Wira melirik Gilang. Nyawa orang ini baru saja terancam, tetapi dia masih sempat-sempatnya memperingatkannya. Namun, Wira memang sengaja bersikap seperti ini. Jika tidak, rencananya tidak akan berhasil.Mandra terluka saat Wira juga ada di sana, ini adalah bukti terbaik! Tidak peduli seberapa pintar Raja Ararya, dia tidak akan pernah bisa menebak strateginya."Gilang, aku akan mengingat pesanmu. Tenanglah, aku akan memperlakukannya dengan baik," ujar Wira. Kemudian, Wira langsung pergi bersama orang-orangnya.Gilang menarik napas dalam-dalam. Saat melihat kaca jendela yang pecah, dia tidak bisa menyembunyikan amarahnya."Tuan, siapa orang yang berencana membunuhmu malam-malam begini?" salah satu pengawal Gilang bertanya dengan ekspresi terkejut di wajahnya.Mendengar ini, Gilang sontak mendengus, lalu berkata dengan raut dingin, "Siapa lagi? Huh! Selain dia, aku nggak kepikiran orang lainnya!"Gilang kembali ke kediaman Raja Ararya dengan marah, lalu menceritakan segala yang terjadi ke
Usai Raja Ararya berkata demikian, Gilang tak kuasa bertanya, "Ayah, tapi kita sudah berkomitmen untuk berseberangan dengan Ibu Suri, jadi kenapa dia masih melakukan ini?"Raja Ararya melanjutkan, "Berseberangan dan memiliki dendam itu sedikit berbeda. Mungkin saat berseberangan sebelumnya, kita masih menyisakan ruang untuk berkompromi. Tapi sekarang, setelah ada dendam pembunuhan, itu menandakan bahwa perdamaian nggak akan pernah terjadi lagi. Kediaman Raja Ararya pasti akan murka!""Tapi ... dia melakukan semua ini juga demi alasan kedua, yaitu setelah kamu mati, Kediaman Raja Ararya nggak akan memiliki keturunan lagi! Dalam keluarga kerajaan, keturunan adalah yang paling penting. Begitu kamu mati, garis keturunanku akan terputus. Kalaupun kita menang, itu nggak berarti apa-apa," jelas Raja Ararya."Semua orang di Kerajaan Agrel juga menyaksikan. Aku akan makin tua dan nggak ada yang menggantikanku. Sementara itu, Raja Byakta memiliki banyak keturunan. Masa depan kerajaan pasti bera
Wira tersenyum sambil menggelengkan kepala. Melihat reaksi seperti ini, Biantara tertegun sejenak dan tampak bingung. Itu sebabnya, dia bertanya, "Kenapa? Apa perkataanku salah?"Wira mengangguk sembari menjawab, "Benar, tapi nggak sepenuhnya benar juga."Biantara pun makin kebingungan. Dia segera bertanya, "Apa maksudnya?"Wira menjelaskan, "Sangat sederhana. Kalau aku mencoba membujuknya untuk mendukung Ibu Suri, dia pasti akan merasa kesal. Bagaimanapun, dia adalah Raja Ararya. Dia adalah orang yang sangat angkuh sehingga nggak akan mudah diajak berkompromi."Pada saat ini, Biantara tak kuasa bertanya, "Jadi, apa yang akan kamu katakan?""Jangan khawatir, pasti ada jalan keluarnya!" Usai mengatakan itu, Wira pun menguap dan melihat jam sekilas. Ini sudah waktunya dia pergi. Dengan diantar di belakang, Wira pun menaiki kuda dan langsung menuju Kediaman Raja Ararya. Setelah melakukan begitu banyak persiapan, kini sudah waktunya untuk membahas segalanya dengan Raja Ararya.Sementara it
Wira tidak terlalu peduli. Dia hanya tersenyum acuh tak acuh sembari merespons, "Baguslah kalau begitu. Karena Raja Ararya setia pada istana, Ibu Suri bisa merasa tenang. Kalau begitu, aku nggak akan meminta imbalan apa pun, cukup dengan ... 100 miliar gabak saja."Setelah Wira mengucapkan itu, Raja Ararya tampak tak acuh. Uang sejumlah 100 miliar gabak bukanlah jumlah besar bagi Kediaman Raja Ararya."Tentu nggak masalah. Tuan Wira sudah menyelamatkan nyawa anakku. Uang sesedikit itu nggak ada apa-apanya," jawab Raja Ararya sambil tersenyum santai.Setelah mendengar ini, Wira pun berkata sambil tersenyum, "Sepertinya Raja Ararya sangat kaya. Kalau begitu, mari kita membahas urusan penting sekarang."Usai mendengarkan perkataan Wira, Raja Ararya mengamatinya seraya tersenyum acuh tak acuh. Setelah sekian lama, dia pun berkata, "Baiklah, jadi ada apa Tuan Wira datang kemari hari ini?"Wira yang mendengar pertanyaan itu segera menjawab dengan santai, "Tentu saja tentang upaya pembunuhan.
Raja Ararya memahami situasinya dengan baik, jadi dia tidak membalas perkataan Wira. Sebaliknya, dia tersenyum dan bertanya dengan santai, "Karena Tuan Wira mengatakannya dengan begitu jelas, bagaimana kalau kamu memberiku petunjuk? Aku cukup penasaran."Saat mengatakan hal itu, Raja Ararya tampak tersenyum. Wira memandang pria tua ini dengan heran, dia memang adalah orang yang licik. Dia lagi-lagi menempatkan Wira dalam keadaan sulit. Akan tetapi, Wira tidak peduli. Pada titik ini, memang ada beberapa hal yang harus diucapkan."Raja Ararya, petunjuk dariku sama sekali nggak penting. Semuanya tergantung pada pilihanmu," ucap Wira.Raja Ararya pun terdiam sejenak, lalu dia bertanya sambil tersenyum, "Pilihan apa yang kamu maksud?""Raja Ararya, aku sudah berbicara dengan tulus dan terbuka kepadamu, tapi kamu malah mengucapkan hal-hal yang ambigu. Apakah ini memang sikap raja di Kerajaan Agrel? Apakah ini sikap seorang raja yang berkuasa di Kerajaan Agrel?" tanya Wira.Wira mendengus din
"Hmph! Wira, bagaimana kamu bisa tahu bahwa Ibu Suri cukup hebat?" tanya Raja Ararya sembari mendengus dingin."Kenapa? Aku nggak takut untuk memberitahumu bahwa Raja Kresna dan Raja Tanuwi adalah bawahan Ibu Suri!" jelas Wira. Satu kalimatnya ini sontak membuat ekspresi Raja Ararya berubah secara drastis."Apa? Bagaimana mungkin?" seru Raja Ararya yang sama sekali tidak percaya. Ini benar-benar mustahil.Raja Ararya tak kuasa bertanya, "Raja Tanuwi membencimu karena kamu sudah membunuh ayahnya, sedangkan Raja Kresna bahkan nggak ingin menikahkan putrinya denganmu! Ibu Suri bertindak semena-mena. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan dukungan dari mereka?" Namun, Wira hanya berkata sambil tersenyum, "Kamu nggak percaya, 'kan? Oke, kalau kamu nggak percaya, itu urusanmu. Sekarang, aku akan menjelaskan pilihan kedua!"Begitu Raja Ararya mendengar ini, dia langsung memicingkan mata dan bertanya, "Apa pilihan kedua?"Wira menjawab secara terus terang, "Berpura-pura bekerja sama, tapi seb
Raja Ararya tampak berpikir untuk waktu yang lama, lalu dia menelan ludahnya dengan susah payah. Wira hanya tersenyum. Setelah mengetahui bahwa Raja Ararya sudah membuat pilihan, dia langsung berdiri."Kalau kamu sudah memutuskan, mari kita pergi ke istana bersama-sama. Ibu Suri akan menjagamu. Kalau kamu nggak memilih Ibu Suri, aku mohon Raja Ararya jangan membunuhku. Bagaimanapun, aku sudah menyelamatkan nyawa putramu. Anggap saja aku meminta imbalan berupa pengampunan nyawa. Seharusnya kamu mengizinkan, 'kan?" tanya Wira sambil tersenyum.Kemudian, Raja Ararya pun menarik napas dalam-dalam dan berkata sambil mengangguk, "Aku ... akan pergi bersamamu ke istana!" Setelah mendengar kata-kata itu, Wira sontak tersenyum.Sementara itu, Senia telah menyiapkan teh dan menunggu di dalam istana. Di depannya, ada Raja Kresna dan Giandra. Keduanya juga sedang menunggu. Pada saat ini, Giandra bertanya dengan khawatir, "Yang Mulia, apakah Wira akan berhasil?""Aku percaya dengan Wira," jawab Sen
Dewina datang berkunjung pada tengah malam. Saat ini, matanya tidak bersinar ceria seperti biasanya. Sebaliknya, sorot matanya memancarkan kerinduan dan keengganan."Sekarang, semuanya sudah berakhir, kamu mau kembali ke Kerajaan Nuala, ya?" tanya Dewina sambil memandang Wira. Hatinya terasa sedikit tidak rela."Ya, tentu saja aku ingin kembali," jawab Wira sambil tersenyum.Dewina kian sedih mendengarnya. Dia bertanya lagi, "Apa kita ... masih bisa bertemu?" Setelah bergaul dengan Wira selama beberapa waktu ini, Dewina akhirnya benar-benar tertarik pada pria itu. Para wanita selalu menyukai tipe pria yang cerdas dan bisa tetap tenang di saat krisis.Wira tahu apa yang dirasakan Dewina padanya, tetapi dia masih khawatir. Waktu itu, dia sudah berjanji menikahi Dian tanpa seizin Wulan. Kali ini, dia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama.Namun, Wira harus mengakui bahwa Dewina benar-benar menyentuh hatinya. Dia sudah banyak membantunya. Apa pun bantuan yang diminta Wira, wanita itu s
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m