan kematian, Wulan, Dewina, dan Dian tetap akan menerima hasil tersebut dengan senang hati.Keesokan paginya, setelah menyiapkan perlengkapan, mereka segera berangkat dari Dusun Darmadi. Mereka pun menempuh perjalanan selama satu hari. Meskipun naik kereta kuda, ketiga wanita itu tetap merasa lelah.Saat ini, Wira melihat ketiga wanita itu dan bertanya dengan perhatian, "Apa kalian mau minum air?""Terima kasih, Sayang," ucap Wulan. Dia menerima air dari Wira, lalu meminumnya.Tak lama kemudian, Dewina menunjuk ke arah yang jauh dengan antusias seraya berkata, "Tuan Wira, ada sebuah stasiun pos kuda di kejauhan!"Wira segera melihat ke arah yang ditunjuk dan mengangguk setuju. Dia berbalik untuk melihat pasukannya, lalu berkata dengan lembut sambil tersenyum, "Kita sudah melakukan perjalanan sejauh ini. Aku yak
Saat ini, Wulan dan Dewina tengah sibuk mengoleskan saus pada sate. Sementara itu, Dian meracik sesuatu berdasarkan resep rahasia yang barusan diberikan oleh Wira."Dua sendok pasta wijen, satu sendok cuka .... Semua bahan sudah disiapkan sesuai dengan petunjuk. Tuan Wira, kamu bisa memeriksanya!" ucap Dian. Wira menerima racikan bahan-bahan dari Dian. Kini, raut wajahnya tampak sangat bersemangat, seolah-olah dia sudah tidak sabar ingin mencicipinya."Hehe, bagus. Selama kamu mengikuti petunjuk yang kuberikan dengan benar, pasti nggak akan ada masalah!" ujar Wira seraya mencicipi sedikit racikan tersebut. Rasanya benar-benar lezat.Usai memanggang semuanya, Wira langsung mengeluarkannya dari dapur dan meletakkannya di atas meja makan. Kemudian, dia berkata pada semua orang, "Ayo, coba kalian cicipi. Apakah rasanya enak?"Saat mendengar ini, mereka bergegas mendekat dengan ekspresi tidak sabar. Masing-masing dari mereka mengambil satu tusuk sate dan mencicipinya perlahan. Kemudian, Dan
Akan tetapi, pria itu tampaknya tidak memiliki niat jahat. Dia hanya meletakkan sejumlah uang emas, lalu berkata seraya terkekeh-kekeh ke arah Wira, "Halo, aku mendengar dari pelayan, hidangan di sini dibuat oleh kalian sendiri. Benar begitu?"Wira menjawab sambil tersenyum, "Ya, benar. Apa ada masalah?""Aku dan teman-temanku ingin mencicipinya. Kalau kalian bersedia membuatkan seporsi untuk kami, aku akan memberikan uang ini kepada kalian," tawar pria tersebut.Melihat uang yang ada di depan mata, Wira dapat merasakan ketulusan mereka. Itu sebabnya, dia menerima uangnya dengan senang hati, lalu bangkit dan berkata dengan sopan, "Nggak masalah. Selama dibayar, aku akan memasaknya untuk kalian."Tidak lama kemudian, Wira dan beberapa orang lagi-lagi membuat seporsi sate dan menyerahkannya kepada pria kaya tersebut. Beberapa orang itu mencicipinya sambil terkagum-kagum. Mereka tidak menyangka bahwa ada makanan selezat itu di dunia ini. Hal ini benar-benar sulit dipercaya.Wira menyimpan
Mereka mengira bahwa ada perampok yang datang. Pria kaya barusan segera memegang dompet kecilnya dengan cemas. Akan tetapi, setelah beberapa saat berlalu, tidak ada yang beranjak masuk. Saat melihat ekspresi tenang dari kelompok Wira, mereka pun tidak lagi khawatir. Sekitar 10 menit kemudian, suara di luar akhirnya perlahan mereda.Saat ini, Rumi berjalan masuk dengan langkah santai. Dengan sikap berwibawa seperti biasa, dia langsung duduk di kursi dan berkata dengan pelan, "Semua masalah di luar sudah diatasi."Mendengar laporannya, Wira tampak tersenyum dan menunjukkan ekspresi yang sangat puas. Perjalanan ini benar-benar menjadi lebih mudah dengan adanya perlindungan orang-orang dari Keluarga Barus. Setelah makan malam, mereka pun kembali ke kamar penginapan di stasiun pos kuda untuk beristirahat.Keesokan paginya, mereka segera melanjutkan perjalanan setelah berkemas. Wulan, Dewina, dan Dian duduk di dalam kereta kuda seraya menikmati pemandangan di luar jendela. Sore harinya, mer
"Tentunya, kami akan mengenakan komisi sebesar 10% dari harga lelang," lanjut si pengurus.Setelah Wira berpikir sejenak, dia pun mengangguk setuju seraya berkata, "Baiklah, itu nggak masalah. Tapi, kalau aku melelang lebih banyak, apa kalian bisa memberiku sedikit diskon?"Saat mendengar pertanyaan ini, raut wajah si pengurus sontak berseri-seri. Dengan ekspresi yang bersemangat, dia segera bertanya dengan tidak sabar, "Kalau boleh tahu, berapa banyak lagi yang ingin Tuan lelangkan?""Mungkin sekitar enam gelas," jawab Wira seraya tersenyum.Begitu mendengar hal tersebut, ekspresi pengurus tampak sangat gembira. Dia buru-buru mengangguk, lalu lagi-lagi bertanya dengan antusias, "Kalau begitu, apa gelas kristal lain yang Tuan punya juga memiliki warna dan kualitas yang sama?""Tentu saja, semuanya sama," jawab Wira dengan jujur.Pengurus itu segera berkata, "Hehe. Kalau begitu, aku hanya akan menagih komisi untuk 5 gelas kristal. Bagaimana menurutmu?"Wira terkekeh-kekeh seraya menjawa
Pengurus berkata dengan sopan, "Tuan, maaf. Kami nggak bisa berbisnis denganmu."Wulan, Dewina, dan Dian saling bertatapan setelah mendengar ucapan pengurus. Ekspresi mereka tampak kaget. Ternyata sesuai dugaan Wira!Wira tersenyum, lalu bertanya balik seraya memandang pengurus, "Apa ada orang yang menyuruh kalian untuk menolak berbisnis denganku?"Pengurus tertegun. Setelah itu, dia menggeleng dengan ekspresi tidak berdaya dan tersenyum getir. Pengurus menjelaskan, "Tuan, terima kasih karena kamu bisa memahami kami. Aku hanya pengurus pelelangan sehingga nggak bisa membuat keputusan, ada orang penting yang menekan kami."Pengurus melanjutkan, "Jadi, kami hanya bisa mengikuti perintah mereka dan nggak bisa menjalankan kesepakatan yang kita bicarakan sebelumnya. Aku minta maaf. Kalau kamu masih punya barang bagus, kami pasti akan menyambut kedatanganmu kapan saja di pelelangan kami lain kali. Tapi, untuk beberapa waktu ini takutnya ...."Sikap pengurus ini sudah cukup sungkan. Wira tahu
Dewina yang kesal pun ikut berkomentar, "Kalau terus berulang seperti ini, berarti bukan kebetulan lagi. Semua ini pasti berhubungan dengan Keluarga Juwanto."Rumi yang berdiri di samping juga berkata kepada Wira, "Tuan Wahyudi, kalau kamu membutuhkan uang, aku bisa meminta Tuan kami untuk membeli semua gelas kristal ini. Jadi, kamu nggak perlu bersusah payah mencari mereka untuk menjual gelas kristal."Wira yang merasa tidak berdaya tersenyum setelah mendengar ucapan Rumi, lalu melambaikan tangannya sembari menimpali, "Aku berbuat seperti ini bukan demi uang, tapi untuk membantu bisnisku kelak." Lagi pula, tuannya Rumi sudah memborong gelas kristal yang begitu banyak.Tak lama kemudian, pengurus kembali. Ekspresinya tampak canggung saat berbicara, "Maaf, Tuan. Kami nggak bisa berbisnis denganmu, sebaiknya kamu cari rumah lelang lain."Pengurus tersenyum getir, dia merasa tidak rela karena hampir menghasilkan banyak uang. Wira bisa memahami kesulitan pengurus. Dia juga tidak bicara pan
Fikri berkata dengan dingin, "Dilihat dari penampilannya yang seperti itu, aku sudah tahu siapa dia. Pengkhianat ini malah inisiatif datang mencariku, ini malah memudahkan urusan kita. Sekarang semuanya sudah siap, hanya tinggal bertindak saja. Kalau sudah di dalam kota, kita memang akan sulit untuk melawannya.""Kalau kita bertindak di sana, kemungkinan besar akan menarik perhatian orang lain. Tapi, sekarang dia sendiri yang mendekati kita, kita pun jadi jauh lebih mudah untuk menghabisinya. Nanti kita pancing dia ke tempat yang lebih jauh dari sini, lalu kita baru bertindak. Kita singkirkan dia dengan diam-diam."Sebagai pewaris ketua Lembah Duka, Fikri tidak akan membiarkan siapa pun melanggar aturan dari Lembah Duka. Apa yang dilakukan Jaran sudah membawa bencana besar bagi orang-orang di lembah. Jika orang-orang itu tahu ada orang dari lembah yang keluar dari sana, mungkin nyawa mereka juga tidak akan selamat."Kita jalankan semuanya sesuai dengan rencanamu," kata Wira dengan perl
Saat Wira dan yang lainnya tiba di sekitar Provinsi Tengah, Jaran dan Caraka yang sudah menunggu lama di pintu gerbang kota pun segera menemukan target mereka."Mereka malah bisa keluar dari Lembah Duka dengan selamat? Ini memang di luar dugaanku. Tapi, dilihat dari situasinya sekarang, sepertinya mereka nggak menemukan bala bantuan," kata Jaran yang berdiri di atas tembok kota sambil tersenyum dingin.Sebelum Wira dan yang lainnya pergi ke Lembah Duka, Jaran sudah menduga hasilnya akan seperti ini. Namun, dia tidak menyangka Wira ternyata bisa keluar dari sana dengan selamat.Lembah Duka tentu saja memiliki peraturannya tersendiri, orang luar sulit untuk masuk ke sana. Jika masuk, mungkin hanya akan menambah masalah bagi diri mereka sendiri. Untuk keluar dari sana adalah hal yang sangat sulit. Bagaimanapun juga, lembah itu memiliki terlalu banyak rahasia, tentu saja tidak suka diganggu orang luar.Namun, Wira malah bisa keluar dari Lembah Duka dengan selamat, hal ini memang membuat Ja
"Ayahmu jauh lebih bijaksana daripada yang kamu kira. Kamu cuma perlu menuruti perintahnya.""Mengenai Lembah Duka, kamu perlahan-lahan lupakan saja. Mulai sekarang, kamu bukan lagi bagian dari Lembah Duka. Kamu berasal dari Provinsi Tengah dan aku sahabatmu."Fikri mengangguk, tetapi matanya berkaca-kaca. Memikirkan apa yang akan mungkin terjadi ke depan, hatinya terasa berat.Wira menghibur, "Tenang saja, mungkin situasinya nggak seburuk yang kamu bayangkan. Lembah Duka belum tentu akan hancur.""Kita cuma perlu fokus pada tugas kita. Sisanya biarkan ayahmu yang mengurusnya. Mungkin masalah seperti ini nggak akan bisa mengancamnya."Meskipun mereka hanya selisih beberapa tahun, Wira tidak menganggap mereka sebagai teman sebaya. Di matanya, Fikri lebih mirip anak kecil.Sikap Fikri memang lebih dewasa jika dibandingkan dengan Agha. Namun, kesenjangan di antara keduanya tidak terlalu banyak."Omong-omong, sebentar lagi kita akan masuk Provinsi Tengah. Jangan lupa menyamar. Aku khawatir
Di Lembah Duka, Fikri berada di kamar Arie sepanjang malam. Tidak ada yang tahu apa yang dibicarakan oleh ayah dan anak itu.Keesokan pagi, suasana hati Fikri tampak sangat buruk. Bahkan, dia tidak menghiraukan siapa pun.Sementara itu, Arie tampak bersemangat. Dia bekerja sama dengan Wira untuk menyusun strategi melawan Panji.Semua persiapan sudah selesai. Wira pun tidak berlama-lama di Lembah Duka. Siang hari itu, dia langsung membawa rombongan meninggalkan Lembah Duka.Awalnya hanya ada empat orang saat pergi, tetapi sekarang bertambah satu orang, yaitu Fikri. Namun, di belakang masih ada banyak ahli yang mengikuti.Hanya saja, orang-orang ini menjaga jarak dengan Wira dan lainnya. Mereka terus mengikuti tanpa pernah kehilangan jejak Wira dan lainnya. Mereka ini tentu adalah orang-orang yang diutus oleh Arie untuk bekerja sama dengan Wira dalam menghadapi Jaran."Ayahmu seharusnya sudah kasih tahu kamu semuanya, 'kan?" Sambil menunggang kuda, Wira menatap Fikri yang berada di sampi
Kedua provinsi memiliki jutaan pasukan. Ditambah dengan bantuan orang-orang dari Lembah Duka, tidak mungkin ada yang bisa menembus benteng mereka. Keselamatan mereka bisa dibilang terjamin.Hanya saja, Wira mengurungkan niatnya. Orang-orang Lembah Duka memiliki kemampuan di luar nalar, bahkan bisa memanggil angin dan hujan. Kehadiran seperti ini tentu sangat menakutkan.Jika benar-benar membawa mereka ke kedua provinsi, mungkin akan menimbulkan masalah yang berujung pada bencana besar. Itu sebabnya, Wira terpaksa menahan dorongannya itu.....Di wilayah barat, di Provinsi Tengah, di sebuah restoran.Dalam beberapa hari terakhir, Panji dan Caraka terus berada di Provinsi Tengah, terus memantau arah gerbang utara.Lembah Duka berada di arah itu, sementara Wira dan lainnya sudah menuju ke sana. Jika mereka kembali, mereka pasti akan melewati tempat itu. Ketika saat itu tiba, mereka akan tahu apakah Wira dan lainnya berhasil memanggil orang-orang dari Lembah Duka atau tidak."Sebelumnya ka
"Ini ide bagus," ujar Wira sambil tersenyum.Setelah mendengar Arie berkata demikian, Wira pun merasa lebih lega. Hanya saja, sebelumnya Wira telah mengajukan saran seperti ini dan Arie menolaknya. Lantas, apa yang membuat Arie tiba-tiba berubah pikiran?Suara Arie kembali terdengar. "Setelah menghabisi Jaran, orang-orang dari Lembah Duka harus kembali. Kalau Fikri ... aku harap kamu bisa membawanya bersamamu.""Sebelum pergi, aku akan berpesan padanya untuk nggak sembarangan menggunakan ilmu sihirnya agar nggak menarik perhatian orang. Kalau kamu menyetujuinya, aku akan membantumu melawan Jaran."Saat ini, Wira akhirnya mengerti alasan Arie mengambil risiko sebesar ini. Jika melibatkan orang-orang Lembah Duka, kemungkinan besar akan menarik perhatian orang-orang di luar. Akibatnya, Lembah Duka akan berada dalam bahaya.Arie melakukan ini demi melindungi anaknya. Jika terjadi sesuatu pada Lembah Duka dan Fikri tidak ada di sini, Arie bisa mati dengan tenang. Siapa juga yang ingin melih
Sejak dulu, semua orang yang ada di sini sepenuhnya bergantung pada Arie. Apa pun yang terjadi, Arie selalu berdiri di depan mereka, membantu mereka mengatasi semua rintangan. Mereka telah terbiasa dengan cara seperti ini."Kuharap begitu. Nggak ada pilihan lain lagi untuk sekarang."Saat mereka berbicara, terdengar suara langkah kaki dari luar pintu. Seorang pria berjalan masuk dengan hormat."Ada apa?" tanya Fikri."Ketua mengundang Tuan Wira ke ruangannya. Katanya ada urusan penting yang harus dibahas," sahut pria itu."Benar, 'kan? Ayahku pasti bisa mendapat ide. Dia mungkin sudah punya solusi sekarang," ujar Fikri sambil tersenyum.Saat keduanya hendak pergi bersama, pandangan pria itu tiba-tiba tertuju pada Firki. Dengan sopan, dia berkata, "Tuan Muda, Ketua beri perintah, cuma Tuan Wira yang boleh masuk. Kamu nggak perlu ikut."Fikri tertegun sejenak. Jelas-jelas akan membahas strategi, kenapa harus disembunyikan darinya? Namun, karena Arie sudah memutuskan demikian, dia hanya b
"Heh." Wira tertawa mengejek, lalu berkata, "Ini justru lebih sulit lagi.""Dia sangat licik, bahkan pintar bersembunyi. Satu-satunya kesempatan terbaik untuk membunuhnya adalah saat kami bertarung hari itu.""Tapi, dia punya kemampuan di luar nalar. Dia mengubah cuaca sesuka hati hingga membuat kami kehilangan kesempatan.""Setelah itu, kami baru tahu kalau dia berasal dari Lembah Duka. Makanya, aku menempuh perjalanan jauh ke sini, berharap bisa mendapat bantuan kalian."Wira tidak menyembunyikan apa pun dan langsung menceritakan semua situasi kepada Arie yang berdiri di depannya. Semua yang dikatakan adalah kenyataan."Biarkan aku berpikir sebentar ...." Arie menghela napas. Tanpa banyak bicara, dia berjalan ke sisi lain. Sebelum pergi, dia tidak lupa memberi instruksi kepada Fikri, "Jaga temanmu baik-baik."Segera, Fikri mengatur tempat tinggal untuk Wira dan lainnya. Tempat ini cukup tua, tetapi masih cukup bersih.Saat mereka berjalan tadi, Wira juga memperhatikan bangunan di sek
"Ketika saat itu tiba, bukannya yang paling menderita adalah orang-orang di Lembah Duka? Karena kamu ada di sini dan pernah berinteraksi dengan Jaran, mari kita diskusi dulu. Mungkin kamu punya cara untuk membantuku mengatasi masalah ini."Bisa dilihat bahwa Arie sama sekali tidak berbohong. Dia benar-benar mencemaskan Lembah Duka. Jika tidak, dia tidak akan bersusah payah seperti ini.Bagaimanapun, putranya ada di sini. Jika orang-orang di atas sana mengambil tindakan untuk membalas dendam, bukan hanya orang-orang di Lembah Duka yang akan mati, tetapi juga satu-satunya putranya ...."Sebenarnya masalah ini sederhana saja. Asalkan kamu meminjamku beberapa orangmu dan aku membawa mereka keluar, mereka seharusnya punya cara untuk melawan Jaran, 'kan? Setelah semua beres, kalian juga nggak perlu cemas lagi. Gimana?"Untuk melawan Jaran yang melarikan diri dari Lembah Duka, mereka hanya bisa menggunakan orang-orang di dalam untuk menurunkan risiko yang ada. Bagaimanapun, mereka sama-sama m