Pada saat itu, Biantara mulai memahami semuanya. Ini adalah sebuah perangkap untuk membunuhnya. Sementara itu, dalang di balik semua ini adalah Wira. Raja Ararya sebenarnya tidak ingin mendengarkan penjelasan Biantara. Kini, dia hanya ingin segera membunuh pengkhianat itu.Namun, mengingat bahwa Biantara telah cukup lama bekerja untuknya dan malah tiba-tiba berkhianat, Raja Ararya masih merasa ragu di dalam hatinya. Itu sebabnya, setelah merenung sejenak, dia pun berkata, "Biantara, aku akan memberimu kesempatan terakhir. Katakanlah!"Ketika mendengar kata-kata Raja Ararya, Biantara sontak mengambil napas dalam-dalam dan menjernihkan pikirannya. Setelah itu, dia mulai menjelaskan, "Yang Mulia, hamba tidak akan mengungkit tentang kesetiaan hamba selama bertahun-tahun. Mari kita fokus pada insiden ini."Biantara menegaskan, "Hamba yakin bahwa insiden ini pasti adalah rencana Wira. Yang Mulia, hamba bersumpah mati bahwa ketujuh orang itu bukanlah bawahan hamba.""Yang perlu diperhatikan d
Hari ini, Hangga telah melintasi ambang maut. Kadang kala, seseorang harus hancur terlebih dahulu untuk bangkit kembali. Dalam situasi ini, dia hanya dapat mengambil risiko dengan nyawanya. Semuanya sudah terlambat. Kemungkinan hanya ada dua akhir dalam situasi ini, entah Biantara yang kehilangan nyawa atau dirinya yang dijemput ajal!"Yang Mulia, hamba telah mengikuti Anda selama bertahun-tahun. Hamba tidak mempunyai penyesalan apa pun. Karena situasinya sudah seperti ini, hamba juga rela mati," ucap Biantara seraya menutup matanya, lalu dia tidak mengatakan apa pun lagi.Biantara juga merupakan tipe orang yang tegas. Kini, dia telah mengetahui situasinya, juga tentunya tahu bahwa hidup dan matinya tidak dapat diprediksi. Itu sebabnya, lebih baik dia mengambil sikap dengan lugas dan membuat Raja Ararya merasa curiga.Sejujurnya, Raja Ararya juga merasa ragu-ragu. Keraguan tersebut membuatnya merasa terjebak dan kebingungan.Sementara itu, di sisi lain, Raja Kresna tengah duduk di depa
Raja Kresna tampak mengernyit. Jika misi ini tidak berhasil, semua pengorbanan yang telah mereka lakukan, bahkan penggunaan mata-mata yang sangat rahasia pun akan menjadi sia-sia. Selain itu, ada risiko bahwa dirinya akan ketahuan. Apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh Wira?"Tentu saja nggak. Karena kita sudah memulai, maka harus menyelesaikannya sampai tuntas. Hanya saja, sekarang kita masih membutuhkan satu bagian yang hilang. Bagian itu ... akan muncul sebentar lagi," ucap Wira seraya tersenyum.Perkataannya membuat Raja Kresna tertegun sejenak dan sepenuhnya kebingungan. Lantaran tidak memahami maksud Wira, dia pun bertanya, "Apa maksudmu?""Maksudku sangat sederhana. Kita bukan satu-satunya yang ingin membunuh Biantara. Ada pihak lain yang ingin menyingkirkannya juga," jelas Wira.Raja Kresna tertegun sejenak, lalu bertanya, "Apakah maksudmu ... Raja Byakta? Apakah dia akan ikut campur?" jelas Wira. Raja Kresna tidak bisa memercayai apa yang didengarnya barusan.Namun, Wira m
Namun, masalah ini belum sempat disembunyikan. Saat ini, banyak orang di ibu kota Kerajaan Agrel tahu tentang hal ini. Senia tentu saja mengetahui rencana hari ini sejak awal. Raja Byakta, bahkan Rendra juga mengetahuinya.Kala ini, Raja Byakta yang duduk di dalam tandu tersenyum dan berkata, "Wira memang hebat, tapi masih belum cukup .... Biantara nggak bisa disingkirkan. Sudahlah, aku akan membantunya!"Raja Byakta tersenyum. Setelah terdiam sejenak, dia menggerak-gerakkan jarinya dan berujar, "Sampaikan pesan kepada Raja Ararya, seorang bawahan memanfaatkan kekuasaan majikannya untuk memberi perintah."Kemudian, sosok di luar tandu mengiakannya, lalu berkelebat dan menghilang di kegelapan. Tak lama kemudian, muncul seorang pria berbaju hitam di depan pintu masuk kediaman Raja Ararya. Dia membunuh beberapa bawahan kediaman Raja Ararya dan berujar kepada bawahan lain yang tampak terkejut, "Beri tahu Raja Ararya, seorang bawahan memanfaatkan kekuasaan majikannya untuk memberi perintah.
Keesokan paginya, Raja Ararya pergi ke istana untuk melapor bahwa semalam Biantara tiba-tiba meninggal karena penyakit lamanya kambuh. Jadi, hari ini Raja Ararya memohon kepada Ibu Suri untuk menyerahkan posisi kepala eksekutor pasukan Kerajaan Agrel kepada putranya, Gilang. Raja Ararya merasa pasti tidak ada yang menentang perkataannya.Kemudian, Raja Byakta yang maju terlebih dahulu dan menyampaikan pendapatnya, "Raja Ararya, posisi kepala eksekutor nggak boleh asal diserahkan kepada orang lain. Gilang memang berbakat, tapi dia masih terlalu muda. Pasukan pertahanan di ibu kota sangat penting, jadi aku nggak tenang menyerahkan posisi ini kepada Gilang.""Lagi pula, kelak Gilang akan mewarisi posisimu. Pada saat itu, apa kamu akan menyuruh cucumu untuk menduduki posisi kepala eksekutor? Kalau begitu, bukankah pasukan Kerajaan Agrel akan sepenuhnya menjadi milik kediaman Raja Ararya?" lanjut Raja Byakta sambil tertawa.Raut wajah Raja Ararya menjadi masam setelah mendengar ucapan Raja
Raja Ararya menyipitkan matanya dan mengangguk, sedangkan Raja Byakta langsung menyetujui saran Senia. Ini adalah jalan tengah, mereka berdua pun hanya bisa menerimanya.Setelah pembahasan ini selesai, Wira pergi ke istana Ibu Suri lagi. Senia, Raja Kresna, dan Wira berada di dalam ruang kerja.Wira yang memulai pembicaraan, "Masalahnya sudah berkembang menjadi seperti sekarang ini, jadi kita hanya perlu mengamati situasinya dulu. Raja Ararya dan Raja Byakta pasti akan beraksi. Sekalipun mereka nggak bertindak, kita juga bisa melancarkan aksi secara diam-diam."Ini adalah siasat Wira yang kedua. Mereka hanya perlu menunggu Raja Ararya dan Raja Byakta bertarung, lalu mengambil keuntungan dari pertarungan kedua raja ini.Raja Kresna tertawa dan berkomentar, "Benar, biarkan saja mereka berebut!"Senia yang merasa bersyukur melirik Wira sekilas. Meskipun baru berhasil menghabisi Biantara saja, Senia tetap terkejut dengan begitu banyak perubahan yang terjadi. Bahkan, Senia sendiri tidak bis
Senia merasa sangat senang dirinya memutuskan untuk mendesak Wira datang ke Kerajaan Agrel. Hanya dalam belasan hari, Wira bisa menghasilkan pencapaian yang begitu luar biasa. Senia benar-benar takjub. Dia yang selama ini mempunyai banyak taktik juga kagum dengan pemikiran Wira yang genius.Wira juga tersenyum. Jika masalah selanjutnya bisa lebih sederhana, tentu saja Wira bisa santai untuk beberapa hari. Hanya saja, Wira sangat menyayangkan kematian Biantara. Kalau bukan karena Biantara harus mati, Wira bisa merekrut Biantara.Raja Ararya memang membunuh Biantara. Namun, Biantara telah mengabdi kepadanya selama bertahun-tahun. Jadi, Raja Ararya tetap menyiapkan peti mati berkualitas bagus untuk Biantara, lalu memakamkannya. Walaupun semua ini dilakukan secara rahasia, Pasukan Bayangan sudah mengetahuinya dan ini merupakan permintaan Wira.Saat tengah malam, Danu mengikuti Wira naik ke atas gunung. Mereka berdua berdiri di depan sebuah kuburan. Wira mendesah dan bertanya, "Danu, apa ka
Kemudian, orang ini mengedipkan matanya dan berucap, "Wira, kamu memang menarik ...."....Setelah Biantara mati, pasukan Kerajaan Agrel menjadi incaran banyak pihak. Semua orang mengawasi dengan ketat dan melancarkan trik untuk menguasai pasukan Kerajaan Agrel. Hanya saja, Ibu Suri belum mencampuri urusan ini. Namun, dia malah membiarkan Raja Kresna dan Raja Tanuwi ikut campur dalam masalah ini.Tentu saja, Raja Byakta adalah orang yang paling antusias. Dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk menguasai pasukan Kerajaan Agrel. Bukan hanya itu, Raja Byakta juga berniat membuat kekacauan. Sesudah Biantara mati, pasukan Kerajaan Agrel menjadi kacau balau."Sialan!" maki Raja Ararya. Raut wajahnya menjadi muram. Sekalipun Raja Ararya sudah turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini, dia tetap merasa sangat kesal."Ayah, hanya dalam 2 hari, ada 7 ketua pasukan ibu kota Kerajaan Agrel disogok oleh Raja Byakta dengan uang yang sangat banyak. Yang kita tahu cuma 7 orang, tapi mungkin saja ma
Kresna telah mendengar tentang tindakan Senia sebelumnya. Senia telah berulang kali mencoba membunuh Wira secara diam-diam, tetapi setiap kali hasilnya selalu nihil. Bahkan, semua usahanya berakhir dengan kegagalan total.Senia bahkan hampir mengorbankan putranya sendiri dalam proses itu. Jika Senia sendiri tidak mampu melakukannya, bagaimana mungkin dia mengharapkan dirinya dan Ararya untuk membunuh Wira?Atau mungkin ... Senia sebenarnya berniat membunuh dirinya dan Ararya? Hanya saja, dia berencana menggunakan tangan Wira untuk melakukannya?Kresna tak kuasa merinding. Di satu sisi ada serigala, di sisi lain ada harimau. Dia merasa seperti orang yang berdiri di jembatan rapuh, tidak tahu harus melangkah ke mana dan tidak berani bergerak sembarangan.Apa pun keputusan yang diambilnya, itu bisa membawa kehancuran pada dirinya sendiri dan tidak ada jalan kembali. Menyesal pun tidak akan ada gunanya!Setelah hal ini disampaikan kepada Ararya, Ararya pasti juga akan secemas dirinya."Dar
"Pergilah," ujar Senia sambil memijat pelipisnya dengan lembut. "Aku tunggu kabar darimu."Pada sore harinya, Dahlan tiba di kediaman Kresna. Saat ini, dia sedang duduk di aula utama kediaman Kresna.Meskipun Dahlan selalu terlihat tunduk dan penuh hormat karena takut pada ibunya, di sini dia justru menunjukkan sikap yang sangat berbeda, penuh wibawa dan angkuh.Dahlan duduk di kursi utama sambil meminum teh dengan tenang, menunggu Kresna yang tak kunjung datang."Raja Kresna, kamu membuatku menunggu begitu lama. Sepertinya kamu nggak menghormatiku," sindir Dahlan.Kresna buru-buru mengangkat tangannya sebagai tanda memohon maaf. "Pangeran, kenapa bicara begitu? Aku baru saja dapat kabar tentang kedatanganmu dan langsung datang secepat mungkin. Kalau kamu tersinggung, mohon maafkan aku."Dahlan mendengus dingin, lalu meletakkan cangkir tehnya. Tatapannya langsung beralih ke orang-orang yang berada di aula.Kresna segera mengerti maksudnya dan memerintahkan semua orang untuk pergi. Tida
Menangkap pemimpin untuk menghancurkan pasukan! Ini adalah cara terbaik!Sebenarnya mereka sudah mencoba membunuh Wira beberapa kali sebelumnya, tetapi hasilnya selalu mengecewakan. Namun, kali ini berbeda.Senia telah memutuskan untuk tidak menyembunyikan niatnya lagi. Dengan demikian, dia bisa bertindak lebih bebas tanpa ragu.Ini adalah kesempatan sempurna untuk menyerang Wira secara langsung dan terbuka. Jika berhasil menyingkirkan Wira, itu akan menjadi hasil terbaik. Namun, jika tidak, paling-paling mereka akan memutuskan hubungan mereka. Hasil ini tidak akan berdampak pada apa pun.Dahlan tiba-tiba berkata, "Tapi, saat ini kita nggak punya orang yang cukup kuat untuk melakukannya. Bahkan, kita hampir kehabisan ahli di pihak kita. Setahuku, Wira membawa beberapa ahli di sisinya.""Kalau kita mengirim orang sekarang, bukankah hanya akan mengorbankan mereka tanpa hasil?"Bahkan, Panji tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dan akhirnya kehilangan nyawanya. Dahlan tidak kepikiran si
"Benar!"Di hadapan ibunya, Dahlan tidak perlu menyembunyikan apa pun. Dia langsung mengangguk dengan tegas. Kekhawatirannya memang terletak pada Kresna dan Ararya.Kedua orang ini memegang kekuasaan militer. Meskipun kekuatan mereka telah dibatasi oleh Senia selama bertahun-tahun, mereka tetap tak terkalahkan hingga sekarang.Di wilayah mereka, mereka seperti raja kecil, memerintah wilayah sendiri. Hal ini jelas adalah ancaman bagi kekuasaan Senia.Dulu, Senia tidak terlalu memedulikan mereka karena dia memiliki Panji di sisinya. Panji bahkan mampu menciptakan makhluk beracun yang menakutkan. Sekalipun di medan perang, makhluk beracun tetap bisa membuat posisi mereka unggul.Namun, dengan kematian Panji, Senia kehilangan sosok yang bisa diandalkan. Inilah yang paling dikhawatirkan Dahlan.Jika mereka memutuskan untuk memulai perang dengan Wira saat ini, lalu Raja Kresna serta Raja Ararya menyerang dari belakang, itu akan menjadi krisis besar. Hasil akhirnya bisa dipastikan akan sangat
Meskipun Dahlan sangat membenci Wira dan ingin membunuhnya, dia tetap mempertimbangkan untung rugi dengan baik.Menyatakan perang terhadap Wira memang mudah. Namun setelah itu, akan ada banyak reaksi berantai yang harus dihadapi.Jika semua reaksi berantai itu tidak dipertimbangkan dengan matang, di masa depan hal ini bisa membawa masalah yang tidak perlu bagi mereka. Inilah poin paling sulit.Sudut bibir Senia agak berkedut. Dia melangkah ke depan Dahlan, mencengkeram kerah bajunya dengan erat. Jika tatapan mata bisa membunuh, Dahlan pasti sudah mati berkali-kali.Tatapan yang begitu menakutkan, seperti dua pedang tajam yang siap menusuk. Tidak ada yang berani menatapnya langsung."Ibu, kenapa?" Dalam pandangan Dahlan, Senia selalu tampak bijaksana. Jika tidak, mustahil bagi seorang wanita bisa mencapai posisi seperti ini, bahkan menjadi sosok yang berada di atas semua orang.Pencapaiannya sudah cukup untuk membuat semua wanita di dunia ini merasa bangga. Lagi pula, wanita yang menjad
Keesokan pagi, Wira dan rombongannya berangkat. Osman memimpin para pejabat untuk mengantar kepergian mereka. Terlihat jelas bahwa Osman sangat menghormati Wira.Selain itu, seluruh rakyat turut mengantar saat tahu Wira akan pergi. Harus diakui bahwa Wira sangat dicintai oleh rakyat.Bukan hanya di Provinsi Yonggu dan Provinsi Lowala, bahkan di wilayah lain pun Wira sangat dihormati. Bagaimanapun, pengorbanan Wira memang tidak kecil. Namun, semuanya membuahkan hasil yang sepadan.Saat Wira dalam perjalanan kembali ke Provinsi Yonggu, situasi di Kerajaan Agrel kurang baik.Saat ini, Senia duduk di singgasananya dengan wajah suram. "Apa kabar ini benar?"Senia baru mendapat kabar bahwa semua orang yang diutusnya ke wilayah barat tewas. Bahkan, Panji juga tidak bisa kembali lagi. Padahal, Panji adalah kartu trufnya yang terpenting.Karena ucapan Panji, Senia baru bersedia mengeluarkan 5 miliar gabak untuk berdamai dengan Wira. Jika tidak, dia lebih memilih untuk mengorbankan putranya dari
Di wilayah dua provinsi yang damai tanpa konflik ataupun perang, tentu tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun anehnya, meskipun bisa tinggal di rumah besar di luar, ada yang memilih rumah sederhana di Dusun Darmadi. Hal ini memang sulit dimengerti. Mungkin, Dusun Darmadi memberikan rasa aman bagi Ramath."Hasil terbesar yang kami capai dalam perjalanan kali ini adalah membunuh Jaran. Selain itu, Caraka yang selalu mengikuti Senia, juga tewas di tangan kami. Dengan kematian mereka berdua, kekuatan Senia jelas berkurang banyak," ucap Wira dengan puas.Ini adalah pencapaian terbesar dari perjalanan kali ini, wajar jika Wira merasa senang.Para hadirin di sekitar mengangguk setuju. Mereka juga tidak menyukai orang-orang dari Kerajaan Agrel. Ketika perang besar empat kelompok terjadi, Kerajaan Agrel adalah pihak yang menekan mereka paling keras.Meskipun sekarang situasi sudah damai, orang-orang dari Kerajaan Nuala tetap menyimpan dendam dan menjaga jarak dengan Kerajaan Agrel. Konfl
"Tuan Wira, kamu sangat senang dengan kesembuhan Lucy sampai melupakan temanmu ini. Aku ini raja lho. Aku sampai datang ke gerbang kota untuk menyambutmu. Setidaknya, kamu harus menjaga harga diriku sedikit.""Kalau terus membuatku berdiri di sini, apa yang akan dikatakan para menteriku nanti? Kelak gimana aku bisa mempertahankan wibawaku di depan mereka?"Osman berkata sambil tertawa. Jelas, itu hanya candaan tanpa maksud serius. Dia tidak mungkin benar-benar menyimpan dendam terhadap Wira.Wira tersenyum sambil menggeleng. Pemuda ini memang nakal. Para menteri yang hadir pun ikut tersenyum."Sudah, sudah, sejak kapan kamu jadi orang yang suka cemburu? Sekarang kamu seorang raja. Kamu seharusnya bicara yang bijak. Kalau nggak, kelak kamu benaran sulit mempertahankan takhtamu!" Wira ikut bercanda.Di tengah tawa dan obrolan santai, Wira dan rombongan memasuki ibu kota. Karena sebelumnya sudah mengetahui kepulangan Wira, Osman telah menyiapkan perjamuan.Ketika Wira tiba bersama rombong
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika