Keesokan harinya, saat Wira bangun, ketiga istrinya sudah menyiapkan makanan. Wira langsung duduk di sebelah meja makan. Wulan dan Dian sedang menyajikan makanan, sementara Dewina melayani Wira yang sedang makan.Setelah makan, Wulan mengeluarkan buku akuntansi, meletakkannya di atas meja, dan mulai menjelaskan berbagai pendapatan, "Sayang, produk-produk seperti gula kristal yang kita jual ke Provinsi Lowala menghasilkan keuntungan yang bagus, kita sudah menghasilkan banyak uang."Wira tampak mengangguk setuju, tetapi dia tahu bahwa hanya mengandalkan penjualan gula kristal saja mungkin tidak cukup. Dia perlu mencari cara lain untuk menghasilkan lebih banyak uang."Untuk memperluas bisnis, kita perlu merekrut lebih banyak orang dan mengumpulkan lebih banyak uang. Selain itu, berdasarkan pendapatan kita saat ini, mungkin nggak akan cukup. Tuan Wira, kalau begitu apa yang bisa kita lakukan sekarang? Apakah kita harus mencari saluran penjualan lain?" tanya Dewina yang penasaran."Aku belu
Wira menepuk salah satu ember dan berkata sambil tersenyum, "Ini akan menjadi modal kita menjadi kaya, kita harus sembunyikan dengan baik.""Maaf, Tuan Wira, aku sedikit tidak enak badan ...," sela Dian sambil mengernyit. Dengan wajah pucat, dia tiba-tiba menutupi perutnya, lalu berlari keluar dengan tergesa-gesa."Ada apa dengannya?" tanya Wira, sedikit heran melihat Dian buru-buru pergi.Wulan menghela napas, lalu menggeleng dan berkata, "Dian lagi menstruasi, jadi perutnya sering kram."Mendengar ini, mata Wira langsung berbinar-binar. Ini mungkin bisa jadi peluang bagus untuk menghasilkan uang! Saat wanita zaman ini sedang menstruasi, mereka hanya menggunakan selembar kain sederhana. Menggunakan kain juga sangat merepotkan karena masih perlu dicuci dan dikeringkan. Belum lagi, wanita jadi tidak leluasa bergerak.Jika Wira membuat pembalut sendiri dan memproduksinya secara massal, dia pasti akan untung besar! Apalagi, bahan baku pembuatannya tidak terlalu mahal. Harganya juga lebih
Wira tersenyum. Barang ciptaannya ini bukan sesuatu yang luar biasa. Di dunia asalnya, ini adalah benda-benda kebutuhan dasar wanita. Dia hanya membuat satu set benda itu karena kebutuhan khusus. Jika Dian tidak tiba-tiba sakit perut karena menstruasi, Wira juga tidak akan kepikiran.Dian mengerjap bingung, tetapi tetap berjalan ke kamar untuk mencobanya. Saat dia keluar, wajahnya tampak terkejut. Benda ini sangat nyaman dan pas sekali dengan badannya! Apalagi, bentuk celana dalam ini. Saat mengenakannya, dia merasakan sensasi yang berbeda. Walaupun sedikit lebih ketat, tetap sangat nyaman dipakai."Benda ini nyaman sekali ...," gumam Dian.Dian segera menyampaikan hal ini pada Wulan dan Dewina. Orang-orang di era ini belum pernah menggunakan celana dalam dan pembalut seperti ini. Jadi, mereka pasti akan merasa nyaman menggunakannya."Sayang, gimana kamu bisa mendapatkan ide ini? Sebagai pria dewasa, kok kamu bisa sepeka itu membuat barang-barang kebutuhan wanita?" tanya Wulan sambil t
Mendengar itu, gadis berpakaian ungu juga tertawa, lalu berkata, "Wira memang sangat berbakat, tapi entah apakah pria sehebat itu bersedia hidup di bawah kendali orang lain."Farrel memahami maksud gadis berpakaian ungu. Terlebih lagi, insiden tempo hari pasti mengubah karakter Wira. Segalanya tidak lagi sama."Kita lihat saja nanti. Kebetulan Wira mengajakku bertemu, aku juga pingin ke Dusun Darmadi lagi. Waktu melihat Dusun Darmadi sebelumnya, aku benar-benar terkejut. Selain itu, ada hal penting yang harus kudiskusikan dengannya," sahut Farrel. Kemudian, dia membalas surat Wira dan langsung berangkat.Di sisi lain, Wira menerima balasan suratnya dan tersenyum tipis. Dia tinggal menunggu Farrel dan gadis berpakaian ungu tiba.Saat ini, Raja Bakir tengah bermuram durja di istana. Dia ingin menangkap Wira kembali, tetapi dia tahu bahwa ini tidak hanya akan mempermalukan dirinya sendiri, melainkan juga akan membuatnya dikritik. Awalnya, dia tidak masalah meski menerima sedikit kritik se
Kemal mengangguk mendengar kata-kata Ardi. Memang seperti itulah yang sebenarnya terjadi. Ide Kerajaan Monoma sangat sederhana, yakni menggunakan perang untuk mengonsolidasi kekuatan. Sang Raja berniat menggunakan kekuatan perang nasional untuk mengubah situasi dalam negeri. Pada saat yang sama, dia akan manfaatkan tekanan Kerajaan Agrel untuk mendorong Kerajaan Nuala menuntut perdamaian. Dengan begitu, ada kemungkinan bahwa setidaknya wilayah Provinsi Suntra akan diserahkan pada Kerajaan Monoma.Raja Bakir menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Kalau begitu, bagaimana kita harus mengatasi ancaman Kerajaan Monoma?"Kali ini, Kemal yang menjawab, "Yang diincar Kerajaan Monoma adalah uang. Untuk menuntut perdamaian, kita tidak perlu menyerahkan wilayah, cukup membuka jalur perdagangan. Walaupun itu tidak menguntungkan kita, setidaknya mereka juga tidak mendapat banyak keuntungan! Raja Kerajaan Monoma yang baru belum tentu bisa menstabilkan negara. Di sisi lain, kita masih bisa membua
Wira hanya tersenyum waktu mendengar pujian Farrel. Dia mempersilakan tamu-tamunya duduk, lalu berkata dengan tenang, "Kalau kamu suka, aku bisa memberikannya padamu." Sepotong kaca saja tidak berarti banyak bagi Wira. Masih ada banyak stoknya di gudang belakang yang belum Wira jual.Farrel tertegun mendengar ucapan Wira. Benda itu setidaknya seharga beberapa ratus ribu, tetapi Wira malah memberikannya secara cuma-cuma."Aku berutang budi atas bantuanmu tempo hari. Jangankan meja kaca kecil ini, sebanyak apa pun meja kaca yang kamu minta, aku akan memberikannya," ujar Wira.Jika bukan karena bantuan Farrel, Wulan dan yang lainnya mungkin tidak bisa kembali ke Dusun Darmadi tanpa terluka. Seperti yang Wira katakan tadi, memberi Farrel meja kristal bukanlah masalah besar."Hahaha! Aku mengagumi sifatmu ini, tapi kamu masih ingat, 'kan? Waktu kamu pergi, kamu bilang kamu akan bekerja pada Keluarga Barus kalau ada kesempatan!" balas Farrel.Farrel tidak akan melupakan hal ini. Yang paling
Wira akhirnya memahami satu kebenaran. Sekaya apa pun dirinya di dunia ini, itu tidak ada gunanya. Hanya dengan menggunakan aset untuk mendapatkan kekuatan, dia dapat melindungi asetnya.Kini, Wira sudah menugaskan Biantara untuk mengatur jaringan mata-mata. Meski hal ini sangat penting, Wira belum terlalu membutuhkan jaringan mata-mata sekarang. Mengenai Hasan yang ditugaskan merekrut orang-orang terpercaya lewat sekolah bela dirinya, itu juga tidak terlalu mendesak.Satu-satunya hal yang mendesak adalah uang. Hanya dengan memiliki cukup uang, Wira dapat menciptakan lebih banyak benda berguna.Kelompok terkuat yang bisa dia kerahkan untuk saat ini adalah Ngarai Naga Biru yang terdiri dari 20 ribu orang bandit. Wira berencana membuat baju zirah sederhana untuk mempersenjatai mereka. Dengan begini, mereka juga berkesempatan melindungi diri sendiri di situasi sulit.Farrel menarik napas dalam-dalam, lalu akhirnya mengangguk dan berkata, "Aku akan mengusahakan yang terbaik untuk membantum
Farrel bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Wira. Dia tertawa lagi dan berkata, "Kamu pasti bingung waktu kubilang ini waktu yang tepat untuk bertindak, 'kan?"Wira mengangguk dan membenarkan, "Ya, aku ingin tahu alasannya."Farrel menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Karena beberapa hari yang lalu, bibiku baru melahirkan Pangeran Kelima! Pangeran Yahya sekarang berusia 10 tahun. Di antara empat adiknya, yang paling kecil adalah bayi laki-laki dari Keluarga Barus dan yang tertua baru berusia 5 tahun.""Awalnya, Keluarga Juwanto ingin menunggu beberapa tahun lagi. Tapi, waktu bibiku melahirkan seorang pangeran yang kemungkinan besar akan menjadi putra mahkota, Keluarga Juwanto jadi cemas!" tambah Farrel.Wira memahami maksud Farrel. Tadinya, Keluarga Juwanto tidak terburu-buru karena Ratu tidak memiliki anak laki-laki. Selain itu, para pangeran yang lain masih kecil. Lagi pula, Yahya memang sangat pintar, jadi mereka tidak khawatir. Namun, saat Ratu dari Keluarga Barus melahirka
Dalam sejarah, para jenderal perang yang menggunakan trisula sangatlah langka. Ini karena satu trisula setidaknya memiliki berat sekitar 90 kilogram. Orang yang mampu mengayunkan senjata semacam ini sudah pasti sangat ganas dan kuat.Di bawah komando Wira, selain Agha yang menggunakan palu berat dengan kedua tangan, tak ada orang lain yang mampu menggunakan senjata berat semacam ini.Dari sini pula bisa dilihat bahwa Zaki, yang disebut sebagai salah satu tangan kanan Bimala, jelas bukan seseorang yang hanya memiliki nama besar tanpa kekuatan nyata.Wakil jenderal yang mengikuti Zaki tersenyum tipis setelah mendengar kabar itu. Dia menangkupkan tangan dan berkata, "Jenderal, aku nggak setuju. Bertempur seperti ini jauh lebih baik daripada yang kita bayangkan sebelumnya. Kita nggak bisa terus bersembunyi di dalam suku sambil bermain intrik dengan mereka yang bermuka dua."Zaki mendengus dingin dan berkata, "Siapa pun yang berani bermain intrik denganku akan langsung kusingkirkan dengan t
"Apa?" Wira langsung terkejut dan berpikir mengapa bisa muncul masalah merepotkan seperti ini pada saat krisis ini. Jika para pengungsi ini benar-benar nekat, kekuatan mereka tidak akan jauh berbeda dengan orang biasa. Namun, saat ini mereka sedang bersiap melawan pasukan utara, kehadiran orang-orang ini bisa menjadi faktor yang sangat tidak stabil.Setelah berpikir sejenak, Wira pun memerintah tanpa ragu, "Tutup gerbang kota dan jangan membiarkan para pengungsi itu keluar dulu. Selain itu, buka gudang persediaan dan bagikan makanannya, sebisa mungkin menenangkan para pengungsi itu. Pada saat seperti ini, kita nggak boleh menghadapi masalah seperti ini."Wira berkata dengan ekspresi muram setelah berhenti sejenak, seolah-olah merasa tidak tenang, "Kalau masih ada yang nggak tahu diri, beri tahu Jenderal Trenggi bahwa dia berhak menentukan hidup dan mati mereka. Tapi, itu hanya untuk menakut-nakuti saja, jangan sampai terlalu kejam.""Baik," jawab mata-mata itu.....Di sekitar Dataran
Setelah terdiam cukup lama, Nafis mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau mereka melewati jalur cabang ini, mereka akan berputar jauh. Dengan begitu, mereka akan menghindari Dataran Haloam dan laju mereka akan menjadi sangat lambat."Wira juga menganggukkan kepala karena memang ini yang dikhawatirkannya.Beberapa saat kemudian, Arhan memberi hormat dan berkata, "Tuan Wira, aku punya ide, tapi aku nggak tahu apa ini bisa berhasil."Wira tertegun sejenak saat mendengar perkataan itu, lalu matanya bersinar sebagai isyarat agar Arhan melanjutkan perkataannya. Sejak Arhan memimpin pasukannya untuk mengikutinya, Arhan tidak banyak berbicara. Sekarang kesempatan itu sudah datang, dia tentu saja ingin mendengar lebih banyak pemikiran Arhan.Setelah memberi hormat, Arhan menunjuk pada peta dan berkata, "Tuan, coba lihat di sini. Kalau mereka melalui jalur cabang dari Dataran Haloam, mereka akan melewati gunung berbatu. Aku berniat untuk menempatkan pasukan kecil di sini untuk memaksa mereka meng
Sekelompok pasukan keluarga dari gerbang utara dengan sangat bersemangat dan langsung menuju Dataran Haloam dan Hutan Bambu Mayu.Begitu tiba di Hutan Bambu Mayu, Wira segera mulai membagi pasukannya sesuai dengan rencana mereka sebelumnya. Hutan ini sangat lebat, sehingga orang yang berjalan di luar tidak akan mengetahui ada orang yang bersembunyi di dalamnya.Selain itu, celah-celah di dalam Hutan Bambu Mayu ini juga cukup lebar dan daerah penyangga yang luasnya beberapa mil. Jangankan tiga ribu Pasukan Harimau yang dipimpin Wira sekarang, mereka juga tetap bisa bersembunyi sepenuhnya jika ditambah dua ribu Pasukan Harimau lagi.Saat Agha dan Latif bersiap untuk memimpin sepuluh ribu prajurit itu berangkat, Latif maju dan berkata, "Tuan, apa perlu kami meninggalkan beberapa prajurit untuk kalian?"Setelah berpikir sejenak, Wira perlahan-lahan berkata, "Nggak perlu, ingat untuk menggunakan mata-mata sebaik mungkin. Kamu dan Agha harus membagi tugas, jangan terus berkumpul bersama. Pas
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi