Share

Bab 758

Penulis: Arif
Wira melirik Gilang. Nyawa orang ini baru saja terancam, tetapi dia masih sempat-sempatnya memperingatkannya. Namun, Wira memang sengaja bersikap seperti ini. Jika tidak, rencananya tidak akan berhasil.

Mandra terluka saat Wira juga ada di sana, ini adalah bukti terbaik! Tidak peduli seberapa pintar Raja Ararya, dia tidak akan pernah bisa menebak strateginya.

"Gilang, aku akan mengingat pesanmu. Tenanglah, aku akan memperlakukannya dengan baik," ujar Wira. Kemudian, Wira langsung pergi bersama orang-orangnya.

Gilang menarik napas dalam-dalam. Saat melihat kaca jendela yang pecah, dia tidak bisa menyembunyikan amarahnya.

"Tuan, siapa orang yang berencana membunuhmu malam-malam begini?" salah satu pengawal Gilang bertanya dengan ekspresi terkejut di wajahnya.

Mendengar ini, Gilang sontak mendengus, lalu berkata dengan raut dingin, "Siapa lagi? Huh! Selain dia, aku nggak kepikiran orang lainnya!"

Gilang kembali ke kediaman Raja Ararya dengan marah, lalu menceritakan segala yang terjadi ke
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 759

    Usai Raja Ararya berkata demikian, Gilang tak kuasa bertanya, "Ayah, tapi kita sudah berkomitmen untuk berseberangan dengan Ibu Suri, jadi kenapa dia masih melakukan ini?"Raja Ararya melanjutkan, "Berseberangan dan memiliki dendam itu sedikit berbeda. Mungkin saat berseberangan sebelumnya, kita masih menyisakan ruang untuk berkompromi. Tapi sekarang, setelah ada dendam pembunuhan, itu menandakan bahwa perdamaian nggak akan pernah terjadi lagi. Kediaman Raja Ararya pasti akan murka!""Tapi ... dia melakukan semua ini juga demi alasan kedua, yaitu setelah kamu mati, Kediaman Raja Ararya nggak akan memiliki keturunan lagi! Dalam keluarga kerajaan, keturunan adalah yang paling penting. Begitu kamu mati, garis keturunanku akan terputus. Kalaupun kita menang, itu nggak berarti apa-apa," jelas Raja Ararya."Semua orang di Kerajaan Agrel juga menyaksikan. Aku akan makin tua dan nggak ada yang menggantikanku. Sementara itu, Raja Byakta memiliki banyak keturunan. Masa depan kerajaan pasti bera

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 760

    Wira tersenyum sambil menggelengkan kepala. Melihat reaksi seperti ini, Biantara tertegun sejenak dan tampak bingung. Itu sebabnya, dia bertanya, "Kenapa? Apa perkataanku salah?"Wira mengangguk sembari menjawab, "Benar, tapi nggak sepenuhnya benar juga."Biantara pun makin kebingungan. Dia segera bertanya, "Apa maksudnya?"Wira menjelaskan, "Sangat sederhana. Kalau aku mencoba membujuknya untuk mendukung Ibu Suri, dia pasti akan merasa kesal. Bagaimanapun, dia adalah Raja Ararya. Dia adalah orang yang sangat angkuh sehingga nggak akan mudah diajak berkompromi."Pada saat ini, Biantara tak kuasa bertanya, "Jadi, apa yang akan kamu katakan?""Jangan khawatir, pasti ada jalan keluarnya!" Usai mengatakan itu, Wira pun menguap dan melihat jam sekilas. Ini sudah waktunya dia pergi. Dengan diantar di belakang, Wira pun menaiki kuda dan langsung menuju Kediaman Raja Ararya. Setelah melakukan begitu banyak persiapan, kini sudah waktunya untuk membahas segalanya dengan Raja Ararya.Sementara it

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 761

    Wira tidak terlalu peduli. Dia hanya tersenyum acuh tak acuh sembari merespons, "Baguslah kalau begitu. Karena Raja Ararya setia pada istana, Ibu Suri bisa merasa tenang. Kalau begitu, aku nggak akan meminta imbalan apa pun, cukup dengan ... 100 miliar gabak saja."Setelah Wira mengucapkan itu, Raja Ararya tampak tak acuh. Uang sejumlah 100 miliar gabak bukanlah jumlah besar bagi Kediaman Raja Ararya."Tentu nggak masalah. Tuan Wira sudah menyelamatkan nyawa anakku. Uang sesedikit itu nggak ada apa-apanya," jawab Raja Ararya sambil tersenyum santai.Setelah mendengar ini, Wira pun berkata sambil tersenyum, "Sepertinya Raja Ararya sangat kaya. Kalau begitu, mari kita membahas urusan penting sekarang."Usai mendengarkan perkataan Wira, Raja Ararya mengamatinya seraya tersenyum acuh tak acuh. Setelah sekian lama, dia pun berkata, "Baiklah, jadi ada apa Tuan Wira datang kemari hari ini?"Wira yang mendengar pertanyaan itu segera menjawab dengan santai, "Tentu saja tentang upaya pembunuhan.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 762

    Raja Ararya memahami situasinya dengan baik, jadi dia tidak membalas perkataan Wira. Sebaliknya, dia tersenyum dan bertanya dengan santai, "Karena Tuan Wira mengatakannya dengan begitu jelas, bagaimana kalau kamu memberiku petunjuk? Aku cukup penasaran."Saat mengatakan hal itu, Raja Ararya tampak tersenyum. Wira memandang pria tua ini dengan heran, dia memang adalah orang yang licik. Dia lagi-lagi menempatkan Wira dalam keadaan sulit. Akan tetapi, Wira tidak peduli. Pada titik ini, memang ada beberapa hal yang harus diucapkan."Raja Ararya, petunjuk dariku sama sekali nggak penting. Semuanya tergantung pada pilihanmu," ucap Wira.Raja Ararya pun terdiam sejenak, lalu dia bertanya sambil tersenyum, "Pilihan apa yang kamu maksud?""Raja Ararya, aku sudah berbicara dengan tulus dan terbuka kepadamu, tapi kamu malah mengucapkan hal-hal yang ambigu. Apakah ini memang sikap raja di Kerajaan Agrel? Apakah ini sikap seorang raja yang berkuasa di Kerajaan Agrel?" tanya Wira.Wira mendengus din

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 763

    "Hmph! Wira, bagaimana kamu bisa tahu bahwa Ibu Suri cukup hebat?" tanya Raja Ararya sembari mendengus dingin."Kenapa? Aku nggak takut untuk memberitahumu bahwa Raja Kresna dan Raja Tanuwi adalah bawahan Ibu Suri!" jelas Wira. Satu kalimatnya ini sontak membuat ekspresi Raja Ararya berubah secara drastis."Apa? Bagaimana mungkin?" seru Raja Ararya yang sama sekali tidak percaya. Ini benar-benar mustahil.Raja Ararya tak kuasa bertanya, "Raja Tanuwi membencimu karena kamu sudah membunuh ayahnya, sedangkan Raja Kresna bahkan nggak ingin menikahkan putrinya denganmu! Ibu Suri bertindak semena-mena. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan dukungan dari mereka?" Namun, Wira hanya berkata sambil tersenyum, "Kamu nggak percaya, 'kan? Oke, kalau kamu nggak percaya, itu urusanmu. Sekarang, aku akan menjelaskan pilihan kedua!"Begitu Raja Ararya mendengar ini, dia langsung memicingkan mata dan bertanya, "Apa pilihan kedua?"Wira menjawab secara terus terang, "Berpura-pura bekerja sama, tapi seb

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 764

    Raja Ararya tampak berpikir untuk waktu yang lama, lalu dia menelan ludahnya dengan susah payah. Wira hanya tersenyum. Setelah mengetahui bahwa Raja Ararya sudah membuat pilihan, dia langsung berdiri."Kalau kamu sudah memutuskan, mari kita pergi ke istana bersama-sama. Ibu Suri akan menjagamu. Kalau kamu nggak memilih Ibu Suri, aku mohon Raja Ararya jangan membunuhku. Bagaimanapun, aku sudah menyelamatkan nyawa putramu. Anggap saja aku meminta imbalan berupa pengampunan nyawa. Seharusnya kamu mengizinkan, 'kan?" tanya Wira sambil tersenyum.Kemudian, Raja Ararya pun menarik napas dalam-dalam dan berkata sambil mengangguk, "Aku ... akan pergi bersamamu ke istana!" Setelah mendengar kata-kata itu, Wira sontak tersenyum.Sementara itu, Senia telah menyiapkan teh dan menunggu di dalam istana. Di depannya, ada Raja Kresna dan Giandra. Keduanya juga sedang menunggu. Pada saat ini, Giandra bertanya dengan khawatir, "Yang Mulia, apakah Wira akan berhasil?""Aku percaya dengan Wira," jawab Sen

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 765

    Dewina datang berkunjung pada tengah malam. Saat ini, matanya tidak bersinar ceria seperti biasanya. Sebaliknya, sorot matanya memancarkan kerinduan dan keengganan."Sekarang, semuanya sudah berakhir, kamu mau kembali ke Kerajaan Nuala, ya?" tanya Dewina sambil memandang Wira. Hatinya terasa sedikit tidak rela."Ya, tentu saja aku ingin kembali," jawab Wira sambil tersenyum.Dewina kian sedih mendengarnya. Dia bertanya lagi, "Apa kita ... masih bisa bertemu?" Setelah bergaul dengan Wira selama beberapa waktu ini, Dewina akhirnya benar-benar tertarik pada pria itu. Para wanita selalu menyukai tipe pria yang cerdas dan bisa tetap tenang di saat krisis.Wira tahu apa yang dirasakan Dewina padanya, tetapi dia masih khawatir. Waktu itu, dia sudah berjanji menikahi Dian tanpa seizin Wulan. Kali ini, dia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama.Namun, Wira harus mengakui bahwa Dewina benar-benar menyentuh hatinya. Dia sudah banyak membantunya. Apa pun bantuan yang diminta Wira, wanita itu s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 766

    Keesokan harinya, Senia sang Ibu Suri mengadakan perjamuan. Senia senang karena permasalahan internal dan eksternal Kerajaan Agrel telah terselesaikan. Wira juga diundang untuk turut merayakannya.Senia melirik Wira sekilas. Dia sudah berjanji akan memberi Wira solusi untuk melindungi diri di Kerajaan Nuala. Dia tentu akan menepati janjinya."Semuanya, seluruh negeri bersukacita, aku pun sangat gembira. Hari ini, aku akan mengeluarkan dekret," ungkap Senia. Ucapannya ini membuat semua menteri sontak tertegun."Aku memutuskan untuk menobatkan Wira sebagai Raja Uttar di Kerajaan Agrel. Dia akan menjadi raja pertama dengan gelar kehormatan khusus di Kerajaan Agrel. Posisinya akan sejajar dengan tiga raja lainnya. Gelar ini akan diteruskan turun-temurun dan tidak akan berubah selamanya!" lanjut Senia di hadapan semua orang.Begitu dekret kerajaan ini diumumkan, raut wajah semua orang tampak terkejut. Wira menjadi Raja Kerajaan Agrel. Raja pertama dengan gelar kehormatan khusus! Ini benar-b

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3112

    Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3111

    Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3110

    Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3109

    Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3108

    Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3107

    Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3106

    Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3105

    Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3104

    Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status