Share

Bab 852

Penulis: Arif
Mereka mengira bahwa ada perampok yang datang. Pria kaya barusan segera memegang dompet kecilnya dengan cemas. Akan tetapi, setelah beberapa saat berlalu, tidak ada yang beranjak masuk. Saat melihat ekspresi tenang dari kelompok Wira, mereka pun tidak lagi khawatir. Sekitar 10 menit kemudian, suara di luar akhirnya perlahan mereda.

Saat ini, Rumi berjalan masuk dengan langkah santai. Dengan sikap berwibawa seperti biasa, dia langsung duduk di kursi dan berkata dengan pelan, "Semua masalah di luar sudah diatasi."

Mendengar laporannya, Wira tampak tersenyum dan menunjukkan ekspresi yang sangat puas. Perjalanan ini benar-benar menjadi lebih mudah dengan adanya perlindungan orang-orang dari Keluarga Barus. Setelah makan malam, mereka pun kembali ke kamar penginapan di stasiun pos kuda untuk beristirahat.

Keesokan paginya, mereka segera melanjutkan perjalanan setelah berkemas. Wulan, Dewina, dan Dian duduk di dalam kereta kuda seraya menikmati pemandangan di luar jendela. Sore harinya, mer
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dimaz
baru tau aku, kalo jaman dulu ada ruangan VIP ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 853

    "Tentunya, kami akan mengenakan komisi sebesar 10% dari harga lelang," lanjut si pengurus.Setelah Wira berpikir sejenak, dia pun mengangguk setuju seraya berkata, "Baiklah, itu nggak masalah. Tapi, kalau aku melelang lebih banyak, apa kalian bisa memberiku sedikit diskon?"Saat mendengar pertanyaan ini, raut wajah si pengurus sontak berseri-seri. Dengan ekspresi yang bersemangat, dia segera bertanya dengan tidak sabar, "Kalau boleh tahu, berapa banyak lagi yang ingin Tuan lelangkan?""Mungkin sekitar enam gelas," jawab Wira seraya tersenyum.Begitu mendengar hal tersebut, ekspresi pengurus tampak sangat gembira. Dia buru-buru mengangguk, lalu lagi-lagi bertanya dengan antusias, "Kalau begitu, apa gelas kristal lain yang Tuan punya juga memiliki warna dan kualitas yang sama?""Tentu saja, semuanya sama," jawab Wira dengan jujur.Pengurus itu segera berkata, "Hehe. Kalau begitu, aku hanya akan menagih komisi untuk 5 gelas kristal. Bagaimana menurutmu?"Wira terkekeh-kekeh seraya menjawa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 854

    Pengurus berkata dengan sopan, "Tuan, maaf. Kami nggak bisa berbisnis denganmu."Wulan, Dewina, dan Dian saling bertatapan setelah mendengar ucapan pengurus. Ekspresi mereka tampak kaget. Ternyata sesuai dugaan Wira!Wira tersenyum, lalu bertanya balik seraya memandang pengurus, "Apa ada orang yang menyuruh kalian untuk menolak berbisnis denganku?"Pengurus tertegun. Setelah itu, dia menggeleng dengan ekspresi tidak berdaya dan tersenyum getir. Pengurus menjelaskan, "Tuan, terima kasih karena kamu bisa memahami kami. Aku hanya pengurus pelelangan sehingga nggak bisa membuat keputusan, ada orang penting yang menekan kami."Pengurus melanjutkan, "Jadi, kami hanya bisa mengikuti perintah mereka dan nggak bisa menjalankan kesepakatan yang kita bicarakan sebelumnya. Aku minta maaf. Kalau kamu masih punya barang bagus, kami pasti akan menyambut kedatanganmu kapan saja di pelelangan kami lain kali. Tapi, untuk beberapa waktu ini takutnya ...."Sikap pengurus ini sudah cukup sungkan. Wira tahu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 855

    Dewina yang kesal pun ikut berkomentar, "Kalau terus berulang seperti ini, berarti bukan kebetulan lagi. Semua ini pasti berhubungan dengan Keluarga Juwanto."Rumi yang berdiri di samping juga berkata kepada Wira, "Tuan Wahyudi, kalau kamu membutuhkan uang, aku bisa meminta Tuan kami untuk membeli semua gelas kristal ini. Jadi, kamu nggak perlu bersusah payah mencari mereka untuk menjual gelas kristal."Wira yang merasa tidak berdaya tersenyum setelah mendengar ucapan Rumi, lalu melambaikan tangannya sembari menimpali, "Aku berbuat seperti ini bukan demi uang, tapi untuk membantu bisnisku kelak." Lagi pula, tuannya Rumi sudah memborong gelas kristal yang begitu banyak.Tak lama kemudian, pengurus kembali. Ekspresinya tampak canggung saat berbicara, "Maaf, Tuan. Kami nggak bisa berbisnis denganmu, sebaiknya kamu cari rumah lelang lain."Pengurus tersenyum getir, dia merasa tidak rela karena hampir menghasilkan banyak uang. Wira bisa memahami kesulitan pengurus. Dia juga tidak bicara pan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 856

    Wira tersenyum setelah mendengar ucapan Danu. Bisa-bisanya ada orang yang mencarinya malam-malam begini. Namun, Wira bisa menebak siapa yang datang, jadi dia tidak akan mengabaikan orang itu. Wira berujar, "Suruh dia masuk."Pada saat yang sama, di kediaman Keluarga Juwanto, Kumar duduk di ruang kerja. Di depannya ada 2 orang pria yang masih muda dan wajah mereka sangat mirip dengan Kumar.Salah satu dari pria itu angkat bicara, "Ayah, orang yang diutus untuk membunuh Wira gagal. Sesuai dugaanmu, Wira memang dibantu oleh Keluarga Barus."Kumar tersenyum mendengar ucapan pria itu dan menimpali, "Tentu saja. Keluarga Barus berencana untuk menyelesaikan masalah pada sumbernya. Hanya saja, sepertinya mereka nggak akan berhasil."Kumar tampak tidak peduli. Baginya, hal ini tidak mungkin terjadi. Kerajaan Monoma sudah bekerja sama dengan Kumar, mana mungkin mereka memutuskan hubungan dengannya? Benar-benar konyol!"Ayah, jadi bagaimana caranya kita bertindak di istana? Sekarang Raja Bakir ad

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 857

    Kumar melanjutkan, "Bahkan, Raja Bakir juga takut dengan Keluarga Wutari. Begitu pula dengan penasihat kiri dan kanan. Raja Bakir itu pemimpin yang egois dan pemikirannya agak picik."Penilaian Kumar sangat objektif, sama persis seperti Wira. Hanya saja, Raja Bakir memang boleh mencurigai semua orang, tetapi seharusnya dia tetap memilih calon pewarisnya. Bagaimanapun, itu adalah posisi putra mahkota yang merupakan fondasi negara. Entah apa alasan Raja Bakir terus menunda hal ini sampai sekarang.Kedua putra Kumar tampak kebingungan. Jawaban Kumar tetap saja membuat mereka tidak mengerti. Kemudian, Kumar lanjut bertanya, "Apa posisi putra mahkota penting?"Kedua putra Kumar menjawab secara bersamaan, "Tentu saja penting.""Kalau begitu, menurut kalian, apa semua pangeran yang kompeten akan merebut posisi putra mahkota ini?" kata Kumar.Mendengar ucapan Kumar, kedua putranya sama-sama mengangguk. Kumar menjelaskan, "Benar, putra mahkota itu calon raja yang punya status mulia. Dia akan me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 858

    Kedua putra Kumar tercengang begitu mendengar penjelasan ayah mereka. Salah satu putra Kumar berseru, "Apa? Menunggu kita saling bertarung?" Mereka tidak memercayai ucapan Kumar.Kumar menimpali, "Tentu saja. Kalau nggak, menurut kalian, kenapa Raja Bakir masih belum memilih calon pewarisnya sampai sekarang? Apa kalian pikir dia memang belum memutuskannya?""Bukan .... Posisi putra mahkota sangat penting, sedangkan Raja Bakir berniat menguasai Kerajaan Nuala sepenuhnya. Keempat keluarga besar memang tampak patuh, tapi Raja Bakir sudah tahu bahwa kita diam-diam berniat jahat. Jadi, Raja Bakir ingin memancing kita untuk bertindak," lanjut Kumar.Setelah Kumar menyelesaikan perkataannya, kedua putranya makin terbengong-bengong. Salah satu putra Kumar bertanya, "Ini ... kenapa? Kita selalu bersikap patuh, kenapa Raja ingin menyingkirkan kita?" Mereka tidak paham.Kumar menjelaskan, "Hahaha, apa kalian pikir Raja Bakir bodoh? Salah, sebaliknya dia pintar sekali, tapi terlalu perhitungan. Du

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 859

    Luthfi tersenyum, sedangkan Wira tidak terkejut mendengar ucapan Luthfi. Wira sudah menebak seharusnya anggota Keluarga Juwanto yang datang. Wira tersenyum dan mempersilakan, "Ternyata ajudan Keluarga Juwanto. Tuan, silakan duduk."Luthfi duduk di seberang Wira dan menatap Wira lekat-lekat. Banyak orang yang tahu tentang pencapaian Wira, tetapi hanya sedikit orang yang benar-benar memahami Wira. Bahkan, Luthfi tidak tahu apakah Wira bisa berhasil menyelesaikan masalah pada sumbernya dan menggagalkan rencana Keluarga Juwanto. Namun, Luthfi tetap harus datang.Saat melakukan sesuatu, kita tidak boleh berserah kepada takdir ataupun membuat rencana berdasarkan pencapaian musuh. Kita harus mampu mengendalikan segalanya.Wira langsung bertanya, "Ada apa Tuan Luthfi datang malam-malam begini?"Luthfi menyahut, "Tuan Wahyudi, hari ini aku datang untuk merekrutmu bergabung dengan Keluarga Juwanto.""Oh?" ucap Wira. Meskipun sudah tahu, dia tetap menunjukkan keterkejutannya.Luthfi tersenyum dan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 860

    Usai mendengar ucapan Luthfi, Wira tersenyum dan berkata, "Bisa kamu jelaskan lebih lanjut?"Luthfi langsung melanjutkan, "Walaupun Ratu telah melahirkan seorang pangeran yang berstatus mulia, dia masih bayi. Masih butuh waktu lama sebelum dia bisa menjadi putra mahkota di masa depan! Lagi pula, hal ini belum bisa dipastikan. Siapa tahu, bayi ini akan mati mudal.""Daripada menunggu beberapa tahun atau bahkan belasan tahun, lebih baik kamu bekerja sama dengan Keluarga Juwanto untuk mencapai tujuanmu.""Selama kamu mau bekerja sama, Keluarga Juwanto akan memenuhi semua permintaanmu di masa depan. Kamu juga sudah bertemu dengan Pangeran Yahya, bukan? Dia anak yang berbakat dan sepertinya kalian juga berjodoh. Kalau dia menjadi putra mahkota, kamu mungkin bisa menjadi guru imperial.""Bukankah hal yang baik kalau kamu bisa menikmati kekayaan dan kemuliaan yang berkelanjutan?" tambah Luthfi.Harus diakui, perkataan Luthfi memang masuk akal. Jika dibandingkan dengan Keluarga Barus, Keluarga

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2986

    Jaran berpikir saat Wira sendiri yang ingin menceritakannya, semua kebenarannya pun akan terungkap.Wira tersenyum dan berkata, "Nggak bisa dibilang seperti ini juga. Aku mencari kalian bukan hanya untuk menghadapi dia, aku sebenarnya punya alasan lain juga. Aku juga ...."Saat mengatakan itu, Wira melirik bungkusan yang berisi abu jenazah di punggung Agha.Saat baru bertemu dengan Wira dan yang lainnya, Fikri kebetulan melihat adegan itu. Dia pun langsung mengerti, ternyata begitu kejadiannya. Sepertinya, Wira adalah orang yang sangat menghargai hubungannya dengan yang lainnya juga hingga rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mencari jasad teman-temannya. Bisa memiliki teman seperti ini termasuk keberuntungan seumur hidup.Saat keduanya sedang berbicara, Dwija tiba-tiba mendekati Wira dan berkata sambil menunjuk ke arah kaki gunung, "Ada orang yang datang."Wira dan yang lainnya segera berjalan ke tepi tebing gunung dan melihat saat ini seluruh gunung sudah dikepung dengan rapat.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2985

    Sementara itu, terlihat sebuah lubang hitam dan kini masih sedang meneteskan darah di kepala Jaran. Dalam sekejap, Jaran sudah terkapar di tanah dan langsung mati."Apa yang sudah terjadi?" tanya semua orang yang menoleh secara bersamaan dan menatap Wira.Saat ini, Wira masih menggenggam sebuah pistol dan tadi dia yang menembak saat Jaran tidak memperhatikannya. Bagaimanapun juga, perhatian Jaran sedang tertuju pada Fikri, ini juga yang memberikannya kesempatan bagus untuk bertindak. Dia pun berhasil memastikan kemenangannya hanya dengan satu tembakan."Aku khawatir dia benar-benar akan menggunakan ilmu sihir terkuatnya seperti yang dikatakannya dan membawa masalah bagi kalian semua, jadi aku langsung menembaknya. Dengan begitu, kita juga akan menghemat banyak tenaga," kata Wira sambil tersenyum dan menyimpan kembali pistolnya.Fikri yang berdiri di samping pun segera mendekati Wira dan berkata sambil tersenyum, "Kalau kamu punya senjata seperti ini sejak awal, kenapa masih perlu bantu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2984

    "Karena kamu memilih untuk mati bersama mereka, jangan salahkan aku nggak berbelas kasihan," teriak Jaran dengan marah.Namun, saat Jaran hendak turun tangan, terdengar suara angin yang bertiup dan langsung muncul beberapa sosok di depannya. Mereka semua mengenakan jubah hitam dan hanya menunjukkan sepasang mata saja. Melihat mereka, dia langsung menjadi panik. Dia juga berasal dari Lembah Duka, tentu saja tahu siapa mereka dan dia tidak mungkin bisa menandingi mereka.Dalam sekejap, napas Jaran menjadi makin terengah-engah. Dia mengepalkan tinjunya dengan erat dan secara refleks mundur beberapa langkah, lalu berkata dengan ekspresi serius, "Kalian semua meninggalkan Lembah Duka? Apa kalian masih ingat dengan aturan yang ditetapkan orang-orang itu untuk Lembah Duka?""Sekarang kalian keluar dari Lembah Duka berarti sudah menentang mereka secara terang-terangan. Kalau ketahuan mereka, mereka pasti nggak akan membiarkan kalian begitu saja.""Bagaimana kalau kita saling mengalah? Jangan a

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2983

    "Tapi, tempat ini nggak akan jadi kuburanku, melainkan jadi kuburan kalian. Karena kalian sendiri yang cari mati, aku akan mengabulkan keinginan kalian," kata Jaran.Dalam sekejap, kedua pihak berpindah ke tebing gunung yang letaknya jauh dari sana. Setelah bergerak sekitar satu jam, Wira dan yang lainnya sudah tiba di tebing gunung itu. Pemandangan di sana sangat tandus dan terdapat sebuah jurang yang sangat dalam di samping. Tempat ini terlihat sangat menyeramkan, tetapi sangat cocok untuk pertarungan hidup dan mati juga."Aku tahu kamu sengaja mengulur waktu. Kamu pasti sudah tahu kemampuanku juga, jadi nggak berani melawanku secara langsung. Sayangnya, sekarang kita sudah sampai ke sini, aku ingin melihat kamu masih punya cara apa lagi untuk terus mengulur waktu," kata Jaran dengan tegas.Jaran berpikir tadi Wira memilih untuk berpindah lokasi, ini membuktikan Wira pasti sedang mengulur waktu. Bagaimanapun juga, Wira juga sudah tahu kekuatannya, tidak akan berani benar-benar melawa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2982

    Fikri berkata dengan dingin, "Dilihat dari penampilannya yang seperti itu, aku sudah tahu siapa dia. Pengkhianat ini malah inisiatif datang mencariku, ini malah memudahkan urusan kita. Sekarang semuanya sudah siap, hanya tinggal bertindak saja. Kalau sudah di dalam kota, kita memang akan sulit untuk melawannya.""Kalau kita bertindak di sana, kemungkinan besar akan menarik perhatian orang lain. Tapi, sekarang dia sendiri yang mendekati kita, kita pun jadi jauh lebih mudah untuk menghabisinya. Nanti kita pancing dia ke tempat yang lebih jauh dari sini, lalu kita baru bertindak. Kita singkirkan dia dengan diam-diam."Sebagai pewaris ketua Lembah Duka, Fikri tidak akan membiarkan siapa pun melanggar aturan dari Lembah Duka. Apa yang dilakukan Jaran sudah membawa bencana besar bagi orang-orang di lembah. Jika orang-orang itu tahu ada orang dari lembah yang keluar dari sana, mungkin nyawa mereka juga tidak akan selamat."Kita jalankan semuanya sesuai dengan rencanamu," kata Wira dengan perl

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2981

    Saat Wira dan yang lainnya tiba di sekitar Provinsi Tengah, Jaran dan Caraka yang sudah menunggu lama di pintu gerbang kota pun segera menemukan target mereka."Mereka malah bisa keluar dari Lembah Duka dengan selamat? Ini memang di luar dugaanku. Tapi, dilihat dari situasinya sekarang, sepertinya mereka nggak menemukan bala bantuan," kata Jaran yang berdiri di atas tembok kota sambil tersenyum dingin.Sebelum Wira dan yang lainnya pergi ke Lembah Duka, Jaran sudah menduga hasilnya akan seperti ini. Namun, dia tidak menyangka Wira ternyata bisa keluar dari sana dengan selamat.Lembah Duka tentu saja memiliki peraturannya tersendiri, orang luar sulit untuk masuk ke sana. Jika masuk, mungkin hanya akan menambah masalah bagi diri mereka sendiri. Untuk keluar dari sana adalah hal yang sangat sulit. Bagaimanapun juga, lembah itu memiliki terlalu banyak rahasia, tentu saja tidak suka diganggu orang luar.Namun, Wira malah bisa keluar dari Lembah Duka dengan selamat, hal ini memang membuat Ja

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2980

    "Ayahmu jauh lebih bijaksana daripada yang kamu kira. Kamu cuma perlu menuruti perintahnya.""Mengenai Lembah Duka, kamu perlahan-lahan lupakan saja. Mulai sekarang, kamu bukan lagi bagian dari Lembah Duka. Kamu berasal dari Provinsi Tengah dan aku sahabatmu."Fikri mengangguk, tetapi matanya berkaca-kaca. Memikirkan apa yang akan mungkin terjadi ke depan, hatinya terasa berat.Wira menghibur, "Tenang saja, mungkin situasinya nggak seburuk yang kamu bayangkan. Lembah Duka belum tentu akan hancur.""Kita cuma perlu fokus pada tugas kita. Sisanya biarkan ayahmu yang mengurusnya. Mungkin masalah seperti ini nggak akan bisa mengancamnya."Meskipun mereka hanya selisih beberapa tahun, Wira tidak menganggap mereka sebagai teman sebaya. Di matanya, Fikri lebih mirip anak kecil.Sikap Fikri memang lebih dewasa jika dibandingkan dengan Agha. Namun, kesenjangan di antara keduanya tidak terlalu banyak."Omong-omong, sebentar lagi kita akan masuk Provinsi Tengah. Jangan lupa menyamar. Aku khawatir

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2979

    Di Lembah Duka, Fikri berada di kamar Arie sepanjang malam. Tidak ada yang tahu apa yang dibicarakan oleh ayah dan anak itu.Keesokan pagi, suasana hati Fikri tampak sangat buruk. Bahkan, dia tidak menghiraukan siapa pun.Sementara itu, Arie tampak bersemangat. Dia bekerja sama dengan Wira untuk menyusun strategi melawan Panji.Semua persiapan sudah selesai. Wira pun tidak berlama-lama di Lembah Duka. Siang hari itu, dia langsung membawa rombongan meninggalkan Lembah Duka.Awalnya hanya ada empat orang saat pergi, tetapi sekarang bertambah satu orang, yaitu Fikri. Namun, di belakang masih ada banyak ahli yang mengikuti.Hanya saja, orang-orang ini menjaga jarak dengan Wira dan lainnya. Mereka terus mengikuti tanpa pernah kehilangan jejak Wira dan lainnya. Mereka ini tentu adalah orang-orang yang diutus oleh Arie untuk bekerja sama dengan Wira dalam menghadapi Jaran."Ayahmu seharusnya sudah kasih tahu kamu semuanya, 'kan?" Sambil menunggang kuda, Wira menatap Fikri yang berada di sampi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2978

    Kedua provinsi memiliki jutaan pasukan. Ditambah dengan bantuan orang-orang dari Lembah Duka, tidak mungkin ada yang bisa menembus benteng mereka. Keselamatan mereka bisa dibilang terjamin.Hanya saja, Wira mengurungkan niatnya. Orang-orang Lembah Duka memiliki kemampuan di luar nalar, bahkan bisa memanggil angin dan hujan. Kehadiran seperti ini tentu sangat menakutkan.Jika benar-benar membawa mereka ke kedua provinsi, mungkin akan menimbulkan masalah yang berujung pada bencana besar. Itu sebabnya, Wira terpaksa menahan dorongannya itu.....Di wilayah barat, di Provinsi Tengah, di sebuah restoran.Dalam beberapa hari terakhir, Panji dan Caraka terus berada di Provinsi Tengah, terus memantau arah gerbang utara.Lembah Duka berada di arah itu, sementara Wira dan lainnya sudah menuju ke sana. Jika mereka kembali, mereka pasti akan melewati tempat itu. Ketika saat itu tiba, mereka akan tahu apakah Wira dan lainnya berhasil memanggil orang-orang dari Lembah Duka atau tidak."Sebelumnya ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status