Raja Bakir hendak menggunakan Doddy sebagai umpan untuk membunuh Wira! Bagaimana dia bisa melakukan ini?Ekspresi Yudha saat ini sangat muram. Tanpa basa-basi, dia segera menulis sepucuk surat dan meminta seseorang segera mengirimkannya pada Wira. Dia akan mencari solusi untuk menyelamatkan Doddy. Pokoknya, Wira tidak boleh datang ke ibu kota!....Di sisi lain, Wira tidak mengetahui situasi di ibu kota. Setelah melakukan perjalanan jauh, dia akhirnya tiba di Provinsi Jawali. Dalam beberapa hari, dia sudah bisa kembali ke Dusun Darmadi.Pemberontakan Rendra dan pengepungan pasukan Provinsi Cindera terhadap Provinsi Jawali baru lewat beberapa bulan lalu, tetapi sekarang kondisi provinsi sudah kembali seperti semula. Setelah tiba di kota, Wira langsung pulang ke rumah yang dibelinya. Rumah itu masih sangat bersih. Sepertinya Farrel sering datang untuk bersih-bersih. Wanita itu baik juga."Kita istirahat sehari di sini, besok kita baru ke Provinsi Cindera!" ujar Wira sambil tersenyum lega
Ekspresi Wira teramat muram. Dia sudah menduga Raja Bakir akan menggunakan berbagai cara untuk melawannya. Namun, Wira tidak pernah menyangka dia akan menggunakan cara sekeji ini. Benar-benar kejam! Dengan menangkap Doddy, sang Raja memaksa dirinya pergi ke ibu kota."Wira, tampaknya orang itu mau memaksamu pergi ke ibu kota. Kemungkinan dia mau ...." Farrel tidak menyelesaikan kata-katanya, tetapi maksudnya sudah sangat jelas.Wira mengangguk dan menyahut, "Sepertinya dia mau membunuhku!"Farrel menghela napas, lalu berkata, "Cara ini benar-benar rendah! Apa dia nggak bisa menggunakan cara yang lebih terhormat? Kalau dia ingin membunuhmu, memangnya dia nggak bisa memanggilmu ke istana?""Kalau dia memanggilku ke istana, kemungkinan besar aku akan menolak. Apalagi, aku cuma pejabat kecil yang nggak punya urusan di istana. Selain itu, ini juga menjadi peringatan bagiku," jelas Wira sambil menggeleng. Wira menarik napas dalam-dalam dan memasang ekspresi yang sangat muram. Dia tidak meny
Farrel ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak tahu harus mulai dari mana. Lagi pula, dia memahami karakter Wira dengan baik. Dia tahu begitu Wira membuat keputusan, tidak ada yang bisa mengubahnya.Setelah Farrel pergi, Wira memberi tahu semua orang termasuk Danu tentang masalah tersebut.Mendengar ini, Danu sontak memaki, "Raja bangsat! Beraninya dia memenjarakan Doddy!" Saat Danu berteriak tadi, niat membunuh memancar kuat dari matanya."Danu, aku akan membawa Doddy kembali. Tenanglah, orang yang ingin dibunuh Raja itu aku. Doddy cuma kena getahnya," hibur Wira.Mendengar ini, Danu langsung berujar dengan nada garang, "Kak Wira, aku akan menemanimu! Kalau Raja bangsat itu ingin mencelakaimu, aku akan membunuhnya biarpun harus mempertaruhkan nyawa!""Kak Wira, aku juga ikut. Kalau situasi memburuk, aku akan berjuang sekuat tenaga untuk membantumu kabur!" timpal Mandra.Sementara itu, Biantara tidak mengatakan apa-apa. Hanya saja, dari sorot matanya, dia tampak sedang memikirkan se
Hanya dibutuhkan waktu setengah hari bagi semua orang untuk menerima surat Biantara. Ketika Putro membaca surat ini, wajahnya berubah muram dan dadanya disesaki amarah. Dia menggumam pada dirinya sendiri, "Dulu, Dirga juga disudutkan begini! Apa kali ini Tuan Wahyudi juga akan bernasib sama? Nggak ... aku nggak akan membiarkannya!"Putro segera menulis surat untuk memberi tahu Asosiasi Perdamaian tentang apa yang terjadi pada Wira. Para cendekiawan di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu pun langsung menerima kabar.Pada saat yang sama, semua orang di Aliansi Rute Dagang Asri juga mendengar hal ini. Di antaranya, ada Keluarga Sudarto dan banyak orang lain yang pernah menerima bantuan bisnis dari Wira. Mereka bisa mendirikan Aliansi Rute Dagang Asri berkat bantuan Wira, jadi mereka sangat berterima kasih pada Wira. Begitu membaca surat ini, mereka langsung naik darah.Di Ngarai Naga Biru, Meri yang telah membaca surat itu pun memancarkan niat membunuh dari matanya. Dia memaki, "Berengsek! Raj
Semua laporan itu membuat wajah Raja Bakir terlihat sangat masam. Dia tidak menyangka bahwa Wira memiliki pengaruh sebesar itu. Hanya karena nyawa Wira diincar, timbul ancaman internal dan eksternal di Kerajaan Nuala.Ardi mendadak berkata, "Yang Mulia, Wira membentuk kelompok untuk keuntungan pribadi. Ini adalah kejahatan serius. Kita tidak boleh mengampuninya!"Saat ini, Dimas juga buru-buru berdiri dan berujar, "Ya, Yang Mulia! Wira terlalu angkuh, setelah membelot pada Kerajaan Agrel, dia juga membuat kekacauan di sini. Ini adalah kejahatan keji yang tidak bisa diampuni!"Para menteri di faksi penasihat kanan pun turut menyampaikan pendapat mereka dengan marah. Awalnya, gelar Raja Uttar yang diterima Wira sudah memancing amarah dan kecemburuan orang-orang. Kemudian, sebelum istana sempat bertindak, Wira berani mengancam Kerajaan Nuala. Hal ini membuat para pejabat ini naik darah.Tentu saja, mereka tidak tahu masalah yang berkaitan dengan Doddy. Bahkan jika mereka mengetahuinya, ba
Dekret kerajaan segera dikeluarkan dan diumumkan kepada semua orang dengan cepat. Yudha, Putro, Meri, dan lainnya juga mendengar tentang hal ini. Hanya saja, mereka tetap tidak merasa lega. Mereka tidak akan tenang sebelum Wira kembali ke Dusun Darmadi. Meski mereka mengurungkan niat untuk bertindak, hati mereka terus terasa gelisah.Saat ini, Wira telah tiba di ibu kota. Dia sedikit heran karena tidak menemui halangan apa pun di jalan. Raja Bakir juga telah meminta Yudha untuk menyambut Wira di gerbang kota. Begitu melihat Wira, Yudha buru-buru meminta maaf.Wira menyahut sambil mengulum senyum, "Nggak perlu minta maaf, ini bukan salahmu. Akulah yang menyebabkan masalah untuk Doddy.""Nggak ... kalau saja aku bisa menebak niat Yang Mulia dan mengirim Doddy kembali ke Dusun Darmadi, semuanya pasti nggak begini," kata Yudha penuh sesal. Jika Doddy tidak dipenjara, Wira tidak perlu datang ke ibu kota sendirian. Tidak akan ada bahaya yang mengancamnya."Sudahlah, aku sudah terlanjur data
Yudha menyambut Wira di rumahnya dengan ramah, tetapi suasana hati muram keduanya tidak bisa ditutupi."Tuan Wahyudi, apa rencanamu sekarang?" tanya Yudha setelah membawa Wira ke ruang kerjanya. Saat mereka hanya berdua, mereka bisa membicarakan hal-hal ini dengan lebih bebas.Wira menatap Yudha dan menjawab sambil tersenyum, "Tentu saja menyelamatkan Doddy dulu. Yang lain-lain bisa diurus nanti.""Doddy seharusnya baik-baik saja, tapi kamu .... Yang Mulia mungkin memang nggak akan membunuhmu sekarang, tapi gimana di masa depan? Apa yang akan terjadi kalau dia menahanmu di sini?" ujar Yudha. Wira mengibaskan tangannya dan menyahut dengan acuh tak acuh, "Tenanglah, dia nggak akan bisa mengurungku."Yudha berujar bingung, "Ibu kota ini seperti sangkar, takutnya kamu bakal kesulitan terbang!""Maksudmu, aku seperti burung yang terpenjara dalam sangkar? Haha! Belum tentu," ujar Wira.Yudha tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Aku cuma membuat perumpamaan. Kalau kamu benar-benar bisa te
Saat ini, Raja Bakir sudah menunggu Wira di ruang kerjanya. Tidak terlihat jejak emosi di wajah sang Raja, tetapi hanya dia yang tahu bagaimana suasana hatinya yang sebenarnya.Pengawal istana berjaga di luar. Sejak Wira memasuki istana, tidak ada yang mengetahui kondisinya. Istana ini layaknya sangkar yang terisolasi dari dunia luar. Tidak ada yang bisa melihat apa yang terjadi di dalamnya.Yudha sedang berdiri di halaman dengan kekhawatiran yang tampak jelas di wajahnya. Dia tidak tahu apa yang dibicarakan Wira dengan Raja Bakir. Dia juga tidak tahu apa yang akan dilakukan Raja Bakir. Tidak ada yang tahu apakah Raja akan membunuh Wira atau tidak. Yudha hanya bisa menunggu dengan raut cemas.Pada saat yang sama, Wira telah memasuki istana dan tiba di ruang kerja sang Raja. Dia akhirnya melihat sosok Raja Bakir. Wira mengerjap. Jadi, dialah Raja Bakir? Benar-benar mengejutkan, baik aura maupun sikapnya tampak sangat agung. Namun, samar-samar terlihat binar dingin di matanya. Dalam seke
Shafa juga buru-buru menyatakan sikapnya. Dia memang cerdas. Di zaman sekarang, jika ingin memiliki pijakan yang kokoh, seseorang tentu harus memiliki nilai pada diri sendiri. Mereka tidak mungkin terus mengandalkan Wira seumur hidup.Pada akhirnya, orang yang paling bisa diandalkan hanya diri sendiri. Jika terus mengandalkan Wira, mungkin suatu saat Wira akan merasa illfeel pada mereka. Hasilnya pun akan menjadi sangat buruk.Wira tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi. Jika ingin membujuk Doddy, semua tergantung kemampuan Shafa.Doddy menggosok telapak tangannya sambil tertawa dengan canggung. Kemudian, dia menggeleng dan berkata, "Kamu mungkin nggak tahu aku nggak tertarik pada wanita. Orang-orang yang mengurusku juga para prajuritku. Aku nggak suka wanita masuk ke kamarku. Aku nggak suka aroma di tubuh mereka."Shafa tak kuasa termangu. Dia tahu Wira punya beberapa istri. Wajar juga jika pria punya banyak istri. Sementara itu, Doddy yang terkenal dan memegang kekuasaan milit
Di dalam kereta kuda. Melihat ekspresi Kaffa dan Shafa yang sangat waspada, Wira tersenyum dan bertanya, "Kenapa kalian berdua nggak berbicara?"Setelah ragu sejenak, Kaffa berkata dengan pelan, "Kak Wira, aku baru tahu identitasmu, aku tentu saja nggak berani berbicara sembarangan di depanmu. Kalau aku salah bicara, kemungkinan besar akan ...."Sebelum Kaffa selesai berbicara, Shafa segera mendorong lengannya. Mendapat isyarat itu, dia pun segera menghentikan kata-katanya.Wira menggelengkan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Shafa, aku tahu kepribadian kakakmu, jadi aku nggak akan menyalahkan kalian. Meskipun dia salah bicara, apa masalahnya? Bukankah aku tetap menganggap kalian sebagai teman? Kalau nggak, aku nggak akan membiarkan kalian duduk di kereta kudaku."Danu berkata dengan nada ramah, "Benar. Kakakku sudah menganggap kalian berdua sebagai teman, jadi kalian perlu begitu formal di depan kakakku. Kalau nggak, berarti kalian meremehkan kakakku dan kakakku akan marah."Setel
Orang lain mungkin tidak akan berani mendambakan hal ini seumur hidupnya."Oh ya. Sejak kapan kamu tahu identitas Kak Wira?" tanya Kaffa lagi karena dia sama sekali tidak mendapatkan petunjuk apa pun. Bahkan saat menerima liontin giok dan melihat ekspresi Danu, dia juga tidak berani membayangkan Kak Wira di depannya adalah Wira yang terkenal itu. Ini benar-benar seperti dongeng yang tidak mungkin terjadi, tetapi kenyataannya memang begitu.Shafa perlahan-lahan berkata, "Sebenarnya aku juga baru mengetahui semuanya beberapa waktu yang lalu. Dia meminta kita memanggilnya Kak Wira, ditambah lagi senjata rahasianya itu, dan sikapnya dalam bertindak, semua itu sudah cukup bagiku untuk menebak identitasnya.""Lagi pula, senjata rahasia yang bernama pistol itu hanya Kak Wira yang punya di seluruh dunia ini, orang lain nggak punya senjata rahasia seperti itu. Kalau dia bisa membawa pistol itu, mana mungkin dia orang lain lagi."Shafa termasuk orang yang berpengetahuan luas, dia tentu saja bisa
Setelah semuanya sudah diatur dengan baik dan hampir sampai di depan pintu penjara bawah tanah, Wira memberikan instruksi pada Danu, "Oh ya. Jangan memberi tahu terlalu banyak orang tentang kepulanganku kali ini, terutama Tuan Osmaro."Jika ingin kembali secara terang-terangan, Wira tentu saja tidak akan menggunakan cara seperti ini. Dia juga akan membiarkan anggota jaringan mata-mata melindunginya di sepanjang perjalanan, sehingga tidak akan terjadi begitu banyak kejadian seperti ini. Namun, dia memiliki pertimbangannya sendiri dan memilih lebih baik tidak mengungkapkan kepulangannya agar tidak memicu masalah."Semuanya sesuai dengan pengaturan Kakak," jawab Danu sambil menganggukkan kepala dengan tegas. Selama ini, dia selalu memegang prinsip yaitu selalu patuh pada Wira tanpa syarat. Meskipun Wira memerintahnya untuk mati, dia juga tidak akan ragu sedikit pun. Beginilah ikatan persaudaraan mereka."Aku nggak menyangka orang yang membantu kita adalah Wira yang terkenal itu. Pantas sa
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak